"Sayang, kok diem aja dari tadi. Kamu capek?" tanya Diana pada anak pertamanya itu
Abi menoleh ke arah Diana, lalu berusaha menampilkan senyum terbaiknya "Aku baik-baik saia"
Diana mengagguk pasrah. menyudahi pembicaraan, saat dilihat anaknya ini terlihat tidak ingin untuk di ajak bicara.
Senyum Abi yang baru terlihat, segera lenyap saat pandangannya kembali memgarah pada pasangan menyebalkan yang sedang berdansa di tengah-tengah ballroom.
Kepalanya begitu pening menyaksikan Rahma berdansa dengan Fajar, apalagi setelah melihat baju yang di kenakan gadis itu tadi.
Abi membencinya.
Bukan jelek, Rahmanya benar-benar tampil cantik dengan riasan serta gaun tersebut.
Rahmanya? Oh Abi benar-benar terdengar konyol saat menyebutnya seperti itu
Abi mengakuinya, ia tak bisa menepis fakta kalau Rahma tampil sempurna malam ini. tapi yang di permasalakan, adalah Rahma yang mengenakan baju sialan itu disini, di pesta yang di hadiri oleh banyaknya kolega-kolega bisnis ayahnya, yang mayoritasnya adalah laki-laki.
Rasanya, Abi benar-benar ingin menyeret Rahma untuk pulang saat ia melihat punggung putih Rahma.
Abi mendengus kasar, lalu meminum tiga gelas minumam anggur putih sekaligus. Ia benar-benar kesal.
Seharusnya, yang membawa Rahma kesini adalah dirinya,
Dan yang seharusnya merengkuh pinggang Rahma adalah, Dirinya.
Dan juga, yang seharusnya mengenenalkan Rahma sebagai pacarnya, kepada Diana dan Rudolf adalah Dirinya!
Bukan Si sialan adiknya, Fajar.
Astaga!!
Apa yang baru saja ia fikirkan?
Memejamkan matanya, lalu Abi memijat keningnya. Berusaha menghilangkan rasa kesal yang sedari tadi bercokol di hatinya.
Ini apa-apaan Abimanyu!
Sadarlah! Mana logika-logika mu yang selama ini bekerja dengan baik? Kenapa di saat genting seperti ini, otakmu tak mau bekerja dengan baik?
Abi menghela nafas panjang, lalu kembali memperhatikan Rahma dan Fajar, Masih dengan berdansa.
Senyum kecil menghiasi wajah Abi, saat dilihatnya Rahma yang sepertinya tak bisa berdansa.
Rahma benar-benar terlihat cantik mengenakan pakaian itu, Pakaian yang membuat Abi pasti akan menjadikan Rahma objek khayalannya.
Stop it Abimanyu!!
Ini sudah di ambang batas, otaknya benar-benar tak mau di ajak bekerja sama.
Abi mendengus kesal untuk yang kesekian kalinya.
Dari jauh terlihay jelas, Tangan Fajar berada di pinggang Rahma, tepat di bahan terakhir yang menutupi punggung Rahma, jika seinci saja Fajar menaikan tangannya...
Abi mendengus panjang kali ini, bahkan terdengar seperti menggeram.
Sekali lagi, Apa yang baru saja difikirkannya?
Ia bisa gila jika lama-lama seperti ini.
Namun, Belum sempat Abi mengembalikan akal sehatnya. Ibu jari Fajar sudah beranjak naik, mengelus punggung putih Rahma dengan perlahan.
Rahma yang sepertinya terkejut, tak sengaja memajukan tubuhnya lebih dekat ke arah Fajar.
Geraka tiba-tiba Rahma, menyebabkan Fajar tak sengaja mencium kening Rahma. Akibatnya, wajah Rahma jadi bersemu merah.
Dan semua hal itu tak luput dari perhatian Abi. Kali ini, Abi yakin jika Ia benar- benar tak mau mengembalikan akal sehatnya.
Abi membuang gelas yang di pegannya. Mendengus kasar lalu membuka slimfit jas yang tengah di kenakannya.
Melangkah dengan penuh penekanan, Abi membelah kerumunan orang yang tengah asik berdansa.
Beberapa orang sudah mulai memperhatikanya, tapi ia tak perduli. Yang ia perdulikan, hanya menarik Rahma dan menyeretnya pulang.
Sekarang juga.
Saat wajah Fajar sudah berada di dekatnya, Abi meninju Fajar begitu kuat
"BRENGSEK!!"
Abi langsung memakaikan jasnyanya pada bahu Rahma, tanpa berkata apa-apa lagi ia merengkuh pinggang Rahma dan menariknya keluar.
Anehnya Fajar sama sekali tak berusaha untuk menahan Rahma, seperti ia sudah tau kalau hal ini pasti akan terjadi.
Abi menyadari kalau Rahma berusaha melepas rengkuhannya, tapi apa daya, Abi yang posisinya sebagai laki-laki sudah pasti lebih kuat dari Rahma.
"Pak abi apaansih!!" Sentak Rahma, masih dalam tarikan kuat abi
"Shut up, Rahma!!! Apa kamu tau yang barusan kamu lakukan itu-"
Abi tercekat saat hendak melanjutkan kalimatnya, ia tak sanggup untuk kembali membayangkan apalagi menjelaskannya kepada Rahma,
Ia tak tahu apa yang dilakukannya ini sekarang benar atau tidak. Persetan dengan semua itu, ahi tak perduli, sebab akal dan logikanya tak bekerja sedari tadi.
Sebenarnya apa yang dilakukan Abi sekarang ini?
Dan mengapa?
Apakah ia pantas berbuat demikian?
Dan Mengapa saat ini Abi terliha seperti orang yang sedang cemburu?
***
Ehem... Ehemm...
Ada yang ketar-ketir nihhh... Wkwkwk
Btw, Revi ko gak muncul-muncul yaaa? Apa jangan jangan diaa....
😮😮😮Jangan lupa vote yaa, hari selasa nanti aku update lagi..
Love Y'ALL 💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"