7. Quis

51.2K 3.8K 89
                                    

" filsafat secara umum adalah suatu kebijaksanaan hidup untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmia."
Gumam Rahma

Dari awal, Rahma harus mempelajari filsafat dari awal. Besar kemungkina Rahma untuk mendapat nilai sempurna jika ia tekun belajar selama sisa hari menuju hari jum'at, hari dimana Abi akan melaksanakan kuis bulanan.

Empat hari, waktu yang Rahma punya, Dan ia punya keyakinan penuh.

ia pasti bisa!

Waktu berlalu lambat, seakan tuhan memang mengizinkan Rahma untuk belajar lebih lama.

Kata perkata yang terdapat pada salah satu buku filsafat, terus ia lafalkan. Perpustakaan yang biasanya hening, sedikit bising akibat suara gumaman Rahma. Petugas yang lewatpun beberapa kali menegurnya untuk tidak terlalu berisij, tapi tentu saja dihiraukan olehnya.

Lambat laun matahari mulai menghilang, digantikan dengan cahaya rembulan yang indah. Jika melihat keluar, kita tahu bahwa bulan akan tetap berada ia atas sana setiap malam tiba. ia setia, walaupun kenyataannya ia selalu sendiri, terkadang cahaya bintangpun tak terlihat akibat polusi cahaya yang begitu ramainya di bumi.

Sama seperti rahma, sendirian di dalam perpustakaan.

Akibat terlalu lelah, ia berniat memejamkan matanya sebentar saja, hanya sebentar. Dalam hati ia berharap agar tuhan memberhentikan waktu, agar ia bisa tidur di sela-sela belajarnya. Taepay saat bunga tidur sudah menghampiri, suara buku yang di banting terdengar begitu keras tepat di samping telinga kirinya.

" suatu kebijaksanaan hidup untuk memberikan suatu pandangan " igau Rahma tanpa sadar

Prok.. prok.. prok.. suara tepukan tangan terdengar.

"Salut gw sama Pak abi, pake cara apa dia buat nyadarin lo" puji Revi dengan gelengan di kepalanya

Rahma menguap dan merentangkan tangannya "jelas, pake cinta lah..." jawab Rahma acuh

Revi bergidik jijik Setelahnya.

Kedatangan Revi, membuat Rahma tersadar akan keharusannya ia kembali kerumah.

Ya, Rahma harus pulang. Ia tak mau kejadian tempo hari lalu terulang kembali.

***

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Hari jum'at.

Kepercayaan diri Rahma meningkat, saat melihat Abi memasuki kelas. Ia yakin mendapat nilai sempurna, hampir satu buku penuh Rahma afalkan di luar kepala. Benar-benar di luar ekspektasi.

Tak ada alasan untuk mengelak lagi, minggu ini ia pasti berkencan

Pasti.

Abi mengucapkan salam, memberi aba-aba agar bersiap untuk mengikuti kuis.

Total ada lima belas perntanyaan, tidak banyak. Benak Rahma, menyombonglan diri

Dimulai dengan pertanyaan mudah, seperti pengertian dan sebagainya. Mudah untuk di jawab oleh Rahma, berkat setiap hari belajar hingga larut. Ia sendiripun tak menyangka dirinya bisa sepintar ini

Hingga pada pertanyan-pertanyaan inti, membuat kepercayaan diri Rahma luntur seketika.

Ia...

Ia, tak bisa menjawab.

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Berakhir sudah hidupnya, penantiannya, serta kerja kerasnya di akhiri dengan kesia-siaan

Pada akhirnua ia tak akan mungkin berkencan dengan Abi.

Rahma ketuk-ketukan kepalanya menggunakan bolpoint.

Bodoh, bodoh.. kau menghancurkan segalanya rahma, kesempatan untuk lebih dekat dengan Pak abi kau sia-siakan begitu saja.

Abi memberi salam. Tak lupa menyempatkan diri untuk melirik ke arah Rahma, sebelum kembali berjalan keluar kelas.

Dan kelaspun berakhir begitu saja.

Nilai aka di umumkan sore hari nanti, tak perlu ditunggu. Nilai Rahma sudah pasti tak sempurna.

Rahma bangkit setelah, usai memasukan alat-alat belajarnya kedalam tas. Kepalanua benar-benar pening saat ini, mungkin akibat dari terlalu banyak berfikir juga di tambah acara mewek tadi.

Kemudian, tanpa sadar dan dikhendaki. Cairan kental berwarna merah perlahan keluar dari hidungnya

"Rahma, idung lo berdarah!" Teriak Hafis

Kemudian gelap.

***

Kelelahan, kurang tidur, serta tekanan darah menurun. Tak heran, selama empat hari ini Rahma sering bergadang, serta pola makan tak teratur. Bahkan terkadang ia lupa untuk makan.

"Lain kali, kalo mau bunuh diri jangan di kampus. Bikin ribet" dengus Hafis, saat mendapati Rahma sudah terjaga dari pingsannya.

Rahma memegang keningnya "iya, besok gw minum sianida aja deh biar cepet" kekehnya di sela-sela sakit kepala

Hafis menghela nafasnya "hasil kuis udah keluar, dan diluar dugaan. Nilai lo nomer 2, nyaris sempurna, nge-bet apaan lo?"

Rahma mengagguk, tuh kan benar. Nilainya tak sempurna, ia kembali meringis saat kembali memukul kepalanya.

Hafis menarik tangan Rahma dan menyuruhnya berhenti "Eh si gila! Pala lo udah rada eling, jangan di pukulin nanti bego lagi"

Rahma menangis, isakannya terdengar memilukan. Hafis yang melihatpun jadi merasa iba, walaupun kata-katanya tadi terbilang cukup kasar, tapi sebenarnya hati Hafis tak sekasar ucapanya.

Ia tak tahu penyebab, menangisnya Rahma tapi, ia mengerti untuk tetap membiarkan Rahma menangis dahulu sebelum bertanya.

"Tadi, sebelum pergi Pak abi nitip ini sama gw. Sumpah! belom gw buka..." ujar Hafis

Rahma mendongan, menghapus air matanya kemudian mengambil sepucuk kertas dari tangan hafis.

Sebelum membuka isinya, Rahma menarik nafasnya cukup dalam guna mempersiapkan hatinya.

Dan Isinya..

"Hari minggu saya jemput jam 10, pakai baju yang sopan.

Kita kencan."

*****

I'm so so Sorry, baru bisa update hari ini. Soalnya satu minggu ini tuh aku sibuk pake banget. Jadi gak sempet untuk buka wattpat

But, anyway sekarang udah aku update kan. Dan sebagai permintaan maaf aku double update okee..

😘😘

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang