Hopla.. 😀
Kemaren di part sebelumnya belum nyapa. Soalnya pengen kaya lebih fokus dulu untuk pengenalan karakter, Dan prolognya.
Pokonya semoga suka deh sama ceritanya. ..
Anyway, Ga mau ngomong lama-lama nanti bosen hehe..
Happy reading guys. Don't forget to VOTE!! 😘😘
***
Menyusahkan, merepotkan, menyebalkan!
Kurasa dia gila!!
Abi tak habis fikir. Rahma benar-benar melakukan apa yang di pintanya. maksud Abi tadi, bukan benar-benar menyuruh Rahma untuk tidak bergerak. Ia hanya ingin Rahma untuk berhenti mengikutinya saja.
Ia terbawa emosi, saat Rahma terus saja memaksa untuk menjalin hubungan dengannya
Apa yang sebenarnya Rahma fikirkan?
Tak tahu kah dia akibat dari perbuatannya itu, sangat amat menyusahkan orang lain.
Abi mengemudikan mobilnya kembali menuju gedung kampus, tidur nyenyaknya terganggu karna keberadaan Rahma.
Tapi fikiran buruknya sama sekali tak bisa terabaikan. Bagai mana jika Rahma mengalami pelecehan seksual, penculikan, atau-atau kejahatan lainnya.
Abi menggeram sembari menjambak rambut hitamnya, menggunakan sebelah tangannya, yang tak sedang memegang kemudi.
Kalau sampai benar terjadi, Rahma pasti akan menyakut pautkan dirinya di dalam kasus ini, sudah di pastikan, ini mutlak. Dan tentu saja hidup tenangnya menjadi ancaman utamanya disini.
***
Gedung kampus sudah mulai terlihat dari kejauhan, Abi melajukan mobilnya semakin cepat. Satpam kampus, menyapanya saat hendak membukakan pagar. menanyakan ada masalah apakah yang membuat Abi kembali lagi ke kampus di larut malam seperti ini.
Abi hanya tersenyum, tak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan satpam itu. Tak penting.
memarkirkan mobilnya tepat di depan gedung, Abi langsung saja berjalan masuk, tanpa mengunci pintu mobilnya.
Perasaan gusar semakin menggrogotinya saat dilhat lampu-lampu di dalam gedung sudah banyak yang di padamkan
Langkahnya semakin dipercepat seiring detak jantungnya berdegup, bahkan pada akhirnya Ia berlari menuju ke tempat terakhir kalinya bertemu dengan Rahma.
Nafasnya memburu, akibat berlari terlalu cepat. Dipegangnya kedua lutut Abi, guna menopang tubuhnya, badannya seketika melemas.
Abi mendongakan kepalanya, mencari keberadaan gadis itu.
Saat mengedarkan pandang beberapa kali, akhirnya ia menemukannya.
Menemukan Rahma.
Itu dia. gadis aneh, yang anehnya telah membuat dirinya benar-benar gusar. Sedang berjongkok di bawah temaran lampu remang-remang, yang di rasa Abi sebentar lagi akan ikut mati seperti lampu lainnya.
Abi mendesah kencang, nafasnya memburu akibat kembali berlari
"Rahma.." Geramnya
Seperti mendengar suara, sontak Rahma mendongak, dilihatnya sosok Abi yang hendak menghampirinya
Celana khaki selutut, serta v-neck t-shirt, juga matanya yang sembab. Itu Sangat..
sangat tampan...
Apa dia baru bangun tidur?
"Saya fikir bapak ninggalin saya"
Abi memijat keningnya, apa-apaan ini? Ia tak mengerti.
"Siapa yang nyuruh kamu untuk menunggu?" Tanyanya
Rahma menunduk dan menggeleng, menyadari kesalahan yang telah dibuatnya, lagi.
"tidak ada Pak"
Abi Memejamkan matanya, benar dugaannya. Gadis ini memang aneh juga di luar perkiraan. Tadi Abi sempat berfikir, saat ia menemukan Rahma, gadis ini akan menangis tersedu-sedu dan menyalahkan Abi, yang telah meninggalkannya hingga larut malam.
Tapi kenyataannya, tidak seperti itu.
Abi memutar tubuhnya kebelakang, sembari bertanya "kamu mau tetap diam di situ, atau mau pulang?"
Rahma mendongak, melihat tubuh tinggi abi dari belakang. Sebelum berdiri, Rahma tersenyum terlebih dahulu. Ia tahu dosennya ini tak setega itu terhadap dirinya.
Kalau benar dugaannya, dosennya ini rela kembali ke kampus hanya untuk menjemput dirinya.
Oh, senangnya!
"Kenapa diam?" Tanya Abi tanpa merubah posisinya
"Eh? Saya mau pulang Pak." Kemudian kembali tersenyum
Rahma tau, seangkuh apapun dosennya ini, ia tak akan pernah mampu untuk menyakiti perasaan orang lain, terutama kaum perempuan.
Abi dan Rahma berjalan beriringan menuju parkiran. Tak ada langkah besar-besar seperti yang sebelumnya di lakukan keduanya sore tadi. Kali ini cenderung lebih santai dan tak terburu-buru
"Pak abi.." panggil Rahma
Abi mendengus "Apa lagi?"
"Ehm... Saya mau ke kamar kecil dulu boleh?"
Hembusan nafas kembali terdengar, benar-benar merepotkan
Merepotkan,
Merepotkan.
"yaudah cepet...."
Rahma tersenyum, dan bergegas ke kamar kecil di sudut koridor sana, ia tak mau Abi menunggunya terlalu lama.
Menurut pandangan Abi, Rahma adalah salah satu species manusia yang tingkat kekanakannya melebihi anak kecil sekalipun,
Hari ini jadwal tidurnya berkurang karna fikiran, dan raganya di buat gusar oleh gadis aneh seperti rahma.
Abi melipat kedua belah tangannya saat di dengarnya suara tapakan sepatu Rahma, yang di yakini sedang berlari kearahnya.
"Rumah kamu di mana?"
Rahma mendongak, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya
"Bapak mau nganterin saya pulang?" Harap Rahma
Abi mendelik tajam"Yang saya tanya, rumah kamu di mana Rahma...."
Rahma terkekeh, masih tak percaya dengan apa yang ia dengar. sepersekian detik yang lalu.
"Apa?" Tanya Abi saat Rahma memandangnya begitu menyeramkan
Rahma terkekeh lagi "Di Rawamangun pak" jawab rahma
"Yaudah cepet!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"