Abi menghela nafas.
Apa yang baru saja ia lakukan?
Mengapa ia malah bersikap bodoh, dan memper rumit keadaan
Seharusnyabia biarkan saja Rahma melakukan apapun itu, bersama dengan salah satu mahasiswanya tadi. Toh jika Rahma memang ingin menjadi tutornya, itu sama sekali bukan urusannya
Tapi hatinya gusar. Sudah berulang kali hatinya berdesir resah jika Rahma akan melakukan hal di luar kendalinya.
membayangkan jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Rahma. Misalkan pelecehan mungkin. Dan merusak masa depan salah satu muridnya?
Oh tidak!
Abi menggelengkan kepalanya, ia tak sanggup untuk membayangkan hal berbahaya seperti itu. Kali ini, niatnya mungkin di salah artikan lagi oleh Rahma, dan mungkin juga rencana enam bulannya akan molor sedikit lebih lama dari perkiraannya.
Abi menggeleng, sedikit menyesali perbuatannya tadi. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah terlanjur menjadi bubur.
***
"Jadi, janji apa yang kita punya Pak abi?" Tanya Rahma mengejek
Abi mendengus, pamornya sudah hilang di depan mahasiswinya yang ini. Abi memutar stir mobilnya ke arah kanan seraya menghela nafas panjang
Tak dapat jawaban balasan dari Abi, Rahma terkekeh ringan "gak usah cemburu, saya ga bakal berpaling kok"
Mata Abi terbuka lebar. benar dugaannya, Niat baiknya pasti akan di salah artikan oleh Rahma.
Dalam hati, ia bertanya-tanya. Apa semua wanita akan selalu berfikir berlebihan, saat seorang laki-laki, murni berniat menolongnya?
"saya gak cemburu" tegas Abi, tanpa menoleh
Rahma tersenyum hangat
"kamu nerima tawaran orang tadi?" Tanya Abi
"Maksudnya?"
"Tutor?..." Abi melirik Rahma
"Kalo saya setuju gimana?" Bukannya menjawab Rahma justru bertanya balik
"Jangan di salah artikan, tapi cowok tadi itu mungkin orang asing buat kamu. Apa engga sebaiknya difikirkan dulu?"
Memang benar, tapi Fajarkan teman Hafis. Tidak sepenuhnya orang asing, seperti yang dikatakan Pak abi
Abi berdeham...
kemudian tak ada suara dari keduanya setelah itu.
Mobil terasa menjadi semakin sunyi, tak ada niatan untuk menyalakan radio dari kedua belah pihak
Rahma menatap Abi yang sedang fokus mengenudikan sedannya. Rahma tau, maksud Abi berkata seperti itu, murni atas perhatiannya sebaga dosen dan juga penanggung jawab.
Tapi apakah boleh jika Rahma mengartikannya dengan cara berbeda?
Misalkan, bentuk kasih sayang mungkin?
Rahma menghela nafas panjang, kemudian menolehkan kepalanya ke arah jendela pada sisi kirinya, dan kembali melihat aspal abu-abu itu.
"Pak, stop stop!" Jerit Rahma tiba-tba
Dengan tergesa, Abi menepikan mobilnya secepat jeritan Rahma "jangan berteriak di depan saya Rahma!"
Rahma melepas sabuk pengaman "Revi pak!"
Abi mengerutkan kedua alisnya "Revi kenapa?"
"Itu Revi pak! " Ucapnya, sembari membuka pintu mobil
Rahma berlari menghampiri sahabatnya yang ternyata sedang terluka parah. Abi yang berada di dalam mobilpun ikut keluar dan mendekati Revi
"Lo kenapa Rev!?" Jeritnya
Revi meringis "Tadi, gw di serempet motor ma, kaki gw sakit banget."
Rahma ikut meringis, saat melihat kaki Revi yang terluka parah.
"Untung aja motornya ga kenapa-napa!" Balas Revi dengan nada bercanda
Rahma mendelik "udah gila ya lo!"
Bisa-bisanya di saat seperti ini, temannya itu malah bergurau.
Wangi parfume Abi tiba-tiba meyeruak seraya dengan bahu besar Abi yang tak sengaja menyenggol bahu Rahma.
Hati Rahma berdesir kala itu, namun kemudian tanpa aba-aba Abi ikut membungkuk, dan membantu Revi untuk berdiri. "Kita ke Rumah sakit sekarang" ucapnya lembut
Deg
Seketika desiran hangat itu menghilang, menjadi begitu hampa.
Ilusikah ini?
Barusan, yang berujar benar Abi?
Mengapa nadanya terdengar begitu lembut?
Dan mengapa Rahma tak pernah mendengar nada lembut seperti itu dari Abi?
Juga Abi, dosennnya itu membantu temannya berdiri dengan merengkuhnya nyaman.
Revi di Rengkuh Abi!!
"Pak abi, lepasin Revi sekarang!!" jerit Rahma dengan kencang
Apa-apaan ini!
Abi tak pernah merengkuhnya seperti itu. Berbicara lembut saja tidak pernah, apa lagi merengkuh
Rahma cemburu! Sangat cemburu!
"Kamu gila? Ini teman kamu kena musibah dan kamu menyuruh saya untuk tidak membantunya" Kesal Abi
Rahma mengagguk
Revi yang tau maksud Rahma ke arah mana segera melepaskan rengkuhan Abi
"saya bisa sendiri Pak" ucapnya
"Kita ke rumah sakit!" Tegas Abi lalu kembali merengkuh Revi
Revi yang memang tengah merasakan sakit, hanya menurut saat Abi menyuruhnya demikian, habis mau bagaimana lagi? Ia memang benar sakit bukan sandiwara semata, Ia bersumpah.
Revi menatap Rahna dalam diam setelah menduduki kursi di sebelah kemudi, menempati kursi yang di duduki Rahma sebelumnya
Tapi tak ada respon dari Rahma. Ia tetap berdiri di tempatnya tadi.
Apa yang sedang difikirkan temannya disana?
***
Saat ini Nafas Rahma memburu, rasanya seperti ada yang meremas ulu hatinya. ia tak sanggup bergerak, berkedippun rasanya sulit.
Rahma terus saja terdiam.
Cukup lama mungkin, sampai-sampai suara deru mobil Abi terdengar pergi berlalu.
Dua kalimat.
Abi meninggalkannya.
Bersama Revi sahabatnya.
****
Uh nysek mbaknya...
Ada apa yaa sama Abi dan Revi?
Keep reading guys. I would love, if you click the star button down below 👇
Love y'all 😘😘💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"