35. Jangan!

64.5K 3.6K 84
                                    

Abi menepikan mobilnya dipinggir jalan.

"Bapak gila?" Tanya Rahma, menghilangkan sopan santun yang seharusnya ia pertahankan.

Abi menghembuskan nafasnya, lalu menoleh ke arah Rahma. Dipejamkan matanya sesaat, lalu kembali menatap wajah Rahma

"Iya" jawab Abi

Rahma melebarkan kedua matanya, terkejut akan pernyataan Abi.

barusan Abi mengiyakan pertanyaan Rahmakan?

"Hah? Bapak gila seriusan?" Tanya Rahma memastikan pendengarannya

Abi tak menjawab, hanya menatap lekat Rahma lalu kepada gaun yang di kenakan Rahma, kemudian mengacak rambutnya sendiri dan kembali menghela nafas.

Sekarang logikanya mulai kembali bekerja dengan baik, seharusnya ia tidak berbuat bodoh seperti ini, mengapa ia tak berfikir jauh dulu sebelum bertindak?

Pasti Diana dan Rudolf tak akan senang, melihat anaknya ini meninju saudaranya sendiri. Juga dengan pestanya Rudolf yang sudah pasti menjadi kacau.

Dan sekarang apa? Apa yang akan di lakukan Abi terhadap Rahma yang tengah duduk di kursi penumpang tepat di sebelahnya.

Sudah dua kali Abi mengalami ini, menarik Rahma menjauh dari Fajar maksudnya.

Sebelumnya karna ia tak suka Rahma berada di dekat Fajar. Dan yang sekarang juga, ia tak suka Rahma berada di dekat Fajar, apalagi dengan kelakuan brengsek adiknya itu.

Rahma terlihat membuka seat belt, lalu membenarkan posisi gaunnya. Abi mengernyit bingung, sekarang mau apa anak ini?

"Kamu mau ngapain?" Tanya Abi

Rahma menghela nafas "saya mau pulang"

"Iya, nanti saya antar"

"Gak usah, saya bisa sendiri. Jas'nya saya pinjem dulu, nanti saya laundry"

mendelik tajam, lalu Abi segera menarik tangan Rahma

"maksud kamu apa?"

Rahma memutar kedua bola matanya "seharusnya saya yang nanya itu ke bapak. Kenapa sih, bapak suka nyeret-nyeret saya ke suatu tempat, terus abis itu diem aja. Itu maksudnya apa?"

Lagi, Abi terdiam, masih dengan menggenggam tangan Rahma. Ia juga tak mengerti maksudnya apa.

"..."

"..."

"Jangan dekat-dekat Fajar" pinta Abi, keluar dari tema sebelumnya

Rahma semakin di buat bingung oleh Abi, sebenarnya apa mau dosennya ini?

"Emang kenapa?"

"Saya tidak suka"

Rahma mendengus.

Secepat jawaban Abi, secepat pula Rahma kembali berujar

"saya gak perduli, apa urusannya sama saya kalo bapak gak suka!"

Abi menggeram "kamu harus perduli!"

"Kenapa harus?"

"Karna kamu suka sama saya! Jadi sudah seharusnya kamu memikirkan perasaan saya"

pembicaraan apa ini sebenarnya?

"Bapak percaya diri banget" dengus Rahma, tak lupa memutar kedua bola matanya

Abi tersenyum tipis, kemudian mengusap-usap tangan Rahma yang tengah di genggamnya

"Tempo hari, kamu jelas-jelas berkata kalau kamu ingin jadi pacar saya. itu namanya apa kalo bukan suka?"

Rasanya, Rahma benar-benar ingin menjerit sekarang juga.

Abi benar, faktanya Rahma memang masih menyukainya. Sudah susah payah Rahma mencoba melupakan Abi, dan hampir saja rencananya berhasil. tapi hari ini, hatinya menjadi berdebar tak karuan melebihi kadar debaran cinta yang biasanya Rahma rasakan, saat Abi memakaikan jasnya pada bahu Rahma.

Tanpa persetujuannya, dengan kurang ajar pipinya malah tersipu malu,

ini maksudnya apa?!

Sekarang Rahma merasa sangat kesal, rasanya mau menangis saja 

"Coba jelaskan, mana dari perkataan saya yang salah?" Tanya Abi

Rahma menghentak genggaman tangan abi, berusaha untuk melepaskannya "IYA! Saya masih suka!!.."

Abi tersenyum senang sesudahnya

"Bapak yang minta saya untuk tahu diri. Jadi tolong pak, jangan bersikap seperti ini!" Lanjutnya

Sesak, Rahma kembali merasakannya.

"Ini nyiksa pak. Kenapa saya harus terus berharap, sedangkan yang di harapkan justru gak pernah mau ngebuka hatinya?"Tanya Rahma kemudian

Abi tercekat, hati kecilnya berteriak marah saat mendengar Rahma mengatakan ingin melupakannya, tidak-tidak bukan hanya hati kecilnya. Sekarang ia benar bernar marah.

"Jangan main main, Rahma!!" Geram Abi

"Saya serius!!" Kesal Rahma tak mau kalah

Abi menarik tubuh Rahma mendekat, di dekatkan wajahnya pada wajah Rahma

"Ini gila, Rahma. Saya gila " bisik Abi dengan nada begitu rendah

Terpaan nafas yang mengenai wajah Rahma, membuatnya bergidik. Ia tak pernah menyangka Abi mampu berbuat seperti ini. apalagi dengan jarak yang sedekat ini,

Rahma samar-samar mencium wangi parfum yang di kenakan Abi, membuat hatinya seakan ingin meledak keluar.

"Bapak yang g-gila" ujar Rahma gemetar

Abi mendengus di depan wajah Rahma, begitu menyeramkan

"iya.. kamu yang buat saya jadi gila!!"

Rahma terdiam tak menjawab.

"Kamu mau saya berhenti jadi gila?" Tanya Abi

Tanpa sadar Rahma mengaggukan kepalanya

"Jangan berhenti menyukai saya!!"

***

Pendek?

Sebetulnya gak aku pendekin, serius deh, cuman alurnya aku lambatin wkwk.

Kalo di awal-awal pas aku baca ulang, alurnya kaya kecepetan gitu. Nah, kesini-sini aku nulis diksinya lebih rapih dan tersusun

Mungkin secara gak sadar alurnya jadi lambat

Di maklumin aja yaa, soalnya nulis ini di sela-sela kegiatan aku hehehe😁

Jangan lupa vote 👇😘😘

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang