40. Penyelesaian masalah

85.4K 3.6K 48
                                    

Seperti biasa dengan canggung, Rahma dan Abi terdiam di suatu tempat, tepatnya di cafe dekat kampus

"Pak.."

"Rahma..." Ujar mereka di waktu yang sama

"Bapak duluan.."

"Kamu duluan.."

Kembali, masih dalam waktu yang bersamaan.

Rahma meringis dalam hati. Setelah mengingat ungkapan irinya terhadap sahabatnya kemarin, karena kekompakannya dengan Abi. Dan sekarang ini terjadi padanya.

"Kenapa?" Tanya Abi binggung.

Rahma mengeleng, lalu mempersilahkan Abi untuk berbicara duluan.

Hembusan nafas terdengar di telinga Rahma,

"Saya terlalu banyak minta maaf sama kamu Rahma.." ungkap Abi

"Jadi kali ini, sebelum saya minta maaf saya langsung kasih kamu penjelasan aja" lanjutnya

Rahma terdiam, memegang pinggiran cangkir teh panas yang di pesannya.

"Ini semua salah saya"

"Saya memaklumi sikap kamu yang menghindari saya seperti ini. Karna memang saya pantas diperlakukan seperti itu. bahkan dalam bayangan saya, kamu bahkan sampai mengamuk membabi buta"

Hentinya untuk beberapa saat. Rahma menatapnya lekat, begitu pula sebaliknya

"Tapi... tidak seharusnya kamu ikut menghindari teman kamu, termasuk..." Kembali Abi menjeda kalimatnya, ia tak yakin mau mengatakannya

"Termasuk juga dengan adik saya. Ini bukan salahnya, saya yang suruh mereka untuk tidak cerita semuanya sama kamu Rahma."

Rahma memandang Abi dalam diam, ia bingung harus berkata apa

"Katakan sesuatu Rahma.." pinta Abi

Helaan nafas kembali di keluarkan Rahma, kalau sudah begini memangnya ia bisa apa?

"Iya, saya pertimbangkan" jawab Rahma

Abi mendesah lega, setidaknya masalah ini bisa di selesaikain sedikit demi sedikit

"Tapi kenapa pak? Kenapa saya gak boleh tau?" Tanya Rahma kemudian

"Waktu itu, saya fikir kenapa harus memberi tahu kamu? Toh kamu bukan siapa-siapa, padahal Revi sempat beberapa kali minta saya buat kasih tau ini sama kamu"

Rahma mendengus,

bukan siapa-siapa?. Cih! Ia tetap tak di anggap, selamanya tak di anggap

"Apa bedanya? Toh saya kan sekarang masih bukan siapa-siapa" gumam Rahma pelan, yang sialnya masih dapat di dengar Abi

Abi mendesah "bukan, bukan gitu Rahma. Sekarang ini berbeda..."

Rahma mengalihkan pandangannya ke arah lain, asalkan bukan pada wajah Abi. Ia mulai menyesali, karna telah menyetujui ajakan Abi beberapa saat lalu

"gak ada yang beda pak, semua masih sama-"

"Jelas berbeda Rahma..." selak Abi

Rahma tertawa miris, tak mengerti dengan pembicaraan Abi

"Saya lihat pak... Waktu itu bapak sama Revi" Rahma menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya "di kampus, Bapak meluk Revi"

Abi tersentak, ia lupa "saya peluk Revi karna, saya baru menyadari suatu hal yang penting. Saya berani Sumpah, gak ada maksud apa-apa"

Rahma terdiam, tak berusaha untuk menanggapi penjelasan Abi barusan.

"Saya gak perduli pak, mau bapak peluk semua orang juga saya gak perduli. Tapi ini Revi, sahabat saya dan Bapak tau saya-"

"Dengarkan saya dulu, saya belum selesai berbicara"

Rahma menghembuskan nafasnya kasar, mencengkram cangkir yang ia pegang

"Dulu... saya juga bingung, bagaimana menjelaskannya. Intinya kira-kira, saya masih berada dalam bayang-bayang mendiang istri saya, dan dengan bodohnya tak pernah melihat kamu..." jedanya

"Tapi sekarang.." Abi menarik nafas dalam

Rahma menarik nafas dalam, berharap-harap dengan apa yang akan di sampaikan Abi

"Sekarang, saya sudah sadar. Sadar Betapa berharganya kehadiran kamu dalam hidup saya. Sadar Betapa saya merindukan sikap kekanakan kamu. Sadar Betapa saya merasa hampa saat kamu tak hadir di kelas saya. Dan juga saya sadar betapa kacaunya hidup saya saat kamu tiba-tiba menghilang di hidup saya. seperti sekarang" ungkap Abi

Rahma tertegun,

Barusan Abi bilang apa?

Ini bukan sandiwara semata kan?

"Saya peluk Revi karna saya sudah merasa lepas. Revi itu adik laras, dan laras juga sudah tidak ada, kamu juga tau. Rasanya saya harus izin ke Revi, entah perasaan dari mana rasanya saya seperti akan berselingkuh jika tidak minta izin"

"..."

Abi beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Rahma yang tepat berada di depannya

"Belum pernah saya seserius ini Rahma" Ucap Abi dengan suara rendah

Rahma tak bisa bernafas, rasanya sesak.

"Saya gak ngerti pak-"

"Apa yang tidak kamu mengerti?"

"Bapak, kemarin-.. bukan... Maksudnya, Bapak gak suka saya. bukan-bukan, kenapa bapak tiba-tiba bilang gitu?" Tanya Rahma tidak jelas

Abi terkekeh setelah mendengar pertanyaan Rahma. Oh rasanya sudah lama ia tak merasa sebahagia ini

"Bilang gimana?"

"Bilang gitu! Bilang seakan-akan Bapak suka sama saya"

Abi beranjak dari duduknya, menghampiri Rahma yanh duduk tepat di depanya.

"Memangnya masih kurang jelas?"

Rahma mendongak menatap Abi yang sudah berdiri menjulang di depannya. Jantungnya memompa begitu kencang, seiring dengan tatapan mata Abi yang menatapnya begitu dalam

Rahma meneguk salivanya dengan susah payah saat Abi tiba-tiba mengusap pipinya dengan lembut

"Apa perlu saya perjelas, kalau saya sudah jatuh cinta sama kamu?"

***

Walahhhhhhhhh Abiii!!!
Wkwkwk.

Double update?

Boleh, tapi ada syaratnya.

Pertama, vote dulu 👇wkwkwwk 😁😁

Terus setelah aku update part selanjutnya gak boleh ada yang

Marah-marah.

Kaget.

Kesel.

Janji? ✌️✌️

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang