26. Galau

60K 3.4K 27
                                    

Aku update lagi...

Jangan lupa voteee yaaaa 😘😘👇

***

Dinding berwarna ungu itu terus dipandanginya.

Tak berkedip

Tak bersuara

Dan tak ada niatan untuk bergerak

Seakan-akan dinding itu berperan menjadi tumpuannya agar tidak terjatuh pada dinginnya lantai.

Begitu intesn, dan sendu.

Hari ini, tepatnya hari sabtu yang dimana seharusnya manusia normal melakukan hal menyenangkan.

Rahma lebih memilih duduk diam di atas kasur empuknya dan menonton dinding kamarnya

Suasana sendu jelas terasa saat Andin ibu Rahma membuka pintu kamar anaknya

Sinar lampu menyengat begitu silau saat Andin menyalakan lampu, dipandangi anak bungsunya itu yang tak bergerak sedari tadi

"Kenapa gelap-gelapan?" Tanya Andin

Rahma menggeleng

Membuat Andin merasa bingung dengan keadaan anaknya. Sedari pagi tadi, Rahma menolak untuk makan, keluar dari kamar tidurnya, bahkan menolak untuk bersuara

Sebenarnya ada masalah apa anaknya ini?

Segitu besarkah, hingga anaknya menjadi kehilangan jati dirinya?

Perasaan khawatir meliputi hati andin

"Kamu ada masalah apa? Cerita sama Ibu" pinta Andin

Rahma kembali menggeleng, tak di rubahnya ekspresi Rahma membuat Andin susah untuk menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi

"Makan dulu ya, habis itu boleh ko kamu tontonin dindingnya sampe malem" saran Andin, yang sedikit memberi titik terang

Rahma menoleh "Rahma makan di kamar aja ya Bu" pinta Rahma yang langsung di iyakan oleh Andin

Setidaknya, Rahma mau makan. Andin tak mau mengganggu Rahma, itu sebabnya ia tak banyak bertanya

biar bagaimanapun dirinya terkadang butuh sendirian saat menghadapi masalahnya, Tapi tidak berlarut-larut. jika besok Rahma masih bersikap demikian baru Andin akan bertindak

***

Hari minggu.

Rahma masih tetap pada posisinya, memandangi dinding.

Andin menghela nafas, anaknya ini benar-benar!

Sumpah serapah hampir saja keluar dari bibir Andin kalau saja bel rumahnya tidak berbunyi

Andin berjalan kearah pintu pagar, dilihatnya pemuda mengenakan kaos bergambar 'Guns n Roses' tak lupa dengan ikonnya

"Loh, Fajar.." sapa Andin

"Iya, siang Tante. Rahmanya ada?"  Jawab Fajar ramah

Segera saja Andin membukakan pagar  "ada, masuk-masuk" ucapnya

Fajar tersenyum kemudian memegang jemari Andin dan menaruhnya di keningnya

"Apa kabar Tante?"

Andin tersenyum simpul dan kembali mempersilahkan masuk, topik mengenai keadaan Rahma sekarang keluar begitu saja, guna untuk memperingati Fajar agar tak kaget.

Fajar mengerutkan dahinya. benar dugaannya, ada yang tidak beres disini. Kemarin saat Fajar menghubungi Rahma, bermaksud menanyakan apakah ia sudah di rumah atau belum, Rahma sama sekali tak menggubrisnya.

Pintu kamar Rahma terbuka, sedikit terkejut mendapati sosok ceria Rahma berubah menjadi sosok suram di depannya ini.

Andin meninggalkan Fajar, sengaja tak di tutupnya kembali pintu kamar Rahma, supaya tak terjadi hal yang tidak di inginkan

"Rahma.." pangil Fajar lembut, ia mendekat dan memegan bahu Rahma dengan tangan kanannya

Rahma menoleh. Wajahnya yang datar seketika berubah sendu saat melihat Fajar, air matanya kembali berjatuhan

Fajar yang dibuat bingung oleh Rahma, tak berani bersuara.

Biarlah...

Biarlah seperti ini, sampai ia mau bercerita masalahnya, Rahma mengeluarkan suaranya berupa isakan-isakan pilu

Fajar meringis "hey.. ada apa?" Tanyanya hati-hati

"G-gw nyerah"

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang