8. Kencan

54.2K 3.7K 77
                                    

Suara mesin mobil berderu, Rahma yang sudah siap pun segera pamit kepada orang tuanya.

Tak di sangka, saat membuka pagar, Abi justru masuk dan menemui kedua orang tuanya. Rahma fikir, Abi tak akan mau di buat Repot oleh pertanyaan kedua orang tuanya.

Tapi ini diluar dugaan, setelah memperkenalkan diri sebagai dosennya, Abi meminta izin untuk membawa anak gadisnya, untuk kira-kira setengah hari ini,

Persis seperti kencan sungguhan.

Kemarin Abi tidak tega dengan Rahma, biar bagaimanapun juga Rahma menjadi kelelahan akibat belajar, karna Abi menyuruhnya untuk mendapat nilai sempurna. jadi sebagai gantinya, walaupun nilai Rahma tak sempurna, rencana kencan hari ini tetap dilaksanakan

Perilaku sopan Abi, ditanggapi dengan senang oleh kedua orang tua Rahma. Apalagi ditambah paras abi yang benar-benar terlihat profesional.

Tak ada tatapan sinis atau mengintimidasi, seperti pafa novel-novel yang sering di baca oleh Rahma

"Jadi, dalam rangka apa kamu mengajak anak saya keluar" tanya Dimas, ayah Rahma. Dengan kaca mata baca yang masih bertengger di pangkal hidungnya.

Abi tersenyum, jenis senyum profesional yang selalu Abi tampilkan di depan banyak orang,

Rahma memekik tertahan, Tampan sekali!

"Ini bisa di bilang reward Pak dimas. kemarin saat kuis, nilai Rahma nyaris sempurna"

Dimas menegakkan badannya, matanya menunjukan binar bahagia "benar begitu Pak dosen?"

Abi mengangguk seraya tersenyum "Kalo tidak keberatan. Panggil saja saya Abi, Pak Dimas"

"Kalau begitu. Sering-sering aja kamu ajak Ama keluar Abi, siapa tau nilainya bagus terus. Jujur saya juga pusing ngurusnya" canda Dimas

Rahma menjerit "Ayah!"

Dimas terkekeh dan mempersilahkan Abi untuk mengajak Rahma pergi, tak lupa Dimas memperingati Abi agar sebelum magrib nanti, Rahma sudah harus berada di rumah.

"Kita mau kemana pak?" Tanya Rahma antusias.

"Ke bogor"

***

Kebun raya bogor serta kijangnya sudah terbayang di benak Rahma, namun kenyataannya hanya...

Berdiam diri di dalam cafe, yang letaknya memang didaerah bogor.

Untung saja Rahma sudah di ajari cara makan yang benar oleh sekolah kepribadiannya, jadi tidak malu-maluin di saat seperti ini. Yakan, memang itu tujuan Rahma bersekolah di sana, untuk memperbaiki sikap demi mendapatkan perlakuan yang layak dari sang dosen.

Dan ini benar-benar canggung. Abi sama sekali tak mengeluarkan suaranya sedikitpun, dan Rahma juga sangat bingung harus berbuat apa di tengah kecanggungan ini.

"Pak, ngobrol dong..." Ujar Rahma memecah keheningan

Abi melirik, tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara

"Yaudah, kita foto aja deh..."

Abi menggeleng "Engga!"

Satu kata. Hanya satu kata yang baru keluar dari bibirnya sedari tadi mereka meninggalakan pelataran rumah Rahma.

Rahma menghela nafasnya panjang, ia tak sanggup lagi  "Kalo cuman mau ngafe sih di jakarta banyak. Ngapain ke bogor coba!" dengus Rahma

Ia kesal karna sedari tadi yang ia lakukan hanya maka dan minum saja. Tak ada obrolan manis seperti yang ia bayangkan sebelumnya

"Katanya kita ngedate? Kalo ngedate itu ya, ke taman bermain kek, jalan di taman kek, atau paling engga pegangan tangan juga udah cukup" ungkap Rahma, menghilangkan kesopanan antara dosen dan muridnya.

"Yaudah pulang aja kalo engga suka!" Ucap Abi

Rahma membrengut seraya menggelengkan kepalanya,

Kemudian Abi menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. merileks kan tubuhnya yang sedari tadi pegal akibat menyetir, juga tak lupa menghela nafasnya.

"Menurut saya, ini namanya kencan. Rahma"

"Ini gimana? Orang kita cuman makan" balas Rahma

Abi menghela nafas lagi "poin kencan itu apasih?" Tanya Abi

Rahma bergemimg, menimbang-nimbang jawaban apa yang kiranya pantas untuk ia berikan "mencari kenyamanan mungkin?"

Dengan cepat Abi menjawab "jenis kenyamanan menurut saya itu ya, seperti ini. Duduk dengan tenang, tak banyak berdikir tentang segala hal, juga terbebas dari penat pekerjaan" jeda Abi, menyeruput kopi panasnya.

"Bedanya kali ini saya di temani seseorang, yang sedang mencari kenyamanan juga"

Rahma terpaku, ia sedikitnya mengerti maksud yang ingin di sampaikan Abi oleh abi.

"Memangnya kamu Tidak suka suasananya?" tanya abi

Rahma melihat sekeliling,  bangunan cafe yang terbuat dari kayu, di terangi lampu berwarna kuning, serta coklat panas yang di pesannya.

Udara sejuk sesaat menerpanya, ia tersadar bahwa ia memang menikmati kencannya saat ini.

Hanya saja, ia terus merasa harus melakukan sesuatu yang berharga supaya tidak menyia-nyiakan waktu yang sudah di berikan oleh Abi

"Saya suka kok pak," jawab Rahma setelah akhirnya menemukan kenyamanannya.

Abi menghela nafas panjang. Kemudian hening beberapa saat. Hingga...
.

.

.

.

"Saya juga suka, apalagi di temani kamu" ucap Abi

****

Jeng-jeng....

Uhhhh Rahma baperrr!!!

Hehehe

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang