6. Oh Tidak!!

56.4K 3.6K 43
                                    

"Jangan bercanda, ga lucu sumpah"

"Gw serius! Pak Abi sendiri yang bilang mau ngedate sama gw" tekan Rahma, berusaha membuat lawan bicaranya ini percaya

"dia tiba-tiba ngajak lo ngedate? sonya yang primadona aja ditolak." Ucap Revi tak percaya "Udahlah ma... lo kan tau sendiri, kalo kebanyakan ngayal itu ga baik. Nanti gila!" Balas Revi

Rahma berusaha membuktikan perkataannya dengan membuka kembali halaman pesan dari kontak Abi. Rahma tersenyum senang, setelah membaca pesan yang dikirim oleh Abi. Kemudian segera menunjukannya kepada Revi

"Tuhhh!!" Unjuk Rahma

Revi membelalak tak percaya "dukun mana, yang lo pake ma?"

Rahma menaik turunkan kedua alisnya dengan senyuman riang. Sungguh, kalau memang benar-benar ada susuk yang bisa memikat hati Pak abi, Rahma rela membelinya, bahkan jika harganya mahal ia tetap akan membelinya.

Tapi kali ini, tanpa susuk. Abi dengan sendirinya mengajak Rahma untuk berkencan. Bukankah itu keajaiban? mungkin memang benar adanya, perihal takdir yang sebelumnya dibicarakan oleh mereka.

Catat, Abi yang meminta. Bukan lagi Rahma meminta.

"Gw curiga pak Abi punya motif lain" curiga Revi

"Udahlah gausah mikir macem-macem. Lagian kalo emang bener, gw gak masalah"

Selama bisa membuat Rahma dekat dengan Abi, ia rela melakukan apapun. Termasuk jika ia diharuskan untuk terjun ke jurang yang dalam.

***

Rahma sudah siap diposisinya, kaca mata, buku catatan, bolpoin, serta Go-Pro untuk memotret Abi di dalam kelas. Tidak lupa di letakannya jus buah yang selalu Rahma bawa untuk Abi. Semua ia letakan dengan rapih di mejanya.

Ia terkiki geli, membayankan wajah tampan Abi saat mengajar nanti. Tidak sabar rasanya.

Satu jam sebelum kelas di mulai, Rahma sudah datang dan menempati kursi paling depan. Guna mendapatkan pemandangan paling sempurna dan juga untuk mendapatkan potret Abi secara dekat.

Tak berselang lama, mahasiswa lainya mulai berdatangan. Kesan pertama saat menemukan Rahma di dalam kelas adalah, kernyitan tidak suka. Mungkin fikirnya, ini anak  dari mana tiba-tiba muncul?

Setelah lama menunggu. Tepat jam sepuluh, Abi memasuki kelas. Tak jauh berbeda dengan mahasiswa lainnya, ekspresinya juga ikut mengernyit aneh, tidak lupa dengan helaan nafas yang selalu Rahma sukai itu, apalagi saat Abi memutar tutup botol jus buah yang selalu Rahma berikan, sangat senang rasanya.

Kelas dimulai. untuk seperempat jam pertama, Rahma masih bisa menahan kantuknya. Apalagi terlihat jika Abi berkali-kali melirik ke arahnya, mungkin untuk mengecek kalau-kalau Rahma tak memperhatikan presentasinya, entahlah Rahma juga tak mengerti. Tapi setelah lewat setengah jam, kepalanya mulai beringsut kebawah, menempelkan jidat lebarnya di atas meja.

Ia mengantuk, tak sanggup lagi rasanya untuk terus berpura-pura mendengarkan apa yang tengah Abi terangkan. Ya, sedari tadi Rahma sama sekali tak paham dengan apapun yang dikeluarkan oleh mulut indah Abi. Satupun, tak ada yang menyangkut di dalam otak Rahma.

Benar-benar tak berguna, percuma membawa alat-alat belajar, jika ujungnya tertidur di kelas.

Tepat pada saat itu, Abi kembali melirik ke arah Rahma. Sontak di tengah-tengah pembelajaran, Abi mengatupkan kedua belah bibirnya, menghentikan aktifitas menerangkannya. memejamkan matanya sesaat, kemudian Abi menarik nafas cukup panjang sebelum berjalan mendekat ke arah meja yang di tempati Rahma.

Tak diperdulikannya seluruh mahasiswanya yang sudah menatapnya bertanya-tanya. Untuk saat ini, ia benar-benar dibuat kesal oleh mahasiswinya yang satu itu.

Abi berjalan lebih dekat ke arah Rahma dan Sengaja ia jatuhkan penghapus papan tulis di atas meja Rahma, guna menyadarkannya dari bunga tidur yang mungkin sudah hinggap di kepala kosongnya itu.

Dan tepat sasaran. Rahma terkejut, sangat terkejut. Dilihatnya Abi sudah berdiri didepannya dengan tangan terlipat di depan dada.

Rahma memunduk, memegang tengkuknya yang tidak gatal kemudian meringis pelan

Mampus, gw ketiduran.

Abi mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Rahma, masih dengan Rahma yang menundukan kepalanya. Persetan dengan beberapa mahasiswanya yang menjerit tertahan, akibat ulah nekatnya.

Kemudian Abi berbisik sangat pelan, tepat di sebelah telinga Rahma. Sangat dekat, bahkan jika saja Rahma bergerak, barang sedikitpun bibir Abi mungkin akan menyentuh telinganya, yang sudah memerah itu.

Rahma menegang, dari jarak sedekat ini, wangi parfum Abi benar-benar tercium, dan itu sangat memabukan. Hati Rahma sudah berdebar sangat kencang saat ini, dan mungkin mukanya sudah berubah warna menjadi merah padam, ia benar-benar berharap agar waktu dapat berhenti untuk satu menit saja

Tapi...

"Tidak ada kencan jika kau tidak mendapat nilai sempurna saat kuis jum'at nanti!"

Itulah yang keluar dari bibir manis sang dosen. Yang spontan membuat Rahma menyesali permintaannya beberapa detik yang lalu.

***

Hai my lovely 💞 readers...

Maaf banget nih, updatenya malem-malem...

Hehe, tapi yang penting tetep update lah hari ini.

Dan untuk kesekian kalinya, aku masih setia kok, buat minta kalian untuk mencet tombol bintang di bawah 👇

Hehehe, oke see ya next week...

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang