27. Rasa bersalah?

59.4K 3.5K 69
                                    

Abi terpaku di tempatnya.

Ia menggelengkan kepala, berusaha menepis perasaan bersalahnya.

Tak ada yang salah dengan perbuatannya, itu memang perbuatan yang pantas dilakukan kepada bocah seperti Rahma

Ia benar-benar tak mengerti dengan cara berfikir gadis itu. Di umurnya yang masih muda mengapa ia begitu kekeh untuk menjalin hubungan dengan orang yang notabennya lebih pantas di sebut paman dari pada kekasihnya

Toh, laki-laki di kampus begitu banyak jenisnya.

Mengapa ia tak mencoba untuk berkencan dengan salah satunya? Tidak rugi bukan, bahkan banyak juga yang dari kalangan atas jika memang alasan Rahma menyukainya hanya karna harta.

Bukan, Abi tak pernah berfikir Rahma itu orang yang matrialistis.

Hanya, perumpamaan saja.

Tapi setelah di ingat-ingat, apakah kemarin ia begitu keras saat menolak Rahma? Masalahnya ia bukan pria kasar, yang biasa membentak-bentak seperti kemarin

Apakah Seharusnya ia mengatakan, 'saya tidak menyukai kamu' saja sudah cukup?

Abi mengusap wajahnya kasar.

Seberapa besar Abi berusaha menepisnya, tapi ia tetap tak bisa membohongi perasaannya sendiri, kalau ia memang merasa bersalah telah berbuat begitu kasar kepada Rahma.

Tapi harus bagaimana lagi, emosinya benar-benar tersulut kemarin.

Bayangan akan kemunculan Rahma di pintu kelasnya tiba-tiba terlintas, dengan senyum lebar serta sebotol jus buah yang selalu di berikannya kepada Abi.

Tanpa sadar senyuman kecil terukir di bibir Abi.

Abi kembali mengehela nafas panjang. tak apa lah, toh esok Rahma pasti sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan absurdnya kembali,

Ia akan ceria seperti sedia kala.

Seperti sebelum-sebelumnya.

Yah, mari nggap saja malam itu sebagai pembelajaran untuk Rahma. Ia mengakui, ia memang sedikit bersalah, hanya sedikit saja.

***

Abi sudah siap di kelasnya, kaca mata baca sudah bertengger di pangkal hidung mancungnya.

Kelas akan di mulai sekitar lima belas menit lagi, sengaja ia datang lebih awal karna, saat ini keinginan untuk bertemu dengan Rahma begitu besar.

Masalahnya, Sudah tiga hari, Rahma tak terlihat. Dan itu membuat Abi merasa kalau ia benar-benar laki-laki brengsek

Kemana anak itu?

Entah mengapa, hari ini Abi yakin jika ia akan bertemu dengan Rahma. Dengan cara apapun itu, ia yakin.

Pada awalnya ia hanya menunggu kedatangan Rahma di dalam ruangannya, tetapi gadis itu tak kunjung datang.

Abi berjanji, Jika memang ia benar bertemu dengan Rahma, Ia berniat mengajaknya untuk makan bersama siang ini.

Perasaan tak sabar Abi membuatnya datang kekelas lebih cepat. Akibatnya, sebagian mahasiswanya terlonjak kaget saat menemui dosennya itu sudah bertengger di dalam kelas, Tak diperdulikannua tatapan horor mahasiswanya.

Yang dapat ia lakukan hanya menghela nafas berkali-kali saat Rahma belum memunculkan batang hidungnya,

Apa ia sangat keterlaluan kemarin? Masa sampai 3 hari rRhma tak masuk kuliah,

Perasaan gelisah yang Abi rasakan, di saat kemunculan rahma 6 bulan lalu, kembali melanda hatinya.

Padahal semenjak kepergian istrinya Laras, ia tak pernah merasa secemas ini, dulu rasanya seperti mati rasa.

Hampa.

Tapi hari ini, ia benar-benar merasa cemas

Jam sudah menunjukan pukul tepat jam sepuluh, itu artinya kelas sudah harus dimulai.

Namun enggan, Abi merasa begitu malas memulai kelas. Alasannya? Karna Rahma belum memasuki ruang kelas.

Bisik-bisik sudah mulai terdengar dari penjuru kelas, mempertanyakan akan kepastian dimulainya pelajaran

Abi mendesah dalam. Mau tak mau, ia memang harus memulai pelajarannya,

Abi berdeham sebelum mengucap kata salam, tapi sebelum itu pula pintu kelas sontak dibuka. Membuat hati Abi berharap-harap akan kedatangan Rahma

Tapi, yang ia dapati justru orang lain bukan Rahma.

perempuan dengan celana denim robek- robek berwarna biru yang baru saja memasuki kelasnya.

Dia...

Benar-benar menyita perhatiannya sesaat.

kemeja flanel yang tidak di kancing, menampilkan tank top berwarna hitam. Tak lupa dengan topi bertuliskan fu_k

Benar benar tidak sopan!

Namun di samping fakta-fakta itu. keberadaan gadis itu memang sedikit janggal, masalahnya Abi belum pernah melihat mahasiswanya yang satu ini

Jangan-jangan orang luar yang seenaknya masuk kelas, dia fikir Abi tak akan tahu gitu?

Kebiasaan!

Sebelum gadis itu melangkah terlalu jauh, Abi menahan langkah gadis itu menggunakan penggaris besi yang selalu di bawanya.

dan berhasil, gadis itu berhenti.

"Coba lihat saya" pinta Abi penasaran

Gadis itu menoleh, lalu ia bertanya "ya? Ada masalah?"

Abi mengernyitkan keningnya, lalu menatap gadis itu dari atas sampai bawah

Benarkah penglihatannya ini?

Kedua bola mata Abi sontak terbuka lebar

Tidak mungkin. Benarkah ini...

Benarkah ini sosok gadis kekanakan yang selalu meminta menjadi kekasihnya itu?

"Rahma..." ucap Abi tertahan

***

Apa kabarnya nih pembaca ceritaku...

Tadi tuh aku sempet lupa kalo mau update hari ini, padahal aku udah buat ceritanya sampe beberapa part gitu.

Tp untungnya di ingetin sama adik aku, hehehe

Btw aku jadi loh buat update seminggu dua kali, biar pada seneng wkwkwk

Pokonya tetep cinta sama my readers ❤️❤️😘😘

Jangan lupa vote👇👇 sama kasih tau temen-temen yaa.

See you guys on Friday.

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang