31. Sadar

63.6K 3.6K 69
                                    

"Fajar, kapan Rahma main kesini lagi?" Tanya Diana kepada anaknya itu

Abi yang juga sedang berada di rumah, melirik adiknya begitu tajam. Fajar, yang sadar akan lirikan tajam Abi hanya tersenyum mengejek pada kakaknya

"Iya Mom. nanti Rahma, Fajar ajak ke sini lagi" janji Fajar pada ibunya

Abi mendengus, ia tak suka Fajar terus-terusan membicarakan Rahma di depannya.

Apalagi ibunya, malah bertanya pada Fajar. Harusnya yang di tanya itu Abi, bukan Fajar.

"Kenapa Bi? Muka lo gak enak banget diliat" tanya Fajar mengejek

Abi memutar bola matanya, tak menanggapi pertanyaan Fajar.

Diana terkekeh melihat kelakuan kedua anak lelakinya ini, kemudian Diana berdiri dari sofa nyamannya

"Ada yang mau stroop wafels?"

Fajar mengagguk riang, suasana hatinya benar-benar bagus, apalagi setelah melihat waja kesal yang ditunjukan Abi.

Sepeninggal Diana, Abi ikut berdiri, hendak meninggalkan Fajar sendirian di dalam ruang tamu mewah Diana.

Tapi sebelum sempat ia berjalan terlalu jauh, suara Fajar lebih dulu terdengar

"Mau kemana? Menghindar?" Tanya Fajar, tak lupa masih dengan nada mengejek

"Apa yang harus dihindari?" Tanya Abi.

Buat apa menghindar, ia hanya tak suka jika Fajar membicarakan Rahma di depan Diana.

Rasanya seperti Rahma sudah menjadi milik Fajar.

Padahal kan tidak!

Bukankah ia terdengar seperti orang cemburu?

Oh, Abi benar-benar benci saat kelimat itu tiba-tiba muncul di kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri saat itu juga

Lebih baik ia pergi.

Fajar mengangkat kedua bahunya "ya mungkin aja kan? Mungkin lo ga bisa terima kalo Rahma udah jadian sama gw"

Abi menggeram, terlalu kencang hingga membuat Fajar terkekeh

"jangan gila..." Geram Abi

"Ya kan mungkin aja, lo baru sadar. kalo selama ini dengan begonya lo udah nyia-nyiain Rahma. Cuman karena belom bisa move on sama mantan istri lo yang udah mati"

"Jaga bicara mu! Fajar!!" Geram Abi

"Loh emang iya kan, lo selama ini gak sadar emang? Rahma tuh tiap hari ada di samping lo. Bawain jus buah, dapet nilai bagus demi lo, bahkan sampe sekolah kepribadian supaya lo bisa ngeliat dia"

Jeda Fajar beberapa saat sembari memandang Abi geram

"Tapi apa, lo malah maki-maki dia. Yang gw yakin lo lakuin itu demi ngebela mantan istri lo. Dan sekarang gw tanya, mana istri lo yang udah lo bela-belain itu?"

Emosi Abi sudah berada di tingkat teratas dalan hidupnya. Tapi, Pernyataan Fajar barusan, layaknya granat yang di lemparkan ke hatinya

"Lo gak ngerasa kehilangan gitu? Atau paling engga nyesel deh ?"

Abi mengepalkan kedua tangannya, rahangnya juga mengeras. Ia kesal, benar-benar kesal.

Karena apa?

Karna pernyataan yang di katakan Fajar adalah sebuah Fakta. Fakta yang berusaha ditepis oleh Abi sendiri,

Abi mengakui, kalau ia memang merasa sedikit hampa setelah Rahma tak lagi berada di sekitarnya,

apalagi setelah tau kalau Fajar begitu dekat dengan Rahma, rasanya seperti ada yang membakar jiwa dan hatinya.

Tapi Abi tak tahu apa maksudnya itu

Hatinya menyuruhnya untuk menjauhkan Rahma dari Fajar, tapi logikannya berkata sebaliknya,

"Kenapa? Benerkan gw" ucap Fajar mengejek

"basi lo!!! Rahma udah punya gw!"

Bayangan akan keceriaan Rahma terbayang di kepalanya, tawanya, wajah meronanya, serta tatapan cintannya saat melihat Abi

Abi sadar ia tak rela membiarkan orang lain melihat itu, sekalipun adiknya sendiri.

"Jangan berharap terlalu tinggi. Kamu boleh bangga jadian sama Rahma." Ucap Abi penuh amarah

"Tapi kamu harus tau, hubunganmu  itu semu, Karna kamu juga pasti tau hati Rahma itu punya siapa" lanjutnya.

***

Yuk sama-sama kita pukulin Abi.

Wkwk, seneng bgt akutuh nulis ini, soalnya banyak yg suport ❤️❤️❤️

Jangan lupa votee 👇👇

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang