Revi berjalan di koridor kampus, gelapnya malam selalu menemaninya mengejar ilmu.
Menghilangnya kabar Rahma setelah pertemuan terakhirnya di rumah sakit kala itu, membuat hatinya begitu gusar.
Apa terjadi sesuatu lagi? Langkah kakinya ia percepat saat pemikiran-pemikiran negatif mengelilingi benaknya.
Kantor Abi adalah tujuannya, mengapa? Karna perang dingin yang baru pertama kali menerpa persahabatan Rahma dan Revi ini, di sebabkan oleh Abi.
Rahma yang begitu tergila-gila oleh Abi, serta Abi yang begitu keras kepala tak mau menolah Rahma
Revi sudah berulang kali memohon pada Abi untuk mempertegas perasaannya pada Rahma agar temannya itu tak terus berharap.
Tapi tak pernah di gubrisnya, seakan Rahma itu adalah samsak untuk melepaskan kemarahannya.
Revi tentu tak terima, tapi ia bisa apa? Rahma yang sudah di mabuk cinta Abi tak akan pernah bisa mendengarnya.
Pintu ruangan Abi di buka begitu saja tanpa ketukan olehnya, tanpa sopan santun.
Hal pertama, yang jadi perhatian Revi saat berada di dalam ruangan Abi adalah, botol jus buah yang Revi tahu betul siapa yang memberikannya, kemudian baru mendelik kepada Abi
"Pak, saya perlu bicara" ujar Revi
Abi yang tak siap dengan kedatangan Revi hampir terlonjak dari kursianyaHelaan nafas cukup panjang sempat tereengar di telinga Revi
"Bicara apa?" Tanya Abi
"Rahma engga kontek saya selama seminggu, ini pasti ada apa-apa sama ba-"
"Coba telfon sekarang" selak Abi
Revi mendengus kesal, sudah tak ada batas kesopanan di antara keduanya
"saya belom selsai ngomong"
"Sebelum marah-marah sama saya, kamu coba telfon dulu. Kalo emang ga di angkat, baru kamu boleh marah" saran Abi
Revi menghela nafas, di ambilnya ponsel dari saku celananya lalu mendial nomer Rahma.
Revi sudah mengumpat dalam hati. Ia benar-benar akan menendang bokong dosennya ini saat bunyi deringan ponsel ini berhenti. Tapi,
Tak di sangka-sangka, Rahma justru mengankat telfonnya dengan suara antusias "Revikaaa... main dong ke rumah gw"
Ravi mengkerutkan keningnya, menjauhkan ponsel dari telingannya, lalu memandangunya sesaat
Kali ini, Revi akui. Kalau benar kata Abi, coba di telfon dulu.
Abi menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu melipat tangannya di dada.
Sembari menunggu percakapan antara kedua sahabat itu, ia mengawasi pergerakan Revi
"Udah?" Tanya Abi
Revi mendengus kasar, Seraya mengangguk, merasa bersalah karna sudah menuduh Abi "pak, kenapa bapak gak cerita aja sih sama Rahma masalah itu?" Tanya Revi
Tatapan Abi berubah sendu saat Revi tiba-tiba saja merubah topik pembicaraan "buat apa? Rahma kan orang asing. Gausah lah dia tau masalah ini" tolak Abi
Revi mendengus "tapi masalah ini bisa jadi besar nantinya, Rahma itu keras kepala pak."
Revj tak mau terjadi kesalah pahaman antara Rahma dan dirinya lagi, ia tak sanggup.
Rahma adalah temannya dari masa SMP dulu, jadi persahabatan mereka bisa di katakan sudah seperti keluarga, apa lagi Revj tipe orang yang susah bergaul.
"Enggak perlu Rev, ini masalah kamu dan saya. Gak usah bawa-bawa Rahma" tegas Abi
"Kalo gitu tolak Rahma pak, ga usah kasih harapan lagi ke dia."
Abi menatap Revi lekat, tapi tak ada satupun kata yang berhasil dikeluarkan Abi
"Kenapa gak jawab?" Tanya Revi lagi
"Kenapa?" Tanya balik Abi
"Iya kenapa, apa susahnya tinggal bilang 'saya gak suka sama kamu' kasihan Rahma terus di gantungin, biar bagaimanapun dia sahabat saya"
Abi terdiam, mengedipkan matanya perlahan-lahan. Ia menatap Revi tegas Lalu menghela nafas
Untuk saat ini hanga satu kalimat yang dapat menggambarkan perasaan Abi.
Abi, tak mengerti juga tak bisa menjawab.
***
FYI, Revi bukan orang jahat okay...
How was it?
Hope you guys like it.
Untuk minggu ini segini dulu okay, my brain got stuck. Jadi cuman bisa ngasih ini dulu😱
i'm sorry😭
But anyways, aku tetep suka part ini hehe
See you guys next week
Love y'all 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"