"kenali dulu gebetan lo"
Rahma memutar bola matanya "siapa yang ga kenal pak abi sih? Please deh.. serius dikit" dengus Rahma
Fajar mendengus deraya memutar bola matanya "maksud gw. Lo harus mengenali pak abi dengan benar, misal makanan kesukaan atau warna kesukaannya, atau juga..." jeda Fajar "mantan pacarnya... Mungkin" dengan mata sedikit memicing di akhir kalimat
Rahma menaikan sebelah alisnya sepersekian detik, kemudian mengagguk membenarkan.
Kalau difikir-fikir, Rahma memang belum tahu apa-apa tentang Abi, juga tak pernah sekalipun terfikirkan untuk mencari tahu
Baginya, hanya berada dekat dengan Abi saja sudah membuatnya bahagia bukan main.
Baru setelah Fajar mengusulkannya, ia segera memikirkannya saat itu juga
"Terus, Gimana caranya?" Tanya Rahma
Fajar tersenyum.
Rahma sadar bahwasannya itu senyum tersirat
"kita bajak Iphonenya, disitu pasti ada foto, percakapan sama social medianya"
***
Rahma termenung, memikirkan bagaimana cara mengambil handphone Abi tanpa sepengetahuannya
Bagaimana kalau ia batalkan saja niatnya ini, biar bagaimanapun hanphone juga termasuk barang prifasi.
Rahma menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.
Kaki yang di balut celana pensil berwarna putih itu sengaja di goyang-goyangkan, pertanda saat ini Rahma benar-benar merasa gusar.
Disini yang jadi taruhannya adalah, eksistensi Rahma di kampus. Jika ia tertangkap basah sedang mencuri handphone Abi, ia pasti akan mendapat Surat Panggilan. Dan ayahnya, pasti tak akan senang mendengar itu
Rahma menggeleng
Tapi hasil yang akan di dapat justru lebih menggiurkan dari pada sekantung emas batangan dari dalam brangkas Bank Indonesia.
Ia akan mengetahui 'Kehidupan pribadi Abi'
Rahma menghembuskan nasasnya panjang lali memutar pandangnya ke sekitar, kantin hari ini cukup sepi. mungkin karena sekarang sudah sore, Orang-orang lebih memilih pulang kerumahnya , atau berjalan-jalan di pusat perbelanjaan layaknya anak mudah abad 21.
Tidak seperti seseorang yang rela tetap berada di kampus hingga petang, demi menunggu sang dosen tercinta.
Dalam hati, Rahna tak henti-hentinya berdoa, agar dilancarkan segala rencananya hari ini.
Tiba-tiba di tengah doanya.
Satu ide terlintas di benak Rahma, tapi...
Ia ragu.
Idenya ini sunggu memalukan, tak patut dilihat apa lagi di contoh.
Otaknya terus berputar mencari cara lain, tetapi kehadiran Abi yang berjalan masuk ke dalam kantin membuat fikirannya buyar.
Selama Rahma tak menemui Revi, ia juga belum bertemu Pak abi, alasannya?
Tentu saja karena ia malu.
Jadi bisa di katakan hari ini adalah perdananya ia bertemu Abi setelah kejadian memilukan hari itu.
Tapi apa harus ia lakukan sekarang? Maksudnya rencananya dengan Fajar.
Bukankah ini terbilang terburu-buru2, maksudnya Rahma sudah beberapa hari menghindari Abi, kalau tiba-tiba ia berbuat demikian,
bukankah akan terlihat seperti sangat di buat-buat?
Tapi... Tak ada cara lain. Lakukan saja Rahma!
Rahma mengatur nafasnya perlahan, juga tangan kanannya sudah ia posisikan dengan benar, jantungnya berdegup dengan kencang, lalu..
Bamm!!
Semuanya sudah terjadi,
Rahma sukses meninju hidungnya sendiri. Seperti yang di harapkan, setelah beberapa detik berlalu cairan kental berwarna merah sukses dikeluarkan hidungnya.
Sekarang rencananya hanya tinggal berjalan ke arah Pak abi. semoga rencananya ini benar membuahkan hasil.
"pak abi..." sapa Rahma ragu
Mendengar namanya di panggil, oleh suara yang belakangan ini menghilang songtak Abi langsung menoleh
Secepat itu, tatapan datarnya berubah menjadi tatapan khawatir, dengan tergesa ia menghampiri Rahma "hidung kamu kenapa?" Tanya Abi tergesa
Rahma bersorak dalam hati. Rencannya sudah lima puluh persen berhasil.
"Hidung? memangnya kenap- aaaaaa" jerit Rahma saat ia sengaja menyentuh atas bibirnya dan melihat tangannya
Oh, sungguh sangat memalukan.
"Ke ruangan saya sekarang Rahma!" Bentak Abi dengan rahang mengeras sempurna
Gigi Abi bergemelatuk, langkah kakinya juga begitu tergesa.
Separah itukah hidungnya? Tanya Rahma dalam hati.
Sesampainya di ruangan, Rahma di persilahkan duduk di sofa tamu, yang berada tepat di depan meja kerja Abi.
Dengan cekatan Abi membasuh darah di hidung Rahma.
Rahma yang di perlakukan begitu intes oleh Abi tersipu malu. Ia sungguh tak menyangka Abi akan berbuat demikian
"Baringkan kepalamu Rahma, dan jangan bergerak. Saya mau keluar sebentar!" Perintah mutlak Abi
Rahma tak menjawab, masih termenung tak percaya akbiat perlakuan Abi padanya
Tapi jika di fikir-fikir mengapa Abi selalu menyuruhnya tak bergerak? Mungkin dalam fikirannya , Rahma akan membuntutinya lagi, seperti yang sudah-sudah.
Melihat kesempatan dalam kesempitan, Rahma tak mau menyia-nyiakan. Dengan perlahan Rahma menyelipkan tangannya kedalam saku Jas yang di kenakan Abi, Rahma yakin Abi selalu menaruh ponselnya di sana.
Dan benar saja, Rahma berhasil merabanya. Dengan ketelitian yang membuat pening, Rahma segera menggenggamnya dan sesegera mungkin ia menyembunyikan ponsel Abi di balik punggungnya.
Tak ketahuan, tak ketahuan, tak ketahuan. Rapal nya dalam hati
Abi tak menunjukan respon apapun, ia justru berjalan keluar dan menutup pintu ruangannya.
Berhasilkah?
Rahma menarik nafas dalam setelahnya, ia benar-benar takut.
Tak berselang lama pintu kembali terbuka, menampakan sosok yang barusan menutup pintu
Rahma meringis, ia bahkan belum sempat membuka ponselnya, apa rencananya gagal secepat itu.
"Kali ini saya suruh kamu untuk menunggu saya. Saya janji gak bakal sampai larut" ucap Abi sangat lembut.
***
Ngaku aja bi, kangen kan lu sama Rahma wkwkwkw
Happy weekend kalian semua, semoga dengan cerita Mercy libur kalian jadi tambah menyengangkan
Jangan lupa votee 😍😍
Love y'all 😘😘💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"