25. istri

65.8K 3.5K 87
                                    

Mercy Udah update !!!

Yaayyy 👏👏

Jadi minggu ini aku mau coba update dua kali dalam minggu ini-permintaan my lovely readers❤️ yang udah sempetin ngasih saran buat aku.

Kalo misalkan otak aku mampu, minggu-minggu selanjutnya juga bakal update dua kali seminggu oke.

Doain aja semoga lancar hihihi 🤭

***

Fajar bergerak gelisah.

Mengapa perasaan tidak enak ini tak mau hilang sejak kepergian Rahma 2 jam lalu. Fajar mengacak rambutnya frustasi, tak mungkin kaka kandungnya ini berbuat macam-macam kan?

Semuanya akan baik-baik saja, ia tau Abi bukan laki-laki brengsek.

Sial, sebenarnya apa yang di takutkan oleh Fajar?

Perasaan ini semakin kacau saat ,berulang kali ia mencoba menghubungi Rahma, namun tak satupun paanggilannya dijawab.

Sekali lagi benaknya berkata, semuanya akan baik-baik saja.

"Mas Fajar, di tunggu ibu Diana di gazebo" ucap salah satu asisten rumah tangga Diana -ibu Fajar.

Fajar mengangguk patuh, namun tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berpijak, Mom pasti bisa menunggu, benak fajar.

Kemunculan Abi yang tiba-tiba sontak membuatnya terkejut, segera saja Fajar menghampiri kakak kandung satu-satunya itu, Hendak menanyakan keadaan Rahma.

"Bi, rahma udah lo anter pulangkan?" Tanyanya, dengan sikap kurang ajar seperti biasanya

Abi mendelik saat mendengar nama gadis itu disebut lagi. Tak bisakah untuk sehari saja, ia terbebas dari kehadiran Rahma?

Tidak Revi, tidak Fajar adiknya sendiri. Semua selalu membicarakan Rahma

Dengan sikapnya yang sesungguhnya tempramental, ia telah sukses menahan amarahnya, ia begitu sabar. Sabar menghadapi tingkah laku Rahma yang sudah di luar batas kesopanan antara dosen dan muridnya.

Sungguh, sejujurnya Abi sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Rahma. ia sudah tak mempermasalahkan lagi sikap Rahma yang terlalu kekanakan.

Bisa di bilang ia sudah terbiasa.

Bahkan saat pagi, ia selalu menantikan jus buah yang selalu di bawakan oleh Rahma, atau hanya sekedar ucapan selamat malam, tepat sebelum ia tidur.

Tapi, melihat Rahma di rumah orang tuanya beberapa saat lalu, melihat betapa dekatnya ia dengan Diana. Membuat amarah Abi mencuat begitu saja.

Mengapa?

Karena saat itu, saat Rahma duduk di sofa kesayangannya, saat tawanya terdengar begitu merdu di telinga Abi. Rahma terlihat seperti orang itu, benar-benar mirip

Tawanya, senyumnya, baju terusan hijau pastelnya, serta sofa yang selalu detempatinya..

Semuanya begitu persis, hingga membuat amarah Abi lepas terkendali.

Fikirnya... Dengan begitu lancang, rahma yang selalu di anggap orang asing, terlihat seperti berniat menggantikan posisi orang itu..

Posisi, mendiang istrinya, Larasati.

Abi tak terima, rasanya seperti menghianati. Seperti berselingkuh. Padahal, istrinya sudah lama meninggal.

"Woy jawab!" Tegur fajar.

Abi tersentak, sadar akan pertanyaan adiknya yang belum di jawab akibat lamunannya, kemudian alih-alih langsung menjawab ia mengacak rambunya

"gak tau?" Gumam abi,

"Hah?"

"Engga tau! Saya engga tau!" Bentak Abi

Fajar yang tak menduga medapat bentakan, sedikit memundurkan kepalanya

"Whoa...Engga tau gimana? Lo yang anter dia barusan bego!" Sentak Fajar ikut tersulut

"Pokonya intinya Tidak mengantar dia pulang, jadi saya tidak tahu. udah ya, saya cape" usirnya

Fajar membelalakan matanya tak percaya, ini yang di dengarnya nyata bukan?

"lo Gila!! Ini udah malem, dan lo suruh dia pulang sendiri? Gw rasa lo perlu daftarin diri ke rumah sakit jiwa"

Abi menggeram, ia tak kuasa menahan amarahnya lagi

"Stop fajar!! ga usah sebut-sebut nama perempuan ga tau diri itu, saya udah muak dengan tingkahnya!"

Fajar menggeleng tak percaya, ternyata saudara satu-satunya ini begitu brengsek.

"Lo bilang apa barusan? Perempuan gak tau diri? LO YANG GAK TAU DIRI!!"

Fajar tak mengerti. Kenapa ia ikut terbawa emosi saat kakanya ini menghina Rahma

Abi mendengus kencang, lelah dengan apapun itu yang yang berhubungan dengan Rahma

"Saya tekankan, untuk hari ini saja, jangan menyebut nama Rahma di depan saya." Tegas Abi dengan penekanan di beberapa kata

"Dasar Bego!!!!"

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang