Abi bersidekap, matanya tak lepas sedikitpun dari Rahma, niat awal yang hendak mengajaknya makan siang, urung ia lakukan.
Abi sudah berusaha keras untuk tidak perduli, tetapi hati dan logikanya kali ini bekerja sama untuk menolak.
Hari ini, Rahma benar-benar membuatnya tak fokus mengajar.
Hari ini Rahma, Benar-benar tampak seperti orang asing
Apa-apaan sih ini?
Seusai kelas, tanpa ragu Abi buru-buru menarik Rahma menuju ruangannya. bukannya apa-apa, hanya bermaksud agar tak banyak orang yang melihat dan bertanya-tanya.
Tapi ketika sudah di ruangnnya, sampai setengah jampun, Abi sama sekali belum mengeluarkan suaranya. Memebuat sedikitnya. bukan, bukan...
membuat Rahma benar-benar kesal
Abi sendiri bingung mau mengatakan apa, yang ia fikirkan hanya menarik Rahma menjauh dari kerumunan
Rindu mungkin?
Abi tersentak saat pemikiran tersebut melintas di otaknya
Rahma menghela nafas kasar, kemudian menghentak kaki yang sebelumnya di silangkan, menimbulkan suara yang sedikit gaduh
"Kalo gaada yang mau di bicarakan, saya keluar aja Pak" Dengus Rahma
Abi berjalan pasti mendekati Rahma. Menatapnya begitu intens, dengan gerakan perlahan ia menarik sampul dasinya menjadi lebih longgar
Rahma yang belum pernah di tatap seperti itu, terpaku sesaat.
"Kamu.." ucapnya dengan nada rendah.
Beberapa saat Abi kembali tak mengeluarkan suaranya, kemudian berdeham
"Jangan... berpakaian seperti ini lagi"
Rahma meneguk ludahnya susah payah.
Dalam situasi seperti ini pantaskah Rahma jika ia masih menginginkan Abi?
"Terutama baju dan topinya." Sambungnya, kemudian melepas topi yang di kenakan Rahma.
Sebetulnya, Abi sudah akan membentak Rahma karena ia berani berpakaian layaknya orang bar-bar seperti ini.
Namun ia teringat akan kejadian malam itu dengan Rahma. Abi takut, jika ia kembali tak bisa mengontrol emosinya.
Jadi, Abi berusaha sebisa mungkin agar tidak kembali membentak Rahma.
Rahma memutar bola matanya, sebelum menghela nafasnya
"Mau saya pake baju apa kek, topi apa kek. Bapak gak punya hak ngelarang-ngelarang saya!"
Abi tercekat, ia baru saja di buat terkejut oleh pernyataan Rahma.
Benarkah ini Rahma yang dikenalnya?
"kamu itu mahasiswi saya jadi sudah sepantasnya saya menegur kamu, apalagi kamu sekarang sedang di kampus"
Rahma berdiri dari sofa nyaman di ruangan Abi "kenapa cuman saya yang di tegur? Banyak kok mahasiswan lain yang bajunya lebih aneh. Lagian baju saya masih dalam batas kesopanan" sahutnya tak mau kalah
Rahma memang benar, tetapi di lain sisi Abi juga tak mau di salahkan.
Disamping itu pula, sebenarnya Abi menegur Rahma hanya karna ia tak suka melihatnya berpakaian seperti ini. bayangannya ia akan kembali bertemu dengan Rahma yang memakai rok rample selututnya itu, tapi kenyataannya tidak seperti itu
Ia begitu malu untuk mengakuinya.
"Bisa murka, pak toni kalo sampe ngeliat kamu berpakaian seperti ini" ujar Abi
"Dekan, dekan, dekan terus yang di omongin dari dulu. Gak ada hubungannya sama saya" sahut Rahma
Emosi Abi sedikit tersulut, hari ini Rahma benar-benar terlihat seperti orang lain. Sebelumnya Rahma tak pernah menyahuti perkataan Abi dengan nada tak bersahabat seperti itu
" kamu tau? Kamu kaya orang asing sekarang, saya bahkan gak ngenalin kamu tadi." Jelas Abi tak habis fikir
"Pakaian kamu ini tidak sopan, celana robek-robek, topi tidak jelas. Bahkan kamu hampir membentak saya." Lanjutnya
Presdiksinya lagi, Rahma akan kembali menyahutinya, tapi Rahma hanya mendengus, lalu tersenyum dipaksakan.
Abi yang menyaksikan itu, mengernyitkan keningnya. Ada apa dengannya?
"Kenapa?" Tanya Abi
Rahma melirik Abi sekilas namun belum mau mengeluarkan pendapatnya
"Kenapa Rahma? Jawab saya" pinta Abi, mulai frustasi
"Bapak tuh maunya apa sih sebenernya?"
Abi menghilangkan jarak diantaranya, lalu menatap wajah Rahma lekat-lekat.
"Kamu serius nanya itu?"
Rahma mendongak pongah "iya!"
"Saya gak main-main kali ini Rahma, Kamu yakin gak akan nyesel?"
"Stop, untuk muter-muter pak, saya masih ada kelas"
"Oke" jawab Abi
Nafas Rahma sudah mula terputus putus saat ini, gugup karena menunggu apa yang akan di ucapkan Abi.
Tapi menit bermenit telah berlalu, Abi tak kunjung menyuarakan apa maunya. Keduanya hanya saling bertatap dalam jarak yang cukup dekat.
"Pak say-..." Rahma urung, tak jadi protes
Sebab mulutnya, sudah lebih dahulu di bungkam oleh bibir Abi
"Saya mau, kamu..."
***
Nahloo....
Abi jangan PHP yaa, nanti Rahma kesel loh wkwkwk
Makasih banyak loh sebelumnya, buat yang pada nungguin Mercy!! Jadi makin sayaang😘😘❤️❤️
Yuk yang udah pada bacaa klik tombol votenyaa 👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"