Entah bagaimana, kata itu meluncur begitu saja dari mulut Abi. Membuat hati Rahma tentu berdebar-debar.
Nama Abi terus ia ucap di setiap detiknya, Usai dari kencannya dua hari lalu. sampai-sampai Revi tak mau bertemu dengannya jika Rahma masih mengucapkan kata Abi.
Bahkan Pelajaran filsafat yang di bencinya kini menjadi pelajaran kesukaannya. Sekarang sudah tak ada kata terlambat serta tertidur di dalam kelas lagi, dan itu sungguh kemajuan yang di harapkan Abi.
Abi sukses membuat semangat Rahma meningkat. Tak di sangka jika rencananya benar-benar berhasil. Rahma begitu gembira, walaupun sebenarnya ia sendiri belum tahu maksud tersirat dari ucapan Abi lusa lalu.
Di benaknya, Rahma berjanji akan terus hadir di setiap pertemuan. Selama Abi yang menjadi dosennya
Siul riang Rahma terdengar di sepanjang melintasi koridor kampusnya. Tapi tiba-tiba siulan Rahma terdengar seperti bersahutan dan itu terdengar menakutkan.
Bayangkan di tengah koridor yang begitu sepi, siulan Rahma di balas oleh suara yang entah siapa pemiliknya.
Dengan tergesa Rahma berhenti bersiul. Langkahnyapun ikut terhenti. Namun tak terdengar lagi suara sahutan itu.
Rahma mengernyit dan mengedikan bahunya, kemudian kembali melangkahkan kakinya. Kali ini ia benar-benar berhenti untuk bersiul
Tetapi suara Siulan itu terdengar kembali, padahal Rahma Sudah berhenti bersiul
Rahma berbalik, mencari asal suara tersebut, kemudian alisnya bertaut menjadi satu
Hanya ada seseorang di belakannya saat ini, dan Rahma sama sekali tak mengenal orang tersebut. Rahma semakin dibuat bingung saat pemuda itu memanggil namanya
"Hi rahma.." ucapnya dengan aksen cadel
Rahma mengernyit, kala pemuda itu berjalan mendekat
"Kita... kenal?" Tanya rahma
Pemuda itu menggeleng. Kumis tipisnya menjadi perhatian Rahma, apalagi rambut semi panjangnya yang diikat menjadi satu.
Tiga kata, untuknya...
Orang Ini Tampan.
Tipe Rahma sekali. Ia tersenyum kearah Rahma, ya pemuda itu. Dan jujur, semakin menambah ketampanan di wajahnya
Astaga! Lo mikir apa barusan Rahma! Ingat, Abi masih menunggu di masa depan nanti.
"Hai, gw Fajar" ujarnya memperkenalkan diri.
Harusnkah Rahma membalasnya? Dalam tata krama, jawabannya sudah pasti Ya.
Tapi Faktanya pemuda ini adalah orang asing . Haruskah ia bersikap sopan, atau pergi meninggalkannya saja? Beberapa hal masih menjadi pertimbangan Rahma, dan berakhir dengan
"H-Hai" balas Rahma ragu "lo.. tau nama gw?"
Fajar terkekeh "iya, sorry..." Jedanya berdeham "gw tanya dari hafis, temen lo kan"
Rahma mengangguk mengerti "oh, kirain..."
Kekehan Fajar belum berhenti "kemaren nilai lo nyaris sempurnakan di kuis pak abi?" Tanya Fajar
Mendengar kata Abi, pupil mata Rahma membesar serta binar-binar bahagia mulai muncul kembali
"Iyap, bener" jawab Rahma
"Lo mau nggak jadi tutor gw? Minggu depan gw ada kuis pak abi" pinta Fajar berharap
Rahma berfikir cukup lama, jadi tutor? Ini maksudnya apa? Apa lagi Rahma belum mengenal Fajar.
"Cuman seminggu kok.. mau yaa.." mohon Fajar sembari memegang kedua bahu Rahma
Lagi, ini maksudnya apa? "Eh, ee. Iya.. iya" balas Rahma kelewat cepat
Bukannya apa, Rahma benar-benar risih dengan perlakuan Fajar yang memegang bahunya begitu saja, padahal mereka baru saja berkenalan
"Kalo gitu kita mulai entar malem yaa, nomer lo berapa? Ntar biar gw jemput" ucap Fajar tergesah
Rahma hendak membalasnya, namum belum sempat Rahma membuka mulutnya, sudah ada suara yang mendahuluinya
"Malam ini Rahma ada janji sama saya, lain kali saja tutornya" ujarnya mengintimidasi
Rahma dibuatnya terkejut sesaat
Fajar menatap Abi cukup lama, dan Abipun berlaku demikian. Rahma melirik keduanya secara bergantian, entah apa yang tengah di perbuat kedua orang ini, tapi itu benar-benar membuat hati Rahma berdebar-debar
Terdengar dengusan dari arah Fajar, kemudian acara tatap menatap itupun terputus oleh Fajar yang kembali menanyakan nomer telfolln Rahma
"Id line juga bisa kan" ujar Abi
Fajar tersenyum seraya mendengus kembali
"maaf pak, tapi yang saya minta itu nomer telfon Rahma bukan Id Line bapak" ketusnya
Sekarang, terdengar dengusan dari arah Abi.
Ini ada apa sebenarnya?
Sebelum Rahma kembali mengeluarkan suaranya, Abi lebih dulu menarik lengan Rahma, pergi meninggalkan sosok jangkung Fajar, yang tengah menatapnya lekat.
***
Fajar siapa yaa kira-kira?
Wkwk, baca terus yaa sampe part terakhir. And don't forget to vote and share to your friends
Love y'all 😘😘💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Trócaire
ChickLit(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"