33. Siasat

60.3K 3.6K 22
                                    

Karna ada beberapa yg nanya, kok dikit ka?

Dan karna aku baik hati dan tidak sombong.

Aku upload lagi nih... 😁😁

Padahal jumlah katanya sama loh sama part-part sebelumnya. Tp gapapa, kan aku baik ✌️

Jadi karna aku baik hati, kalian juga harus baik hati, dengan pencet tombol vote 👇 yaa...😘😘

Oke. Selamat membaca my lovee 💞

***

Pintu ballroom dibuka oleh laki-laki berseragam hitam.

Hal pertama yang pasti dilihat adalah, lampu kristal yang menggantung begitu indah di langit-langit ballroom. Dengan sinar berwarna kuning yang tampak begitu elegan dan mewah.

Sebelum melangkah memasuki ballroom, Fajar meminta Rahma untuk menggandeng lengannya.

Rahma bergerak gelisah, sebenarnya ia benar-benar gugup. Apalagi melihat begitu banyaknya tamu yang tampak sempurna dengan Jas dan gaun-gaun mahalnya. Rahma merasa, ini benar-benar bukan tempatnya.

Karna tak sabar, Fajar menarik tangan Rahma dan menaruh di lengan kirinya

"Jangan gugup gitu, nanti cantiknya ilang" bisik Fajar tepat di telinga Rahma, saat mereka mulai berjalan masuk

Rahma mendelik "ih apasih Jar..."

Fajar terkekeh mendengarnya. setelah melihat ke sekitar, akhirnya ia menemukan si Tuan yang menggelar pesta ini, ayahnya Rudolf.

Tak membuang waktu, segera saja Fajar membawa Rahma menuju ke arah ayahnya.

"Dad.." sapa Fajar

"Fajar Ibrahim " balas sang ayah

Fajar melepas gengaman Rahma, lalu memeluk Rudolf begitu erat

"Kamu datang? Biasanya enggak pernah" ucap Rudolf sembari mengurai pelukan anaknya ini

Fajar tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. maafkan anakmu ini rudolf, ia datang karna telah merencanakan sesuatu, dengan menggunakan pestamu ini.

"ini siapa Fajar? Kok Gak di kenalin?" tanya Rudolf

Fajar baru saja akan mengenalkan Rahma pada ayahnya.

Fajar menatap Rahma sekilas lalu kembali menaruh tangan Rahma di lengannya. kemudian sebelum mengenalkan Rahma kepada Rudolf, tiba-tiba saja Abi datang dan ikut menyapa sang ayah persis seperti yang Fajar lakukan tadi.

Rudolf berdeham, lalu kembali memusatkan perhatian kepada Fajar " Jadi, siapa gadis yang kamu bawa ini?" Tanyanya lagi

Fajar menatap sinis Abi secara terang-terangan, seraya terkekeh.

Semua orang bisa melihat, jika Kakaknya itu, sedang terlihat terpaku pada gadis cantik yang tengah mengamit lengan Fajar.

Kena kau!

Siapa yang akan tidak akan terpaku, jika di perlihatkan seorang gadis cantik seperti Rahma.

Tidak ada.

Fajar saja harus menahan kuat-kuat nafsunya saat berada di dekat Rahma, apalagi dengan Rahma yang mengenakan baju seperti itu.

Fajar tertawa agak kencang setelah melihat respon Abi.

Tubuh Abi terpaku tak bergerak, matanya saja tak berkedip, tatapannya begitu dalam saat melihat Rahma, seperti tak menyangka akan melihatnya seperti itu.

"Dad kenalin, ini Rahma. Pacarku..." setelah kalimat itu meluncur, Fajar dengan jelas mendengar suara dengusan, yang sangat di yakini Fajar, kalau Abi pelakunya.

Tak mendapat respon dari Rahma, Fajar segera mendekatkan wajahnya pada telinga Rahma

"Senyum Rahma. Jangan kaku" bisik Fajar

Fajar sadar jika saat ini Rahma begitu gugup di tatap sedemikian intens oleh Abi. Fajar juga sadar jika Rahma pasti sedang memuji ketampanan Abi di dalam hatinya.

Tapi apalah daya? Rencana kali ini pasti akan membuahkan hasil.

Kemudian setelah tersadar dari keterpukauannya Rahma segera melengkungkan kedua sudut bibirnya ke atas, berusaha tersenyum begitu manis.

"Hallo om, saya Rahma" ujar Rahma memperkenalkan diri.

Rahma mendekat lalu mengambil tangan Rudolf dan menaruh di keningnya.

Pandangan Fajar terus tertuju pada kakanya, ia tersenyum begitu melihat Abi tercekat, kemudian membesarkan matanya kekita dilihatnya punggung putih Rahma.

"Fajar!!!" Abi mendelik tajam, tapi sebelum sempat melakukan sesuatu. Fajar segera menarik pinggang Rahma mendekat kearahnya.

"Iya, bang Abi" ejek Fajar

"Kita, perlu bicara. Sekarang!" Pinta Abi tak sabaran

Bunyi Mars mulai terdengar, menandakan dimulainya pesta malam ini.

"Nanti aja. Pestanya udah di mulai, dan sebentar lagi ada ball dance. Gw gak mau ngelewatin moment itu sama Rahma" diliriknya gadis yang namanya baru saja disebut

"Ya kan, Rahma," tanyanya, sembari mengeratkan rengkuhan di pinggang Rahma.

Rahma mengangguk Ragu

Geraman kasar kembali terdenga, membuat kening Rahma berkerut bingung, tapi tetap mengaggukkan kepalanya.

"Tuhkan... Kalo gitu, sampai nanti abang Abimanyu" ejek Fajar lagi. Kemudian melangkah menjauh

saat dirasa sudah berada jauh dari jangkauan Abi, Rahma mulai bertanya

"maksudnya apa? Kita, gak bener-bener mau dansa kan?"

Fajar tertawa, hari ini benar-benar menyenangkan!

"Menurut kamu?"

"Nyari mati lo ya! Gw gak bisa dansa" pekik Rahma

"Tenang, Rahma. Cuman gerakan kekiri dan kekanan, ikutin aja alurnya"

Rahma memandang Fajar ragu

"Shal we?"

TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang