24. Murka.

55.9K 3.5K 173
                                    

"KAMU ITU TULI, ATAU BODOH? SAYA KAN SUDAH BERKALI-KALI BILANG, KALO SAYA GAK MUNGKIN PACARAN DENGAN MURID SAYA SENDIRI!!"

Wajah Rahma sudah sepenuhnya berwarna merah.

siapa orang yang duduk di sebelahnya ini?

Benarkah ini dosen yang selama ini ia kagumi?

Sekarang wajahnya sudah dipenuhi oleh buliran-buliran air mata. Ia tak berani bergerak ataupun mengeluarkan suara, terisak pun ia benar-benar takut.

Melihat Abi yang seperti ini membuatnya sunggu takut, tubuhnya juga bergetar hebat.

Sebelumnya, tidak ada yang pernah membentaknya seperti itu sekalipun orang tuanya.

"Kenapa masih disini? Kurang jelas?" Tanya Abi dengat nada mencibir tak percaya

"PERLUKAH SAYA TEKANKAN SEKALI LAGI!?"

"SAYA. TIDAK. MENYUKAI KAMU. SAYA TIDAK MENYUKAI ORANG ASING SEPERTI KAMU RAHMA!!" Jedanya mengambil nafas

"Saya tidak mungkin menyukai kamu. Gadis kekanakan, Tak punya Etika, Serta gadis berwajah pas-pasan . YANG DENGAN PERCAYA DIRI INGIN MENJADI PACAR SAYA!!" Ucap Abi begitu menggebu, kesabaranya sudah habis.

Rahma menggenggam erat sabuk pengaman yang melekat ditubuhnya mencari keamanan.

"Apa perlu saya mengatakan perempuan seperti apa yang pantas saya sukai," Tanya Abi Masih dengan nada mencibir

Rahma menggeleng, tak dapat mengeluarkan suaranya

"Perempuan seperti TEMAN KAMU REVI!!" Lanjutnya memperjelas

Rahma terpaku sesaat, tak mempercayai apa yang barusan keluar dari mulut dosen yang selama ini ia agung-agungkan

"Kamu harusnya bisa mencontoh Revi, sikapnya sopan, bajunya selalu tertutup, layaknya perempuan berpendidikan."

Perlahan isakan tangisnya mulai terdengar.

Hatinya sesak. Pasokan udara disekitarnya terasa semakin menipis, nafasnya menjadi putus-putus.

"Sudah jelas?" Tanya Abu

Ia benar-benar tak sanggup, hatinya terbelah menjadi kepingan-kepingan kecil.

Mendengar penolakan Abi yang begitu kasar serta tak sabaran, rasanya seperti di tusuk oleh anak panah begitu dalam tepat di hatiya.

Apalagi setelah nama Revi meluncur begitu saja, rasanya seperti hari akhir! dengan terompet sangsakala yang sedang di tiup oleh sang malaikat.

Gemuruh cinta di hatinya seketika padam, di gantikan rasa sesak  yang begitu menyakitkan sampai ke ulu hati.

Kata gadis tak tahu diri, terus berputar di telinganya.

Rahma menatap Abi begitu dalam. Dengan wajah basah serta merah padamnya, tak lupa diselipkan tatapan kecewa yang teramat dalam.

Memerhatikan wajah Abi dengan teliti.

matanya.

hidung mancungnya.

serta bibir ranumnya, yang selalu terbayang oleh Rahma untuk mencium keningnya.

Gemetar di tubuhnya semakin kencang saat Abi membentaknya sekali lagi "KELUAR RAHMA, KELUAR!!!" Jeritnya begitu kencang hingga sanggup membuat kesadaran Rahma kembali.

Rahma segera membuka sabuk pengamannya saat setelah Abi membentaknya

Sebelum membuka pintu mobil disempatkannya meminta maaf kepada Abi atas kelancangan sikapnya hari ini

"Maaf pak, atas ketidak tahuan diri saya, juga dengan hal-hal lainya" jedanya

"Maaf..." ucapnya begitu pelan lalu membuka pintu mobil,

Tanpa menutup pintu kembali, Rahma berlari begitu kencang ke arah pintu gerbang.

begitu kakinya menginjak trotoar berwarna abu-abu tepat di depan rumah tersebut.

Rahma menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian berteriak dengan kencang, meluapkan emosinya yang tertahan selama ini.

tangisnya pun pecah, ia tak menyangka. Setelah penantiannya selama ini, setelah kesabarannya mengejar Abi, serta setelah kesetiaannya selama ini pada Abi, ia malah mendapat penolakan yang begitu keji.

Tak tahu diri.

Serta, Wanita berwajah pas-pasan.

Pribahasa, tak akan ada perjuangan yang sia-sia , yang selalu dipercayanya, sirna begitu saja.

Abi tak tahu bagaimana perjuangan Rahma dalam mengubah penampilannya, dengan mati-matian Rahma belajar untuk berkata-kata lembut, belajar berjalan di atas sepatu tinggi, serta membayar dengan mahal sekolah kepribadian agar ia mempunyai pengetahuan seperti layaknya perempuan-perempuan berpendidikan.

Dan apa kata Abi tadi,

Tak punya Etika.

Rahma sakit hati!

Tentu saja!! Tak di perdulikan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya, yang ia butuhkan sekarang hanya menangis.

Menangis begitu kencang agar semua orang tahu jika ia sedang dilanda keputus asaan

Agar semua orang tahu jika hidupnya sudah berakhir. Dan saat ini yang ingin dilakukannya adalah..

Mati.

***

Hai haii my love...

Aku udah update nih, boleh kali yaa minta saran sama votenya hehehe,

biar tambah semangat updatenya.😁✌️.



TrócaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang