Tanabata #32

252 39 0
                                    

Flashback

Japan, Sendai 2015

Saat itu adalah hari puncak festival tanabata matsuri, banyak ornamen-ornamen kertas yang tergantung di atas tali tipis sepanjang jalanan sendai. Jungkook tersenyum lebar, memang tidak sia-sia ia menempuh perjalanan dari tokyo selama 4 jam 27 menit dengan kereta bersama gadis bersurai coklat yang menyandar di bahunya.

Lisa.

Lalisa Manoban.

Gadis yang mengisi relung hatinya selama 2 tahun terakhir, gadis yang kini menggenggam tangannya. Bergelayut manja disana sehingga membuat Jungkook merasa sangat gemas dengan gummy smile manisnya.

Bahkan mereka sempat mengambil foto untuk mengabadikan hari indah ini.

Langkah kaki mereka terhenti di tengah-tengah keriuhan festival, ada banyak kembang api yang menghiasi langit malam ini. Lisa melepaskan rangkulannya pada lengan kekar Jungkook. Menatap dalam mata Jungkook sebelum berjinjit kemudian mengecup bibir cowok itu dengan singkat.

Ciuman terakhirnya.

"Kok? Biasanya nggak mau." Goda Jungkook, gadis itu hanya diam. Menunduk. Mengumpulkan segenap keberanian untuk menatap mata indah Jungkook. Sangat indah sehingga Lisa takut untuk menatapnya.

Takut untuk menangis dihadapannya.

Takut untuk segala kemungkinan yang bisa membuatnya jatuh lebih dalam kepada seorang Jeon Jungkook.

"Kook?" Bisik Lisa. Cowok yang sejak tadi tersenyum memperhatikan kembang api yang meledak-ledak di atas kepalanya menunduk.

Menatap mata bulat gadisnya yang tampak sangat serius.

"Kita-"

"Kita sampai disini aja." Lanjutnya. Mata Lisa memerah, ia tidak bisa menangis di hadapan Jungkook. Akan sangat menyiksa untuk kembali kepada Jungkook sedangkan dirinya mempunyai mimpi besar yang harus di kejar.

"Sampai sini? Mau pulang?" Nada bicara Jungkook tampak khawatir. Gadis bersurai coklat itu menggeleng. Menegaskan tatapannya.

"Bukan-, maksudnya- aku dan kamu."

"Kita."

"Ayo putus saja."

Segala keindahan lampu taman, kembang api, orang menari-nari seolah memekak kan telinga Jungkook. Kepalanya serasa dihujam petir oleh dewa langit.

Gadisnya menghilang di tengah keramaian.

Meninggalkan Jungkook sendirian diantara orang-orang asing yang tertawa riang.

Cahaya Jungkook hilang.

Mataharinya.

Lalisa Manoban.

Flashback end.

"Jadi- gitu ceritanya?" Suara cempreng Serin memecah lamunan Jungkook, cowok yang di tanyanya hanya bergumam. Masih memejamkan matanya, berharap bayang-bayang Lisa masih hinggap di sana. Senyum manisnya, mata bulatnya. Semua yang Jungkook suka.

"Terus, kenapa lo nggak nyamperin dia aja?" Tanya Serin, Jungkook membuka matanya pelan. Menoleh kearah Serin yang berjongkok di sampingnya, mengenakan celemek pink norak sisa-sisa kesibukan mereka mendekor ulang kamar ini.

"Gue liat, lo nggak pernah sekalipun nyapa Lisa atau mencoba berbicara. You know? Something like that." Gadis itu melepaskan celemeknya kemudian melipatkan benda itu. Menaruhnya di atas pahanya yang bertekuk.

"Nggak semudah itu Ser-"

"Rin." Potong Serin.

"Terserah," umpat Jungkook, berdiri. Mengulurkan tangannya pada Serin yang bingung. Jungkook tidak habis pikir, kenapa dia baru saja menceritakan masalalunya kepada Serin? Serin yang ter-garis bawahi adalah adik dari orang yang mencoba menusuknya dari belakang. Dan satu hal lagi- Jungkook tidak punya rencana apapun lagi sekarang, atau ia bisa melanjutkan rencananya sebelumnya? Ah- Serin pasti tidak akan percaya jika Jungkook sudah move on secepat itu.

Serba salah memang.

Serin meraih tangan Jungkook. Berdiri dengan bantuan cowok berhidung mancung di hadapannya, sedikit berfikir- kenapa kisah cinta remaja begitu rumit? Serin memang tidak pernah pacaran. Menurutnya pacaran adalah drama kolot yang tidak akan pernah ada habisnya, tapi masalah ini sedikit berbeda, mungkin? Serin harus melakukan sesuatu.

Sesuatu yang bisa menghibur teman barunya.

Bagaimanapun caranya.

"Kook." Panggilnya pelan, mengembangkan senyuman termanisnya. Menatap pria bermata legam yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari kamar Serin.

"Gue bakal bantu lo buat dapetin Lisa balik."



Jangan lupa vote dan comment ya!

Then, There's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang