Permintaan #44

249 29 1
                                    

Jungkook berjalan mengintari gang-gang sepi di daerah bukchon-dong dengan menggenggam tangan mungil Lisa seakan-akan ia akan kehilangan gadis itu.

Yah, secara harfiah Jungkook memang sudah kehilangan Lisa.

Pemuda tegap itu mendongakan kepalanya ke atas, memperhatikan kerlap-kerlip bintang malam selagi gadisnya berada dalam genggaman tangannya.

Rasanya familiar.

Jungkook bersumpah, ini adalah perasaan ternyaman yang pernah dia alami selama beberapa tahun belakangan ini.

Satu-satunya alasan Lisa menyanggupi permintaan Jungkook adalah karena rasa bersalahnya yang amat mendalam, tentu saja. Karena dirinyalah Jungkook dan Taehyung berseteru hingga sekarang.

Lisa merasa sangat jahat.

Sibungsu Jeon menundukan lagi kepalanya, menatap aspal jalanan yang sedikit lembab karena hujan tadi sore kemudian beralih menatap wajah Lisa, dan di sinilah mereka sekarang.

Kembali lagi di hadapan kafe sepi yang sengaja di sewa Jungkook untuk Lisa, sesaat setelah mendengar penjelasan Lisa. Ia sadar dengan keadaan yang seiring waktu sudah benar-benar berubah.

Lisa bukan gadis Lugunya seperti dulu.

Dan dia juga bukan orang yang di harapkan Lisa di setiap waktunya lagi. Entah mengapa, rasanya sangat sakit ketika mengingat-ingat masa disaat Lisa tersenyum tanpa ada paksaan. Bukan senyuman hambar yang ia perlihatkan pada Jungkook sekarang.

"Lisa." Panggil Jungkook pelan

"Maafkan aku.." Bisiknya sembari menangkup kedua pipi Lisa, mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Kemudian menciumnya.

Tidak ada pagutan sama sekali, karena ciuman ini terasa sangat hambar.

Lisa mendorong pelan dada Jungkook agar tautan mereka terlepas lalu tersenyum.

"Apakah semuanya sudah berakhir?" Suara pemuda itu bergetar, menahan mati-matian tangisannya. Ia tidak ingin dibilang cengeng. Apalagi menangis di hadapan pujaan hatinya.

Rasanya pasti benar-benar memalukan.

Lisa mengangguk.

"Ya, semuanya sudah berakhir." Lisa menghela nafasnya kasar, melepaskan tawa renyahnya yang terdengar sangat indah di telinga Jungkook.

"Lupakan aku ya?" Lisa membungkuk kemudian berjalan menjauh hingga benar-benar hilang dari pandangan si bungsu Jeon. Di saat itu juga tangisan seorang Jeon Jungkook pecah.

Bintang malamnya.

Mataharinya.

Wanitanya.

Jungkook merasa tidak punya apa-apa lagi sekarang. Cinta benar-benar membuat orang menjadi bodoh, Jungkook tidak menginginkan ini semua. Bahkan dia terlalu muda untuk merasakan patah hati.

Tapi entahlah.

Mungkin takdir tidak menginginkan mereka bersama.

—————

Serin merutuki kebodohannya, sekarang dia berdiri di tengah jalanan sempit kawasan Bukchon, tanpa mantel dan hanya menggunakan piyama serta sendal bonekanya.

Kedinginan? Tentu saja. Orang bodoh mana yang tidak merasa kedinginan di tengah suhu kota Seoul yang mencapai 12 derajat celcius?

Sayangnya, Serin terlalu bodoh. Bukan- sepertinya sangat-sangat terlalu bodoh!

Apa yang membuatnya rela mengikuti Jeon Jungkook menuju kawasan yang sama sekali tidak ia ketahui?

Jungkook sekarang menghilang.

Dan dirinya tersesat.

Sebuah karma combo yang bagus sekali! Kawasan sepi yang menyeramkan, Serin yang bodoh ini bahkan lupa membawa ponsel pintarnya. Sepertinya dirinya akan menjadi gembel bukchon, memikirkannya saja sudah membuat semangat hidup Serin luntur.

Apa dia lompat dari jembatan mapo saja?

Serin menggelengkan kepalanya dengan cepat, hipotermia rupanya bisa membuat orang menjadi kehilangan akal sehatnya.

Dengan menggosok-gosokan tangannya satu sama lain kemudian mengusap-usapkan ke lengannya sendiri, Serin mencoba menyambung hidupnya yang sempat putus beberapa menit yang lalu. Ia harus menemukan jalan pulang! Bagaimanapun caranya!

Serin melangkahkan kakinya yang terasa setengah beku menyusuri jalanan lembab itu, sesekali menggigit bibirnya yang hampir biru karena kedinginan.

Mati dah gue, gue pasti mati.

Sesaat sebelum Serin terduduk karena merasakan kaki-kakinya yang terasa terbakar akibat dingin. Satu suara yang familiar menyapanya.






"Dek?"










Dont forget to like and comment!

Then, There's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang