04 • Jadi Kalian ...

253K 13.2K 653
                                    

Suasana telah begitu sepi. Tak ada lagi aktivitas yang dilakukan tetangga di lingkungan rumah Brisia.

Brisia mengajak Devano masuk ke rumahnya, tidak ada tujuan lain bagi Brisia selain misi kemanusiaan. Devano telah menolongnya tadi, bahkan cowok itu sampai babak belur dibuatnya. Brisia hanya ingin membalas budi baik Devano, itu saja tak ada yang lain.

Devano telah duduk di sofa ruang tamu milik Brisia. Rumahnya yang tak begitu besar itu nampak sepi, tak ada aktivitas di dalamnya. Jika Devano boleh menebak, mungkin seluruh anggota keluarga Brisia telah tertidur.

Gadis cantik pemilik rumah yang kini telah berganti pakaian menjadi pakaian rumahan datang dari arah dapur sambil membawa kotak P3K di tangannya.

Brisia kemudian duduk di depan Devano, ia mulai dengan begitu telaten membersihkan luka luka yang ada di wajah Devano. Brisia hanya diam sembari melaksanakan tugasnya itu.

Entah mengapa timbul getaran hebat di dada Devano ketika berhadapan begitu dekat dengan Brisia. Getaran itu terasa sangat berbeda ketika ia dekat dengan perempuan perempuan sebelumnya. Devano merasa perasaanya terhadap Brisia ini sungguhan, dan bukan hanya main main seperti bersama gadis lain.

Ketika sedang serius seperti itu, Brisia tampak begitu cantik. Hidungnya yang tak terlalu mancung, bibirnya yang berwarna merah muda, riasan wajah yang hampir tidak menghiasi wajahnya membuatnya tampak begitu sempurna di mata Devano.

"Udah selesai." Suara Brisia membuyarkan segala lamunan Devano tentang gadis itu. Suara itu bersamaan dengan menjauhnya tubuh Brisia dari hadapannya.

"Makasih. Yang tadi maksa lo di jalan itu siapa?" Tanya Devano penasaran.

"Lo nggak tahu?" Brisia ganti bertanya, dan Devano menggeleng pelan sebagai jawabannya.

Brisia kira semua orang di sekolah mengenal Ferdi, namun nyatanya tidak. Devano saja bahkan nampaknya belum pernah melihat wajah itu sebelumnya. Atau mungkin Ferdi hanya terkenal di kalangan kaum hawa saja?

"Ferdi, kakak kelas kita dulu. Sekarang udah lulus." Ucap Brisia.

Devano mengangguk, "Siapa lo?"

"Mantan yang maksa ngajak balikan." Ucap Brisia setelah menghela napas berat.

Devano lagi lagi mengangguk. Ia merasa benar soal ucapannya tadi bahwa Ferdi seorang banci, dan pengecut. Atau tepatnya banci yang pengecut. Di mata Devano memaksa mantan untuk balikan adalah tindakan yang salah.

Jika dianya sudah tidak mau dengan kita untuk apa di paksa lagi? Hubungan tak akan lagi sama jika cara itu dilakukan.

Akan ada baiknya jika tindakan seperti itu diganti dengan pendekatan ulang, setidaknya dengan cara begitu ada kemungkinan membuat mantan jatuh cinta lagi pada kita tanpa perlu dipaksa.

〰〰〰

Kantin. Surganya para murid SMA Mandala ketika sedang jam kosong. Suasana yang sepi, ditambah bau bau makanan yang sangat menggugah selera membuat siapapun yang ada di sana enggan untuk beranjak.

Devano tengah bersama Alan menikmati makanan di kantin. Devano membeli soto Mbok Mi kesukaannya, sedangkan Alan membeli Gado-gado Mpok Ipeh favorit nya.

"Lo belum jelasin ke gue soal muka lo yang mendadak ancur kaya gitu." Ucap Alan.

Sebelumnya Devano memang belum bercerita apapun pada Alan soal wajahnya yang babak belur. Alan sudah berulang kali bertanya, namun Devano masih enggan menjawab. Alasannya cukup konyol, cowok itu hanya ingin membuat Alan kepo sekepo kepo nya.

"Gue habis berantem sama kakak kelas kita yang namanya Ferdi. Lo kenal dia?" Jelas Devano.

"Ferdi mantannya Brisia itu?" Tanya Alan setelah berpikir sebentar.

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang