25 • 15k ( s i s a )

158K 8K 104
                                    

Berulang kali Devano menatap kesal terhadap seorang cowok yang duduk di seberangnya. Cowok itu terus saja menatap Brisia dengan tatapan yang benar-benar tidak ia suka. Tatapan itu terkesan memuja, dan Devano membenci siapapun yang menatap gadis pujaannya seperti itu.

Brisia sendiri sepertinya tak menyadari bahwa gadis itu tengah jadi objek pemandangan bagi si cowok dengan kaos hitam tersebut. Gadis itu terus saja memandang ke arah depan tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

"Woi mas! Ngeliatinnya biasa aja dong, mau gue colok itu mata?" Devano yang semakin kesal akhirnya buka suara juga. Kontan dirinya menjadi pusat perhatian kini.

Cowok itu gelagapan karena telah tertangkap basah. Namun sangat terlihat bahwa cowok itu mencoba untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya dan bertingkah seolah dia biasa saja.

"Urusannya apa ya sama lo?!" Tanya cowok itu dengan nada nyolot. Jelas ini akan memancing emosi dalam diri Devano.

"Dia cewek gue, dan gue gak suka lo liatin dia sampe segitunya!"

"Cewek lo?" Cowok itu malah terkekeh mendengar ucapan Devano. Sepertinya cowok itu tak mempercayai sama sekali omongan Devano.

"Eh mbak, yakin ini pacarnya? Yaampun, masa bidadari surga pacaran sama gantungan jemuran sih? Mending sama saya, udah jelas jelas muka sebelas dua belas sama Brad Pitt gini." Cowok itu tersenyum sambil menarik turunkan alisnya bermaksud menggoda.

Brisia jijik setengah mati mendengarnya. Apa? Mirip Brad Pitt katanya? Iya Brad Pitt yang baru nabrak tiang listrik, makanya mukanya jadi absurd gitu. Dia ini gak ngaca apanya, jelas-jelas muka Devano jauh lebih ganteng kemana mana.

"Kalo dia pacar gue kenapa, masalah buat lo?" Brisia memandang lekat lekat cowok itu. Sedangkan cowok itu terlihat seperti tengah memikirkan sebuah kata yang pas untuk dapat menjawab Brisia.

"Eh mas, di rumah punya kaca kan? Lain kali ngaca deh, muka absurd gitu kok ngaku Brad Pitt." Sinis Brisia.

Cowok itu terlihat berang mendengar perkataan Brisia yang secara terang terangan merendahkan dirinya. Tapi ia tak dapat berbuat banyak. Kalau tidak karena itu perempuan, gadis itu pasti sudah habis di tangannya saat ini.

〰〰〰

Brisia duduk bersandar di sebuah kursi yang berada di salah satu kedai es krim yang ia datangi bersama Devano. Rasanya cukup melelahkan tadi berada di tengah kemacetan dengan suhu udara yang terbilang sangat panas hari ini.

Devano baru saja kembali bersama seorang waitreess setelah sebelumnya pergi untuk memesan dua mangkuk es krim vanilla dengan toping yang beraneka ragam di atasnya. Melihat begitu banyaknya toping kalau boleh tebak, pasti harga es krim ini yang termahal di kelasnya.

"Makasih ya mbak," Ujar Devano sambil duduk di kursi yang ada di depan Brisia.

Ketika waitress itu pergi, Brisia mulai menyendokkan es krim itu kedalam mulutnya. Pada suapan pertama Brisia langsung tersenyum karena merasa bahwa es krim itu adalah es krim terenak yang pernah ia cicipi.

"Lo suka es krim itu Bri?"

Brisia dengan cepat mengangguk secara antusias sambil terus menyendokan es krim vanila itu ke dalam mulutnya.

"Kalau gue, Lo suka?" Tanya Devano kembali, namun kali ini sukses membuat Brisia mendadak beku di tempat.

Brisia melepaskan sendok dari genggaman tangannya. Ia mengubah posisi duduknya yang sebelumnya agak merunduk kini menjadi tegak. Ia tak tahu harus memberi jawaban macam apa.

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang