Devano
Nanti malam ada waktu?
Ada, kenapa?
Jalan yuk. Gimana?
Boleh.
Jam 7 gue jemput lo.
Oke
Brisia merebahkan tubuhnya di kasur sambil memeluk ponselnya. Diajak jalan oleh Devano membuat Jantungnya berdebar tak karuan, seperti ada jutaan kupu-kupu yang siap meledak dari dalam sana.
Gadis itu melirik jam yang terpasang di salah satu sisi kamarnya, pukul lima sore. Ini artinya Brisia hanya memiliki waktu dua jam untuk bersiap siap sebelum Devano datang menjemput.
Brisia langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi, ia baru saja pulang dari rumah sakit tadi untuk menjenguk adiknya yang baru kemarin lahir jadi badannya pastinya tidak sedap baunya karena belum mandi sejak pagi hari tadi.
Hampir satu jam Brisia habiskan hanya untuk membersihkan diri di kamar mandi. Ia mengeramasi rambutnya, luluran. Pokoknya Brisia harus tampil se sempurna mungkin malam ini. Tidak salah kan ia begini karena akan jalan berdua dengan orang yang ia sukai?
Selesai mandi Brisia langsung mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer yang ia ambil dari kamar Dian, mamanya. Selama ini Brisia tak pernah menggunakan peralatan semacam itu. Tapi berhubung ia harus tampil sesempurna mungkin, jadi ia harus melakukannya.
Dari kamar Dian ia juga mengambil alat utuk mengeriting rambut. Rencananya setelah berpakaian nanti rambutnya akan ia buat keriting gantung.
Brisia membuka lemari nya, menatap satu persatu baju yang sekiranya cocok untuk ia pakai malam ini. Pilihannya jatuh kepada rok selutut berwarna merah bata dan atasan baju model sabrina berwarna pink muda.
Beberapa kali Brisia berputar di depan kaca untuk memastikan apakah bajunya ini cocok atau tidak untuk ia pakai. Setelah merasa bahwa outfit nya hari ini sudah oke, Brisia mulai berlanjut memberi sentuhan pada rambut dan wajahnya.
Brisia memoles wajahnya dengan begitu sederhana. Hanya menggunakan pelembab, bedak tipis, dan untuk bagian bibir ia beri sentuhan liptint. Tak ada kesan menor sama sekali pada tampilannya. Brisia memang tidak menyukai wajahnya dirias berlebihan, karena menurutnya wajahnya ini akan jauh lebih cantik jika terkesan natural.
Brisia meraih ponselnya yang ada di kasur, kemudian ia mengambil sebuah foto lalu mengunggahnya ke snap gram dengan di bubuhi tulisan otw jalan bareng (d)oi. Brisia menertawakan dirinya sendiri yang menurutnya sudah kelewat alay. Tapi ya biarkanlah, sekali kali ini asal gak tiap hari.
Matanya sedikit membesar dan tak lama bibirnya melengkungkan senyum manis ketika ia melihat Devano telah ada di ruang tamunya tengah mengobrol dengan Brian.
"Kok udah dateng?"
"Kok?" Devano mengerutkan keningnya. "Kita janjian jam tujuh, dan sekarang sudah jam setengah delapan. Tell me, siapa yang salah?"
Brisia melirik ke arah jam yang juga terpasang di ruang tamu, benar saja. Ini sudah jam setengah delapan. Brisia mendadak nyengir seakan tanpa dosa dan kening Devano semakin berkerut di buat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
Teen Fiction"Mimpi kali Lo! Gue gak akan pernah mau jadi pacar playboy kaya Lo! " -Brisia Adelina Wijaya- "Mungkin sekarang lo bisa bilang gak suka sama gue. Tapi gue punya seribu satu cara untuk bikin lo jatuh cinta sama gue." -Devano Hardian Kusuma- Siapakah...