47 • Seandainya

118K 5.6K 26
                                    

Long time no see😭

Sudah berapa abad aku gak muncul di sini😭😭

Aku minta maaf karena lama gak muncul, jadi aku tuh lagi sakit sampai sekarang pun sebenarnya masih belum pulih.

Untuk ngelanjutin cerita ini dari kemarin kemarin pun otakku gak sanggup, jadi yaudah gitu deh.

Maafin lah yaa, jangan berpindah ke lain hati plis🙏🙏

〰〰〰

"Bri, antar gue ke kelasnya kak Brian dong."

Brisia yang sedang sibuk merangkum materi sejarah yang baru saja selesai di pelajari jadi menghentikan aktivitasnya lalu menoleh.

"Mau ngapain?"

"Mau ngasih ini," Ghea menunjukkan sebatang coklat yang terbalut dengan pita berwarna pink yang kini ada di genggaman tangan gadis itu. "Hari ini kan monthversarry gue." Ucap gadis itu dengan senyum mengembang di wajahnya.

Brisia memutar bola matanya malas. Menurutnya, apa yang di lakukan Ghea itu kelewat lebay. Maksudnya, ini kan hanya monthversary jadi kenapa harus se berlebihan ini? Sok sok an memberi coklat segala.

"Pergi sendiri sana, tahu jalannya kan?"

"Ish Bri! Kalau gue jalan sendirian nih ya, serem tau liat tatapan nya kakak kelas. Apalagi si Erlitta tuh, yang naksir berat sama Brian."

Kening Brisia mengerenyit, sedikit mengingat tentang Erlitta itu sebenarnya yang mana orangnya. Ia baru ingat bahwa cewek itu sejak lama menyukai Brian, namun Brian tak pernah menyukainya balik.

Bahkan menurut Brisia cara Erlitta dalam menunjukkan perasaan sukanya cukup ekstrim. Hampir sama seperti Ghea yang terang terangan namun ini lebih parah. Seingatnya dulu si Erlitta Erlitta ini pernah ngaku ngaku jadi pacarnya Brian. Jadi, siapa juga yang tidak ilfil dengan gadis seperti itu? Beruntung Brian tak harus berakhir dengan gadis itu.

"Tungguin pulang aja lah. Ribet amat perasaan." Brisia benar benar sedang malas keluar kelas kali ini. Perutnya masih keram karena ini merupakan hari pertama periodenya datang.

"Ayo lah Bri, bantu adik ipar lo yang cantik ini. Please." Seperti biasa, Ghea mengeluarkan jurus pupy eyes nya.

Pada akhirnya Brisia setuju untuk mengantar Ghea, bukan karena tidak tega. Bukan, tentu saja bukan. Brisia tahu manusia sejenis apa Ghea itu, sebelum dituruti mulutnya pasti tidak akan berhenti meminta. Jadi daripada dosa karena kelepasan berucap kasar, di turuti saja.

Persis seperti yang Ghea katakan tadi, tepat ketika mereka memasuki area kelas dua belas semua mata langsung tertuju pada mereka. Laki, perempuan semuanya sama saja. Hanya saja Brisia lebih menyukai kakak kelasnya yang laki-laki, mereka memiliki senyum hangat yang cukup menenangkan berbeda seratus delapan puluh derajat dengan para perempuan.

Tatapan sinis disertai ucapan ucapan yang secara terang terangan mengumpati mereka membuat Brisia malas. Di SMA Mandala rasanya sama dengan SMA SMA lainnya, tentu ada senioritas namun beruntungnya senioritas di sini tidak sampai harus menyiksa fisik para adik kelas. Paling hanya batin yang terluka akibat tatapan dan ucapan.

Dari kejauhan mereka bisa melihat Brian yang sedang asyik bercanda tawa dengan teman temannya di depan kelas. Brisia terpaksa menghentikan langkahnya karena Ghea yang meminta.

"Udah cantik belum?" Ghea menyisir rambutnya dengan jari sambil menatap kearah Brisia.

Brisia mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum sedikit terpaksa. Sebenarnya sekalipun Brisia berkata Ghea jelek, gadis itu pasti tidak akan terima dab pada akhirnya dia akan narsis. Jadi, apa bedanya juga berkata iya dan tidak?

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang