Brisia menatap ke arah luar jendela, memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang sambil mendengus kesal. Sesekali ia bahkan menghitung berapa jumlah mobil merah yang melintas, se kurang kerjaan itu.
Ia jadi menyesal kenapa mengiyakan ajakan Devano untuk datang ke acara reuni Devano dengan teman laki laki nya itu.
Sesekali ia melirik Devano yang sedang melemparkan canda tawa kepada ke dua teman lelakinya yang kini sedang duduk satu meja. Dia benar benar merasa di abaikan sekarang, Brisia hanya ada sebagai audience pasif yang sama sekali tak diajak berinteraksi.
Seharusnya Brisia cukup sadar diri dengan berada di tempat dimana seharusnya ia berada. Ia tidak seharusnya berada di tengah sekumpulan sahabat yang sedang reuni dan bernostalgia tentang masa lalu mereka.
"Cewek lo ajak ngomong kali Van," Salah satu teman Devano yang bernama Magenta bersuara, Brisia dengar itu tapi ia berusaha mengabaikannya.
"Bri, bosen ya?"
Brisia menoleh lalu menggeleng dengan senyuman palsu nya. Tentu ia benar benar bosan saat ini, tapi Brisia enggan mengutarakannya. Ia yang membuat keputusan untuk ikut, jadi apapun resiko yang diterimanya ia harus siap menghadapi.
"Gini deh, biar seru gue mau adain kuesioner cinta." Kali ini teman Devano yang satunya lagi yang berbicara, namanya Ilham.
Brisia dan Devano sontak saling menatap, mereka memiliki firasat bahwa yang akan menjadi peserta dari kuis itu adalah mereka berdua. Tidak mungkin juga kan Magenta dan Ilham yang akan jadi pesertanya? Memang mereka homo?
"Pertanyaan buat lo ya Bri, apa yang bikin lo bisa suka sama ini anak? Secara nih ya, dia kan gak ada bagus bagusnya sama sekali." Pertanyaan Ilham ini langsung dibalas dengan delikan mata dari Devano.
"Enak aja lo bilang gitu! Gue ini tampan, berkharisma, punya jiwa sosial tinggi, otak cemerlang, dan yang pasti pacarable banget. Ya nggak Bri?" Devano menaik turunkan alisnya.
Magenta dan Ilham kompak memasang muka mau muntah setelah mendengar bagaimana Devano melebih lebihkan dirinya sendiri. Okelah untuk ketampanan Devano memang memilikinya, mereka mengakui itu. Tapi untuk embel embel di belakangnya yang tadi baru saja di sebutkan, sangat sulit untuk mempercayainya.
"Gak tahu ya, mungkin gak sih gue kena pelet?" Ujar Brisia lalu ia terkekeh sendiri. Iya sendiri, benar benar sendirian karena yang lain diam saja. Dengan sebuah deheman, Brisia mengakhiri kekehannya. Kurang ajar sekali ya mereka, bisa bisanya membuat Brisia jadi secanggung ini gara gara jokes nya mungkin di anggap kelewat garing.
"Dan lo, kenapa bisa suka sama cewek se garing ini?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Magenta ini benar benar membuat Brisia melotot ingin menendang tulang kering cowok itu jika saja tidak mengingat mereka baru saja bertemu hari ini.
"Love at the first sight, Lo percaya?"
Keduanya tampak berpikir sejenak sebelum pada akhirnya memberikan gelengan sebagai jawaban. Cinta pada pandangan pertama sangat klise. Mereka tak bisa mempercayai bagaimana bisa seseorang langsung jatuh cinta padahal baru sekali pandang. Karena sejauh yang mereka tahu, cinta itu datang karena terbiasa bukan karena tiba-tiba.
"Hai guys! I'm coming!!" Seorang gadis yang masih memakai pakaian putih abu itu tiba-tiba datang dang langsung memeluk sekaligus cipika cipiki dengan ketiganya.
Ada perasaan tidak suka dalam diri Brisia ketika melihat pemandangan itu, apalagi melihat Devano yang seakan pasrah dengan perlakuan cewek itu dan justru terlihat begitu menikmati momen ini.
Pandangan gadis yang baru datang tadi seketika terarah ke Brisia, dan Brisia juga menatap gadis yang sangat cantik itu dengan senyuman tipis di wajahnya. Namun sayang, senyuman itu tidak ditanggapi sama sekali. Gadis tadi justru menatap Devano, Magenta, dan juga Ilham seperti meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
Teen Fiction"Mimpi kali Lo! Gue gak akan pernah mau jadi pacar playboy kaya Lo! " -Brisia Adelina Wijaya- "Mungkin sekarang lo bisa bilang gak suka sama gue. Tapi gue punya seribu satu cara untuk bikin lo jatuh cinta sama gue." -Devano Hardian Kusuma- Siapakah...