〰〰〰
"Jadi Ghea ini berubah jadi laki sekarang?"
Suara itu membuat Brisia nyaris tersedak. Brisia benar-benar tak menduga kehadiran Devano di sana. Ia pikir tadi Devano masih ada di tempatnya latihan, ternyata ia salah besar. Nyatanya cowok itu justru berada di sini saat ini. Brisia hanya bisa memasang ekspresi kagetnya menatap cowok itu.
"Kenapa? Kaget gue ada disini, iya?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat.
Brisia hanya diam tak menjawab, ia sendiri tak tahu respon macam apa yang harus ia berikan.
"Bagus banget ya, udah berani bohongin gue sekarang. Mau coba coba selingkuh, hm?" Devano melontarkan pertanyaan yang bernada sarkatis kembali. Sesekali ia juga melirik tajam cowok yang berada di seberang pacarnya itu.
"Devano, gak gitu. Gue disini cuma bantuin dia belajar kok, beneran deh." Brisia berujar mencoba meyakinkan.
Alasan yang benar-benar tidak masuk akal. Mana ada belajar tapi di meja isinya makanan semua? Devano memang tak sepintar Brisia, namun ia tidak terlalu bodoh sehingga bisa di tipu oleh alasan tidak masuk akal semacam itu.
"Belajar untuk selingkuh maksudnya?"
"Enggak ih!" Brisia mengusap wajahnya frustasi. "Tanya aja sama dia! Gi kita belajar kan dari tadi?"
Pandangan mata Devano beralih kepada cowok yang kalau tidak salah bernama Gionino itu. Ia benar-benar tak sabar menantikan jawaban dari cowok itu.
"Nggak tuh, kita tadi jalan-jalan di mall habis itu mampir kesini buat makan. That's all, jangan mudah di perdaya sama makhluk semacam dia." Ucap Gionino dengan begitu santai nya.
Pelototan horror langsung saja Brisia berikan kepada cowok itu. Benar-benar tidak tahu diri! Seharusnya Gionino itu berterima kasih karena Brisia sudah sangat mulia mau membantunya dalam hal pelajaran, bukannya malah mengarang cerita seperti ini. Apalagi di hadapan Devano. Bukan tidak mungkin setelah ini akan ada perang dunia antara Devano dengan dirinya akibat ucapan ngawur dari Gionino.
"Eh, kurang ajar banget lo ya! Gue udah cape cape ngajarin lo, eh lo nya malah kaya gini!"
"Salahnya dimana gue? Lo boleh aja merasa ngajarin gue, tapi gue nya kan gak merasa di ajarin sejak tadi. Gue terlalu fokus merhatiin wajah lo yang semakin hari semakin cantik." Gionino mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman di wajahnya.
Tidak, Pipi Brisia tidak bersemu merah mendengar kalimat terakhir yang Gionino ucapkan. Brisia justru ingin menabok mulut Gionino. Bisa bisa nya dia berkata seperti itu di depan Devano yang notabene adalah pacar dari Brisia.
Benar-benar cari mati Gionino itu. Dia belum tahu saja bisa seganas apa Devano kalau sudah terlanjur ngamuk.
"Ayo pulang!" Devano menarik tangan Brisia kemudian menyeretnya keluar dari kafe tersebut.
Perkataan Gionino tadi sangat memancing emosi di dalam diri Devano, tapi saat ini Devano sedang malas untuk ribut dengan cowok itu. Tenaganya ia rasa benar-benar kurang jika harus di pakai untuk adu jotos, dari pada ujung ujungnya kalah dan bikin malu diri sendiri. Jadi yasudahlah, tapi jika esok hari manusia sialan itu melakukannya sekali lagi ia tidak akan segan untuk memasukkannya ke dalam rumah sakit.
"Devano, lepasin!" Brisia memohon.
Devano langsung melepaskan genggaman tangannya atau lebih tepatnya cengkeraman tangan nya, tangan Brisia yang putih berona merah saat ini.
"Kenapa sih bohong?"
"Maaf,"
"Jawab pertanyaan gue!" Suara Devano kian meninggi, ia emosi mendapati pacarnya ini sudah berani berbohong. Apalagi kebohongannya menyangkut seorang lelaki yang sangat berpotensi sebagai perusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
Teen Fiction"Mimpi kali Lo! Gue gak akan pernah mau jadi pacar playboy kaya Lo! " -Brisia Adelina Wijaya- "Mungkin sekarang lo bisa bilang gak suka sama gue. Tapi gue punya seribu satu cara untuk bikin lo jatuh cinta sama gue." -Devano Hardian Kusuma- Siapakah...