54 • Pain and Hate

112K 5.2K 69
                                    

Ditengah keramaian koridor sekolah Brian mencoba mencari celah untuk lewat, ia harus bertemu dengan Brisia dan mengkonfirmasi langsung mengenai berita yang didengarnya dari beberapa siswi sekelasnya yang sedang asyik bergosip ria.

Namun takdir berkata lain, sebelum ia bertemu dengan Brisia ia justru bertemu dengan cowok yang kebetulan masuk kedalam materi gosip teman temannya tadi.

"Berhenti lo!" Brian menghadang langkah Devano menggunakan badannya.

Devano menghela napas kesal, ia tahu bertemu dengan Brian setelah semua yang terjadi pasti akan berdampak buruk bagi dirinya.

"Apa?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

"Lo sama Brisia putus?" Tanya Brian to the point.

"Lo udah denger?" Devano justru balik bertanya. Ia tahu dengan betul kabar putusnya dengan Brisia tengah jadi perbincangan hangat di SMA Mandala, padahal selama ini berita itu tak terendus khalayak sama sekali. Ini semua ulah Alan yang secara tidak sengaja berbicara kelewat kencang.

Jadi benar, semua yang dibicarakan teman temannya bukan hanya sekedar gosip belaka. Ini semua adalah fakta, dan parahnya Brian telat mengetahuinya.

"Lo ngapain Brisia hah?!" Tanya Brian dengan nada nyolot. Selama ini dari semua hubungan yang pernah Brisia jalani, gadis itu selalu putus karena tersakiti. Jadi, Brian menganggap kali ini pasti sama dengan yang sebelumnya.

Devano mendesah, semua menyalahkan dirinya. Inilah efek samping ketika cowok urakan seperti dirinya memiliki hubungan dengan cewek baik baik seperti Brisia. Orang-orang tak memperdulikan apa masalahnya, dimata mereka ialah yang bersalah.

"Ini semua cuma salah paham, dan cewek lo yang memperkeruh suasana!"

Menurut Devano jika saja Ghea tidak membesar besarkan semuanya bahkan jika gadis itu tidak mengompori Brisia untuk memutuskan hubungan ini, maka semuanya tidak akan serumit ini.

"Lo ngapain bawa bawa cewek gue hah?!" Brian mulai terpancing emosi, ia tidak terima Ghea disangkut pautkan dalam masalah ini. Karena keyakinannya berkata Ghea bukanlah orang yang seperti itu.

"Lo tanya aja sama cewek lo, apa yang udah dia lakuin sampai membuat Brisia berhenti percaya sama gue." Sahut Devano dingin, setelah itu cowok itu berlalu meninggalkan Brian yang mengepalkan tangannya kuat kuat.

〰〰〰

Brisia meletakkan kepalanya di atas meja, mengerjakan tugas resensi ternyata cukup melelahkan. Apalagi ia mengerjakannya hanya sendirian, teman satu kelompoknya justru kini sedang pergi ke kantin dengan alasan belum sarapan.

Hawa dingin secara tiba-tiba hinggap di pipi sebelah kanannya, Brisia membuka mata ia melihat Gionino ada dihadapannya sambil menempelkan sebotol minuman dingin di pipinya.

Brisia bangkit, ia menyingkirkan minuman itu dari wajahnya. Hawa dinginnya terasa menembus sampai tulang pipi.

"Minum dulu, lo pasti cape setelah berpikir." Gionino duduk di sebelah Brisia dengan senyum mengembang.

"Iya, lagian punya temen sekelompok gak guna banget." Sinis Brisia, namun meski begitu gadis itu tetap meraih botol minuman dingin yang di berikan Gionino padanya.

"Urusan perut diatas segala galanya Bri," Jawab cowok itu sambil terkekeh.

"Terserah lo Gi, males gue." Brisia masih memasang wajah kesal sambil menutup botol minuman di tangannya.

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang