17 • Mulai Jatuh?

181K 9.4K 70
                                    

Perasaan dag dig dug tak karuan menyelimuti Brisia hari ini. Tepat hari ini, ia bersama rekan se timnya yaitu Devano akan mengikuti Olimpiade Matematika itu.

Hal yang paling dikhawatirkan Brisia adalah jika mereka tak dapat memberi gelar juara bagi sekolah mereka, SMA Mandala. Lawan hari ini cukup berat, mereka adalah 10 SMA terbaik di kota ini. Dan sudah pasti yang namanya SMA terbaik, kualitas muridnya juga sudah tak dapat diragukan kembali.

Saat ini Brisia tengah duduk di teras rumahnya menanti Brian yang belum juga selesai bersiap siap. Brisia memang meminta Brian untuk mengantarnya hari ini kebetulan ini kan hari minggu, beruntung saja cowok itu mau.

Baru saja hendak di panggil, Brian keluar dari rumah dengan dandanan yang benar-benar menggoda mata. Sebenarnya Brian ini mengantarnya dengan ikhlas atau di imbuhi maksud maksud lain, seperti tebar pesona contohnya?

"Gak usah liatin gue kaya gitu, nanti jatuh cinta lagi. Asal lo tahu ya, gue gak mau punya hubungan incest." Ujar Brian santai sambil melenggang begitu saja di depan Brisia dan mendekati mobilnya.

Tunggu,

Apa katanya tadi?

Jatuh cinta?

Yang benar saja, meski tampan dan keren begitu Brisia masih cukup waras untuk tidak jatuh cinta pada kembaran nya sendiri. Apa lagi posisinya di sini Brian yang lahir belakangan. Garis bawahi ya, Brisia ini tidak pernah suka berondong meski hanya beda lima menit sekalipun.

"Woi, buruan naik! Jadi di anter gak sih lo?" Ujar Brian dari dalam mobilnya.

Brisia memutar bola matanya malas. Kalau saja motornya hari ini tidak masuk bengkel ia juga malas jika harus diantarkan oleh kembaran yang menyebalkan dan tidak tahu diri seperti itu.

〰〰〰

Suasana Universitas yang menjadi tempat di selenggarakannya Olimpiade Matematika itu telah begitu ramai. Diantara keramaian itu terlihat ada beragam almamater SMA yang ikut berpartisipasi. Ada pula guru-guru pembina mereka, dan ada pula mahasiswa Universitas itu yang mungkin jadi panitia olimpiade ini.

Brisia masih diam di tempatnya. Entah mengapa ia merasa gugup sekali saat ini. Ia takut mengecewakan Bu Riska yang selama ini telah membimbing dirinya. Ia takut mengecewakan seisi sekolah yang mengharapkan piala bergengsi itu bisa di bawa ke SMA Mandala dan di pajang diantara ratusan piala lain yang tersusun rapi di lobi sekolah.

Pintu tiba-tiba terbuka, Brisia menoleh kaget ketika ternyata Brian membukakannya pintu. Kenapa rasanya so sweet begini ya? Brian kesambet apa sih? Kok dia mau maunya membukakan Brisia pintu seperti itu.

"Lo salah makan apa gimana sih?" Ucap Brisia ketika ia baru keluar dari mobil tersebut.

"Kenapa emang?"

"Aneh aja liat lo bukain gue pintu gitu,"

"Gue cuma takut lo gak kuat buka pintu."

Eh, tunggu. Apa ini maksudnya? Biar badanya kecil dan tenaganya tak sekuat orang-orang di luaran sana. Brisia rasanya dirinya ini cukup kuat kok jika hanya untuk membuka pintu mobil saja. Brian ini memang keterlaluan, di saat seperti ini kok bisa bisanya cowok itu merendahkan dirinya.

"Maksud lo gue lemah gitu, buka pintu gini aja gak bisa? Iya?" Brisia mulai tersulut emosi. Cara bicaranya sedikit membentak saat ini.

"Bukan gitu---

----Terus apa hah?" Brisia menyerobot omongan Brian begitu saja dengan berkacak pinggang.

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang