"Gue gak akan begitu aja maafin lo," Ucap Brisia dengan nada angkuh sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Apa?! Sialan banget sih lo! Percuma ya, gue dateng kesini! Udah gue mau pulang aja, minggir lo semua!"
Dengan cekatan Brian menahan langkah gadis itu dengan tangannya. Memang dia pikir siapa dia, meninggalkan masalah ini begitu saja tanpa ada penyelesaian yang jelas? Apalagi masalah itu menyangkut Brisia, Brian akan sangat sensitif jika ada yang berani mengganggu kakaknya itu.
"Gak semudah itu lo bisa pergi dari sini, lo gak akan boleh pergi sebelum Brisia maafin lo!"
"Eh, lo lihat dia! Dianya aja gak ada niatan buat maafin gue. Mau sampe kapan gue disini? Nungguin dia maafin gue sampe lumutan, gitu?!"
"Kesalahan lo itu gede Le, jadi wajar Brisia gak semudah itu untuk maafin lo."
"Oke, Brisia yang terhormat. Lo mau gue ngelakuin apa supaya lo bisa memaafkan gue?" Leona mengatakannya dengan wajah malas. Ia juga menaruh sedikit harap bahwa Brisia tak akan menyuruhnya melakukan hal yang aneh aneh.
Brisia terlihat berpikir sejenak, ia memikirkan kira-kira hukuman apa yang pantas untuk membuat seorang Leona Chandrawinata ini jera mengganggunya lagi.
Apa ya? Menguras kolam ikan Papa di halaman depan? Tidak, itu rasanya kurang manusiawi. Di kolam itu kan banyak ikan lele nya, nanti kalau Leona kena patil gimana? Kan kasihan. Walau sedang kesal begini juga, Brisia masih tak kehilangan rasa perikemanusiaannya.
"Gini deh, sekarang lo bikin video yang isinya klarifikasi bahwa semua tuduhan Fenni dan banyak orang lainnya itu salah. Pokoknya lo harus bisa memulihkan nama baik gue!"
"Fine!"
〰〰〰
Hari in di tutup dengan makan malam bersama. Sesaat setelah Leona dan Fenni pulang tadi, Dian mama tiri Brisia pulang dari acara syukuran keluarganya. Kebetulan sekali ia membawa banyak makanan yang cukup untuk dimakan Brisia, Brian dan juga ke dua temannya.
Setelah makan malam selesai, mereka ber empat duduk di ruang keluarga menikmati acara televisi kesukaan Brisia dan Brian. Film Transformers kala itu tengah diputar oleh salah satu stasiun televisi swasta. Dua anak kembar itu memang sudah berulang kali menonton film yang dibintangi oleh Shia Labeauf itu, namun entah mengapa mereka tak pernah merasa bosan menonton nya.
Tiba-tiba saja Brisia memeluk Brian yang ada disebelahnya. Ini membuat Brian heran, dan Devano menggigit bibir bagian bawahnya. Betapa beruntungnya Brian bisa di peluk oleh gadis itu. Sedangkan dirinya? Mau mendekat saja rasanya sulit meski berbagai modus telah di lancarkan.
"Brian, gue makasih banget ya lo udah mau bantuin gue meski gue sama sekali gak pernah cerita apapun sama lo."
"You're my sister. Udah seharusnya gue bantu lo. Dan lain kali kalau ada masalah itu cerita jangan dipendam sendiri." Brian tersenyum lalu mengelus puncak kepala dari Brisia.
Ini jelas menaikkan secara drastis suhu yang dirasakan oleh Devano. Ya, ia tahu mereka itu bersaudara. Tapi jujur ia cukup cemburu melihat Brisia yang begitu nyaman di pelukan Brian. Muka Devano tentu tak bersahabat kini, ia memandang kedua orang itu secara sinis.
"Lo tahu? Bahwa sebenarnya Fenni itu mantan gue."
Brisia langsung melepaskan pelukannya dari Brian. Ia kaget, benar-benar kaget. Fenni mantan Devano, dan ternyata juga mantan Brian. Dan Fenni juga yang telah menghancurkan hubungannya dahulu dengan
Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
Teen Fiction"Mimpi kali Lo! Gue gak akan pernah mau jadi pacar playboy kaya Lo! " -Brisia Adelina Wijaya- "Mungkin sekarang lo bisa bilang gak suka sama gue. Tapi gue punya seribu satu cara untuk bikin lo jatuh cinta sama gue." -Devano Hardian Kusuma- Siapakah...