"Hai, Brisia kan?"
Perlu jeda beberapa saat untuk Brisia menguasai dirinya ketika melihat sosok di hadapannya ini.
"Lo nggak lupa kan sama gue?" Tanya gadis itu kembali dengan senyuman mengembang di wajahnya.
Tidak, Brisia mana mungkin bisa melupakan gadis di hadapannya ini. Dia pernah menjadi penyebab Brisia pergi dengan perasaan tak enak hati, jadi mana mungkin Brisia melupakannya.
"Gue Laras," Gadis dengan dress abu abu itu mengulurkan tangannya.
Brisia tidak menyambut uluran tangan itu, ia hanya melihatnya sekilas lalu pandangannya beralih pada wajah gadis itu kembali.
"Kita udah pernah kenalan sebelumnya, bukan?"
"Gue rasa perkenalan kita hari itu nggak berjalan dengan baik. So can we try it again?"
Brisia menghela napasnya, kali ini ia menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum simpul. "Brisia."
"Dan lo?" Pandangan Laras langsung teralih kepada Ghea yang sedang mematung di tengah beragam tanda tanya di kepalanya.
"Gue Ghea,"
"Oke, boleh gue gabung?"
Brisia dan Ghea saling melempar kode melalui mata mengenai jawaban yang akan mereka berikan kepada Laras. Brisia mengedipkan kedua matanya sekali sambil mengangguk pelan.
Entah kenapa Brisia merasa bahwa pertemuannya dengan Laras kembali hari ini adalah sebuah suratan takdir yang mungkin saja akan membuat kehidupannya kedepan berubah.
"Gabung aja,"
Laras tersenyum kemudian gadis itu menarik kursi untuk ia duduki.
"Gak nyangka ya kita bisa ketemu lagi," Ucap Laras dengan nada riang, dan Brisia hanya me respon nya dengan sebuah senyum tipis.
"Gue minta maaf sama lo ya Bri,"
Alis Brisia tertaut, merasa tak mengerti dengan Laras yang tiba-tiba saja meminta maaf. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan yang waktu itu? Apa Laras ini menyadari bahwa ucapannya sedikit keterlaluan kala itu?
"Gue minta maaf, mungkin kata-kata gue waktu itu menyinggung lo."
Ah, ternyata benar.
"Sebenarnya maksud gue bukan gitu, gue hanya niat nge-mos lo. Eh tapi ternyata lo nya baper " Sambung Laras yang kemudian di akhiri dengan kekehan pelan setelahnya.
Brisia yang baper, begitu menurutnya? Lucu saja, Brisia rasa siapapun jika di beri nyinyiran seperti itu juga akan tersinggung. Ini bukan soal baper atau tidak, ini soal seharusnya Laras bisa menjaga omongannya supaya tidak melukai hati dan perasaan orang lain.
"Gak apa-apa kok," Senyum palsu Brisia tercetak di wajahnya. Dia hanya bisa merespon seperti itu, Ia tak mungkin juga mengeluarkan unek uneknya. Ia masih sadar akan batas kesopanan.
"Dua vanilla ice cream, selamat menikmati." Seorang pelayan memindahkan dua mangkuk ice cream tersebut dari nampan ke meja dengan senyuman ramah.
"Terimakasih mbak," Ucap Ghea.
"Lo mau pesen juga?"
Laras tersenyum sambil menggeleng, "Gue lagi diet."
Brisia dan Ghea spontan bertukar pandang. Mungkin isi pikiran mereka sama, untuk apa Laras yang badannya sudah seperti Kendall Jenner ini diet? Brisia yang lemak perutnya agak tumpah tumpah saja memakan segalanya tanpa pilih-pilih.
Tak mau berlarut larut memikirkan alasan Laras diet, Brisia langsung saja menyendokan es krim tersebut ke mulutnya. Begitu pula dengan Ghea.
"Kalau lo mau lo bisa minta punya gue. Jangan nyiksa diri sendiri hanya untuk dilihat cantik sama orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE
Teen Fiction"Mimpi kali Lo! Gue gak akan pernah mau jadi pacar playboy kaya Lo! " -Brisia Adelina Wijaya- "Mungkin sekarang lo bisa bilang gak suka sama gue. Tapi gue punya seribu satu cara untuk bikin lo jatuh cinta sama gue." -Devano Hardian Kusuma- Siapakah...