Dua

32.1K 860 45
                                        

Hari Minggu, saat matahari muncul di siang hari yang terik seperti ini Devan meminta Fanya untuk menemaninya bermain basket di lapangan dekat rumahnya.Ia menjemput Fanya dirumahnya sambil meminta izin pada ibunya.

“Permisi... Fanya ada, Bu?” Devan bersalaman dengan ibunya.

“Ada, kenapa ya?”

“Saya mau minta izin, mengajak Fanya pergi ke lapangan basket.”

“Dia dikamarnya, sebentar ya ibu panggilkan dulu. Ayo masuk dulu.”

“Iya bu, terimakasih... Saya tunggu disini saja.”

Rumah Fanya yang begitu lega dan cukup mewah, rumahnya bertingkat, kamarnya berada dilantai kedua. Pintu kamarnya diketuk oleh ibunya. Fanya yang sedang santai membaca novelnya bergegas menghampiri suara ibunya yang berada didepan kamarnya.

“Ada apa, Bu”

“Ada Devan dibawah. Dia mau ajak kamu  pergi?”

“Kemana?”

“Ke lapangan basket seperti biasanya.”

“Suruh dia tunggu sebentar, Bu. Aku ganti baju dulu.”

Sepuluh menit kemudian, Fanya turun keluar dari kamarnya menuju ruang tamu menghampiri Devan dan ibunya yang sedari tadi telah menunggunya. Devan cukup akrab dengan ibu dan ayahnya Fanya. Mereka berpamitan pada ibu, lalu Devan mempersiapkan motornya terlebih dahulu.

“Jangan telalu lama perginya ya...” Pesan ibu Fanya.

“Siap! Kita pergi dulu, Bu.”

Devan melajukan motornya, diperjalanan ia bercerita tentang hari ini pada Fanya. Mereka selalu bertukar cerita tentang kejadian pada saat itu juga. Lapangannya sangat indah, karena dekat dengan taman bunga. Biasanya setiap pagi, lapangan tersebut selalu ramai oleh anak remaja untuk bermain basket atau futsal bersama.

"Kamu tunggu disini, aku main basket sebentar." Ucap Devan lalu pergi ke tengah lapangan.

Fanya menuruti kemauan Devan dengan duduk manis menunggunya selesai bermain basket. Ia terus memainkan ponselnya sambil menunggu waktu sore datang. Sebenarnya ia sedikit malas siang – siang begini harus keluar rumah dan pergi ke lapangan basket, tapi mau bagaimana lagi jika tidak menuruti keinginan Devan, hubungan mereka pasti akan berantakan.

Dua puluh menit berlalu. Devan telah selesai bermain basket, menghampiri Fanya yang keliatannya mulai bosan.

"Ko cemberut gitu sih? Ga seneng kamu temenin aku main disini?"

"Senang ko."

Saat mereka terdiam, terdengar suara lonceng penjual es cream. Deangan cepat Devan beranjak dari tempat duduknya dan bergegas memberhentikan motor penjual es cream itu sambil berlari.

"Tunggu sebentar, jangan kemana-mana."

"Kamu mau kemana Devan?"

Pertanyaan Fanya belum sempat ia jawab. Devan langsung berlari menghampiri pedagang es cream. Devan tau, es cream rasa coklat adalah kesukaan Fanya.

Dengan nafas yang terburu-buru, ia langsung memesan es cream kepada pedagang tersebut.

Mengetahui kesukaan untuk seseorang yang kita sayang itu hal yang wajar. Bagi kita yang memberi termasuknya biasa, tapi bagi dia sesuatu yang diberikan oleh orang yang dianggapnya spesial akan menjadi luar biasa.

"Bang, beli 2 es cream. 1 rasa vanilla 1 lagi rasa coklat."

Es cream rasa coklat sudah ada di tangan Devan untuk di berikan kepada Fanya. Ia berharap ini bisa mengurangi rasa bosan Fanya karena telah lama menunggunya.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang