Dua puluh enam

6.7K 213 1
                                    

Hujan di malam hari membuat tubuh terasa sangat dingin. Fanya melihat ke arah jendelanya dengan sedih, ia berpikir mengapa hidupnya tidak bahagia seperti orang lain?

"Gue benci Dion! Dia tega khianati gue!" Teriak Fanya.

Ibu dan ayahnya mendengar teriakannya​, mereka menghampiri Fanya di kamarnya.
"Ada apa nak? Kenapa kamu sering sekali berteriak?" Tanya ibunya sambil mengelus pundak anak tunggalnya.

Fanya hanya diam, sedih dan kecewa menjadi satu. Ia bingung bagaimana menjelaskan tentang perasaannya yang menyangkut hubungannya.

"Ini tentang Dion atau Devan?" Tanya ayahnya mencoba membujuk anaknya supaya bercerita.

"Cerita saja kepada kami, wajar jika kamu sudah berpacaran tetapi jangan melewati batas nak." Ibunya mencoba menenangkan dirinya.

Fanya bercerita mengenai akhir hubungannya dengan Devan dan memulai hubungan kembali dengan Dion.

"Apa kamu tidak curiga kalau kamu hanya dimanfaatkan olehnya?"

"Aku gatau ayah."

"Lebih baik kamu tidur, supaya diri kamu lebih tenang." Ucap ibunya.

Ibu dan ayahnya keluar dari kamar Fanya, anaknya kini sudah tumbuh dewasa hingga saat ini sedang mengalami patah hati.

06.00 WIB

Fanya bangun dari tidurnya di pagi hari, hpnya berbunyi notif WhatsApp.

Dion Pratama: Fan, maaf aku ga bisa jemput kamu dulu ya. Aku ada urusan.

"Semua cowo itu sama aja, awalnya doang yang manis. Udah tengah-tengah hubungan gini banyak bohongnya." Ucap Fanya kesal karena Dion selalu saja berbohong padanya.

"Ayah, tolong antar aku ke sekolah ya." Pinta Fanya.

"Siap tuan putri ku yang cantik." Ayahnya hormat kepada putrinya seperti pemimpin upacara yang hormat kepada pembina. ia sengaja melakukan hal tersebut supaya putrinya tersenyum di pagi hari.

Sampai di gerbang sekolah, baru saja ia akan turun dari mobil ayahnya tapi melihat Dion dengan Salsa datang ke sekolah bersama menggunakan motor Dion.

"Itu bukannya Dion nak?" Tanya ayahnya.

"Dia manusia. Siswa dan siswi di sekolah ini, ayah. Aku masuk dulu ya." Fanya menjawabnya dengan malas kalau membahas tentang Dion.

Saat sedang berjalan menuju kelas, Dion menghampiri dirinya membawa coklat.

"Ini buat kamu." Ucap Dion sambil memberikan coklatnya.

"Maaf, aku Fanya bukan Salsa. Dan sepertinya kamu salah kasih coklatnya, permisi aku mau ke kelas." Fanya mencoba untuk pergi tapi lagi dan lagi tangannya di tahan oleh Dion.

"Ayo lah fan, aku mencoba memperbaiki hubungan kita." Dion berusaha membujuknya.

"Kita? Kamu kan udah bilang aku mantan."

"Maaf aku salah."

"Kamu tau salah, tapi masih aja kemana-mana dengan Salsa. Sebenarnya pacar kamu itu Salsa apa aku Yon?"

"A..ku.. bingung."

"Jadi cowo ko ga bisa pilih pasangan yang terbaik! Kalau kamu pilih dia, aku mundur dan kalau kamu pilih aku, dia yang harus mundur demi hubungan kita." Fanya pergi ke kelasnya, tidak menanggapi ucapan Dion.

"Hubungan dari hasil nikung temen itu biasanya ga akan lama." Sindir Dika.

"Iya ya, lagi pula selingkuh ko terang-terangan banget." Fauzan melihat ke arah Dion dengan sinis.

"Namanya cowo itu setia cuma 1 cewe doang!" Bagus semakin kesal terhadap Dion.
Mereka semua terus saja berbicara tentang Dion, hanya Devan yang diam tidak ingin ada masalah.

"Awas lo semua!" Dion menunjukkan jarinya ke arah Devan dan teman-temannya.

"Jalan lega woi bro!" Dika membalas ucapannya.

Lalu Dion pergi ke kelasnya, karena tidak tahan mendengar ucapan dari teman-temannya Devan.

Di dalam kelas, Fanya hanya terdiam tidak terlalu fokus dengan ucapan guru atau teman-temannya.

"Fan lo kenapa sih?" Tanya Tiara.

"Lagi galau!" Jawabnya singkat.

"Galau mulu ini anak, ga ada kerjaan lain apa?"

"Gue mau tenangin diri, Ra."

"Kalau lo sakit hati sama Dion, kenapa ga putus aja?"

Fanya hanya memandang Tiara tanpa merespon ucapannya. Kini, ia mengingat awal kedekatannya dengan Dion sampai akhirnya resmi berpacaran.

Nama Dion Pratama, kini mulai terkenal semenjak menjalin hubungan dengan Fanya Alvira. Ia termasuk orang yang humoris, romantis, juga seorang atlet bulutangkis di tingkat Nasional. Dion memiliki tubuh yang tinggi, hidung mancung, rambut sedikit berponi namun rapih.

"Yon, gue mau tanya sama lo." Tiara memanggil Dion yang sedang makan di taman bersama Ihsan.

"Apa lo liat-liat? Suka?" Ihsan terlalu percaya diri.

"Hih enek amat! Gue kesini mau bicara sama Dion, bukan sama lo."

"Banyak alasan lo ini."

"Minggir! Ini hal penting."
Ihsan pergi dari taman, karena ini adalah pembicaraan yang sangat serius bagi Tiara untuk sahabatnya.

"Mau lo apa sih Yon?"

"Maksud lo apa Ra?"

"Gausah basa basi lagi. Gue dan Fanya tau lo punya hubungan lebih kan sama Salsa, ya kan?"

"Sebenarnya hati gue buat Salsa, Ra."

"Hah? Terus sahabat gue gimana?" Tiara tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Jangan keras-keras dong takut ketahuan yang lain."

"Ternyata lo pengecut ya!"

"Bu..bukan gitu.." Dion belum saja meneruskan ucapannya, Tiara lanjut berbicara.

"Kalau dari awal lo ga sayang sama Fanya, jangan buat resmi hubungan lo sama dia. Ujungnya apa? Lo bikin sakit hati sahabat gue. Ingat ucapan gue baik-baik!" Tiara pergi ke kelasnya, dan Dion hanya diam memikirkan masalah yang ada di hidupnya tidak selesai-selesai​.

Kalau dari awal tidak ada rasa sayang untuknya, lebih baik tidak memberi harapan lebih kepadanya atau ia akan membenci mu hanya karena hatinya tersakiti.

Don't forget
Vote and Comment.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang