Satu bulan berlalu, Devan dan Fanya memang tidak putus, namun jelas hubungan mereka renggang dan jarang berkomunikasi satu sama lain, saling berdiam diri dan tidak bertegur sapa. Ia kini semakin menjauh dari Devan dan ingin terbebas dari sikap posesifnya. Kedatangan Dion di kelasnya, membuat Fanya lebih sering bersama dengannya. Bahkan mereka di bicarakan telah berpacaran. Devan berusaha sabar melihat perubahan pada Fanya. Saat di kantin, mereka terlihat begitu bahagia.
"Dev, pacar lo ko keseringan sama Dion dari pada sama lo?" Tanya Dika.
"Gue juga ga tahu, kenapa dia berubah kaya gini. Sebelum itu anak baru dateng ke kelas Fanya, hubungan gue sama dia baik-baik aja."
"Lihat, mereka bahagia banget ya sampe ketawa gitu." Ucap Bagus sambil terus melihat ke arah Dion dan Fanya.
"Jangan di pusingin mas, masih banyak cewek yang lebih perhatian dari dia. Lo kan ganteng, kapten basket juga. Ya tinggal pilih aja salah satu dari penggemar lo sebagai pengganti Fanya." Saran Fauzan.
"Eh emang lo kira pindah hati itu gampang apa? Kalau udah masalah hati gini tuh sulit." Sahut Dika.
"Aku senang karena kamu tersenyum, walaupun senyummu bukan karena aku." Batin Devan.
Ia terus melihat mereka tanpa berkedip dan tubuhnya seperti mematung. Dirinya kembali mengingat kenangannya bersama Fanya yang selalu makan berdua dikantin hingga menjadi pusat perhatian. Dika memegang pundak Devan, membuatnya tersadar dari lamunan.
"Ke kelas yuk? Gue lupa tugas sejarah belum di kerjain."
"Emang lo mau kerjain tugas gitu?" Tanya Bagus.
"Karena udah ga ada waktu lagi, jadi gue liat ke temen aja biar cepet."
Dika, Bagus, Fauzan dan Devan berjalan menuju kelas. Setiap mereka lewat dilorong kelas – kelas selalu terdengar teriakan cewek – cewek terus memanggil Devan. Teriakan tersebut membuat hati Fanya ingin menyapa Devan. Ia melihat ke arah luar kelasnya, ada Devan yang tersenyum ketika yang lain memanggil namanya.
Hai Devan...
Devan ganteng banget sih, sekarang jomblo ya?
Devan kapten basket, ganteng-ganteng ko jomblo sih? Aku temenin ya."Kan gue bilang juga apa Dev, lo tinggal pilih aja di antara mereka sebagai pengganti Fanya di hati lo." Ucap Fauzan.
"Dev, pas lo di panggilin cewek - cewek yang tadi tiba-tiba Fanya liatin lo terus." Sahut Bagus.
Devan hanya diam mendengarkan teman-temannya yang membicarakan tentang dirinya. Sebanyak atau secantik apapun cewek – cewek yang dijodoh – jodohkan oleh teman – temannya, tak akan membuat goyah hati Devan yang hanya untuk Fanya.
***
Saat hujan turun begitu deras, Fanya diam menatap ke luar dari jendela kamarnya. Begitu pula dengan Devan, ia menatap jendela yang basah karena air hujan. Kenangan saat – saat bersama muncul kembali di ingatan mereka. Hari itu saat Devan mengantarkan Fanya membeli novel ke toko buku, ia melepaskan jaket yang dikenakannya untuk Fanya supaya ia tidak kedinginan.
Fanya Alvira
Aku rindu kamu, Dev. Rindu akan sikapmu yang dulu, bukan seperti ini yang berubah menjadi posesif. Ketakutanmu terlalu berlebihan.Devan Mahendra
Aku hanya takut kehilanganmu.Ingin rasanya Devan berteriak dengan keadaan seperti ini. Ia mengambil ponselnya mencari kontak Fanya. Berulang kali ia mengetik untuknya tapi dihapus kembali, ia lakukan hal tersebut secara berulang – ulang ketika akan mengirim pesan padanya.
Devan Mahendra: Hai apa kabar?
Fanya Alvira: Baik ko.
Devan Mahendra: Fan, aku rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfriend [COMPLETED]
Teen Fiction⚠FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA:) ⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) [Tahap Revisi] #1 - pelampiasan. 22. November. 2018 #4 - wattysid.15.November.2018 #52 - wattys.12.Januari.2019 #41 - wattpadindonesia.28.Oktober.2018 #38 - populer.26.Oktobe...