Tiga puluh dua

5K 158 0
                                    

Hari demi hari terlewatkan, Ulangan akhir semester pun akan segera selesai. Devan yang masih berusaha mencoba merayu Fanya agar sikapnya tidak sedingin ini seperti sekarang. Duduk bersamanya tapi hanya diam saja, ya percuma.

"Yakin mau sedingin ini?" Sindir Devan sambil memegang hpnya dan Fanya sedang membaca buku.

"Gue bukan es batu ya."

"Tapi hati lo yang es batu, beku banget! Udah hampir seminggu kita duduk bareng tapi diem aja."

Fanya hanya melirik Devan tanpa menjawab ucapannya. Devan yang masih sibuk dengan hpnya tapi mulutnya terus berbicara menyindir yang disamping.

"Lo bisa diem ga sih?" Tanya Fanya yang mulai terganggu dengan semua ucapan-ucapannya.

"Bisa!"

"Yaudah diem, jangan ganggu gue lagi belajar!"

"Maksud gue, bisa diem kalau lo ga sedingin ini sama gue."

Gue heran sama lo, waktu kita masih ada hubungan, sikap lo posesif banget sampai semua aturan dibuat. Tapi sekarang? Sikap lo benar-benar berbeda.
-Fanya Alvira.

Devan pergi ke kantin, menemui teman-temannya. Namun, saat ia ingin pergi ke kantin, Dion sengaja menabrak dirinya dengan tumpahan air putih di bajunya.

"Eh maksud lo apa ini?!" Devan marah karena celana abu-abunya kini telah basah.

"Maaf bro, gue ga sengaja!"

"Ga perlu nge-gas gitu juga!"

"Kasian ya, duduk sama mantan pacar eh bajunya basah."

"Maksud lo apa hah?!"

"Ya gue cuma kasian aja sama lo. Dulu, lo menyia-nyiakan Fanya. Dan sekarang? Liat? Liat? Lo malah kejar dia terus sampai kalian bisa pacaran lagi bukan?"

"Jangan sok tahu!"

"Yang dulu rusak hubungan gue sama Fanya itu siapa? Hah? Lo Dion! Mau gue kasih kaca? Biar lo sadar sama semua perbuatan lo!"

"Banyak omong Lo! Sekali lagi lo bahas tentang itu di depan gue..." Dion meraih kerah baju Devan.

"Apa? Kenapa? Gue ga takut sama lo!"
Dion hanya diam dengan raut wajah yang sangat kesal mendengar ucapan Devan.

Pertengkaran mereka di lihat oleh satu sekolah. Tidak sedikit orang yang mengetahui bahwa memang kabarnya Devan dan Fanya putus adalah karena adanya Dion yang berusaha memasuki hidup Fanya.

Tiara yang terburu-buru masuk ke dalam ruangan Fanya untuk memberitahukan tentang pertengkaran Dion dan Devan.
"Fan... Fanya..." Teriak Tiara.

"Ih kebiasaan banget sih! Kenapa coba?"

"Dua mantan lo lagi berantem!"

"Mantan gue?" Fanya mengerutkan alisnya.

"Iya... Dion sama Devan lagi ribut di jalan arah ke kantin."

Mereka berdua langsung berlari ke tempat pertengkaran tersebut. Fanya yang fokus mendengarkan setiap perkataan yang dikeluarkan dari mulut Devan dan Dion. Ia tak menyangka bahwa Devan 100% membela dirinya di depan umum seperti ini.

"Eh lo anak baru! Gue harap, lo jangan ungkit-ungkit masa lalu dia." Ucap Dika yang berhadapan dengan Dion.

"Yang ungkit-ungkit siapa? Hah? Hah? Jangan sok tahu lo!"

"Dasar gatau diri banget! Dulu, lo yang maksa masuk ke kehidupan Fanya. Taunya Lo deketin dia untuk dimanfaatkan!"

"Gue ga ngerti maksud lo!"

"Dion anak baru yang sok ganteng! Sebenarnya lo ga suka kan sama Fanya? Pacaran sama dia biar lo deket sama temennya yang namanya Salsa ya kan?"
Bagus ikut membela terhadap Devan.

Rombongan Devan yang sering disebut cowok-cowok ganteng dan anak basket semuanya, cukup terkenal oleh satu sekolahnya. Cowok-cowok teman Devan ini, menjadi idaman untuk para adik kelas.
Dion yang malu karena semua rahasianya terbongkar dan diteriaki oleh yang lainnya. Ia kembali ke ruang ulangannya dan berbisik pada Devan.

"Liat aja nanti, gue akan taklukan Fanya lagi."

"Apa lo bilang? Ga punya hati atau gimana? Sekarang pacar lo itu Salsa bukan Fanya!"

Fanya yang matanya masih menatap Devan, seolah tak percaya dengan semua ini. Lalu ia mendekati dirinya dengan perasaan yang ragu-ragu.

"Kenapa tadi diem aja?" Tanya Fanya yang berada disampingnya.

"Takut tambah masalah, gue ga mau masuk ruang BK cuma karena masalah cewek." Devan menjawabnya dengan sikap sedingin mungkin.

"Kenapa tadi yang bela gue itu bukan lo sendiri?"

"Percuma gue bela-belain dia, kalau sikapnya sedingin es batu ya buat apa? Yang ada tambah masalah." Devan pergi ke ruangannya bersama teman-temannya.
Tiara yang bingung mendengar ucapan Fanya, seolah-olah ia ingin dibela oleh Devan sendiri atau istilahnya dibangga-banggakan dengannya.

"Fan, lo... Sehat kan?" Tanya Tiara sambil mengerutkan alisnya.

"Sehat, kenapa?"

"Ko gue aneh ya liat sikap lo barusan?"

"Jangan bahas yang tadi, Ra."

Mereka kembali ke ruangannya masing-masing untuk menyelesaikan soal-soal ulangan. Kini, Fanya yang khawatir karena sikap Devan menjadi dingin padanya.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang