Dua puluh

7.2K 229 7
                                    

Hati Fanya kini rapuh melihat Dion dengan yang lain. Ia tidak​ menyangka jika Dion bisa mengkhianati perasannya, Fanya menangis di dalam kamarnya.

"Gue..gue ga sangka lo bisa kaya gini sama gue Yon!" Ucap Fanya sambil menangis.

Dion Pratama: Besok aku ga bisa jemput kamu ya maaf, mamah minta ikut sama aku.

Fanya membaca pesan tersebut dengan menangis, bukan isi pesannya yang terharu namun kejadian di perpustakaan yang membuatnya menangis.

"Harusnya sebelum hubungan kita jelas untuk pacaran, aku mencari tau tentang kamu lebih jauh lagi dan mungkin ini semua ga akan terjadi." Teriak Fanya.

Rasanya di khianati memang sakit, hati semakin rapuh dan kau harus tegar menghadapinya.

Fanya mencoba menenangkan dirinya dengan bermain game kesukaannya untuk memperbaiki moodnya baik kembali.

"Siapa tau mood gue bisa baik lagi dan ga mikirin Dion." Ucap Fanya.

Tiara Putri is calling...

"Ada apa sih ini anak? Udah tau gue lagi main game, ganggu aja." Batin Fanya.

"Fan.. Fanya.. lo harus dengerin gue."

"Kenapa?"

"Tadi gue jalan-jalan sama ayah dan lo mau tau ga?"

"Lo telfon malem-malem begini cuma mau kasih tau itu doang?"

"Eh dengerin dulu, ini penting. Gue ketemu sama Dion tapi dia sama cewe lain."

"Siapa? Salsa?"

"Bukan, ini lain lagi."

"Lo pasti lagi Bercanda kan?"

"Gue serius. Kalau ini bohong gue ga berani bilang ke lo."

"Oh gitu yaudah."

Fanya mematikan telfonnya dan pikirannya kembali kacau.

Playboy banget sih itu orang.

***

Pagi ini Fanya berangkat ke sekolah dengan ayahnya, karena alasan Dion mamahnya minta ikut entah benar atau tidak.

"Tumben kamu ga sama Dion?" Tanya ayahnya.

"Dia lagi sibuk."

"Sibuk atau kalian lagi marahan?"

"Sibuk, ayah."

"Lalu hubungan kamu dengan Devan bagaimana?"

"Kita udah putus. Aku masuk sekolah dulu, ayah."

Ayahnya tersenyum kepada Fanya, ia berharap semoga putrinya mendapatkan pasangan yang baik sesuai harapannya.

"Eh ada cewe cantik, silahkan masuk." Dika sedang merayu Fanya di depan gerbang sekolah.

"Awas mantannya Devan mau lewat."

"Kasih jalan dong buat siswi yang terkenal di sekolah kita."

"Eh biasa aja kali." Fanya tersenyum kepada teman-teman Devan.

"Kalau aja dia bukan mantan dari sahabat gue mungkin udah di gebet."

Fanya dan Devan saling melihat ke arah Bagus.

"Gue ke kelas duluan." Ucap Fanya dan Devan.

"Tanda-tanda ya kayanya."

"Iya kayanya ga lama lagi."

Dari arah jauh Tiara memperhatikan sahabatnya ini di goda oleh teman-temannya Devan.

"Lo tumben sama mereka?"

"Gapapa, namanya juga teman."

"Eh iya lo berangkat ga bareng Dion?"

"Katanya dia ada urusan."

"Yakin ada urusan? Tadi gue di parkiran ada dia ko sama salsa."

"Maksudnya dia berangkat bareng salsa?"

"Kayanya sih iya begitu Fan."

"Aku ga abis pikir sama kamu Yon. Kenapa bisa bohong begini sama aku?" Batin Fanya.

Saat Fanya dan Tiara melewati setiap koridornya, terlihat jelas ada Devan sedang tertawa dengan Salsa.

"Permisi, pacaran jangan di jalan!" Ucap Fanya Kesal.

"Eh iya, silahkan lewat."

Fanya mulai pergi, Dion baru sadar karena yang tadi lewat adalah Fanya. Ia kelihatan begitu sangat panik, takut semuanya terbongkar.

"Kamu liat apa sih?" Tanya salsa penasaran.

"Anu.."

"Anu? Anu apa Yon?"

"Gue lupa belum kerjain tugas ekonomi, see you!"

Dion lari mengejar Fanya yang sudah sampai di dalam kelas, ia segera menghampiri Fanya yang sibuk dengan laptopnya.

"Sendiri aja nih? Mau aku temenin?" Rayu Dion.

"Selingkuhnya udah mas?" Tanya Fanya, hanya saja matanya masih tetap melihat ke arah laptop.

Dion terkejut dengan ucapannya, bingung bagaimana harus menjawabnya.

"Se..selingkuh apa ya?" Ia pura-pura tidak mengerti dengan ucapan Fanya.

"Udah anterin mamahnya?"

"Fan.."

"Ga perlu di jawab ya." Fanya bangun dari tempat duduknya, ingin menghampiri Tiara di taman. Namun Dion dengan cepat memegang tangannya.

"Permisi aku mau lewat!"

"Ga bisa, kamu harus jelasin apa yang kamu maksud!"

"Ga kebalik mas? Mending beli kaca ya biar tau siapa yang salah dan siapa yang benar."
Fanya melepaskan tangan Dion lalu pergi.

"Ini pasti ketauan, pasti." Dion terlihat panik dengan melihat sikap Fanya yang berbeda.

Dion Pratama: Pulangnya sama aku ya.
Fanya hanya membaca pesan dari Dion, ia benar-benar kecewa dengannya.

"Siapa Fan?" Tanya Tiara.

"Bukan siapa-siapa, ga penting."

"Eh hai Tiara." Sapa Devan.

"Hai juga Dev, tumben sendirian?"

"Mereka masih makan di kantin, gue jadi duluan ke kelasnya."

"Lo ga mau sapa atau hibur Fanya gitu? Dia lagi sakit hati karena perbuatan Dion." Bisik Tiara pada Devan.

"Hai Fanya."

"Iya hai juga."

"Jangan kaku gitu dong, dulu kan ga kaya gini."

"Semua udah berubah Ra." Ucap Devan.

"Bisa ko kalau kalian bisa memulainya dari awal."

"Gue duluan ke kelas ya." Ucap Devan, lalu pergi ke kelasnya.

Tiara terus mendesak sahabatnya ini untuk kembali dengan Devan, seperti dulu.

Kelas Devan berada di lantai 2, ketika ia naik tetapi tidak masuk ke kelasnya melainkan melihat ke bawah arah Fanya dan Tiara.

"Fan, gimana hubungan lo sama Dion?"

"Gue rasa dia ga punya 1 cewe doang, mungkin ada yang lain."

"Kata gue nih ya, lebih baik Devan yang posesif dari pada Dion yang playboy." Ucap Tiara.

"Semua cowo itu sama aja, Ra."

Devan terus mendengar pembicaraan mereka berdua, seketika hatinya ingin mengajak Fanya kembali bersamanya tapi itu tidak mungkin bisa di lakukan olehnya.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang