Tiga puluh enam

4.9K 153 2
                                    

Fanya yang sedang membaca novel di kasur dan lupa dengan adanya kotak yang ada di atas meja belajarnya. Namun, saat ia melihat kontak Devan teringat tentang kotak yang diberikan olehnya.

Ia mengambil kotak tersebut, dibukanya dengan hati-hati. Di dalam kotak, ada beberapa lembar foto-foto dirinya dengan Devan saat masih berpacaran dan ada selembar kertas yang ditulis oleh Devan untuknya.

Selamat tanggal 25 Mei, Fanya Alvira.
Jika kita masih bersama, maka hari ini hubungan kita telah 2 tahun. Maaf kan aku yang pernah posesif padamu.
Perlu kamu tahu, saat kamu dengan Dion, aku masih selalu memperhatikan mu meski dari jarak jauh.
Perlu kamu tahu juga, bahwa aku masih menyayangi mu dan merindukan mu. Aku sedang mencoba merubah sikap posesif yang ada dalam diriku.

Devan Mahendra.

Fanya masih memegang selembar kertas dari Devan, ia terus membaca kalimat akhir di dalam surat tersebut.

"Ternyata bener yang dibilang Tiara, Devan masih sayang sama gue." Batin Fanya.

Hp Fanya berdering, pesan WhatsApp masuk ternyata dari Devan.
Devan Mahendra: Udah dibuka kotaknya?

Fanya Alvira: Udah ko, kamu masih romantis.

Tempat tidur Fanya sangat tidak rapih karena foto-foto di dalam kotak tersebut ia keluarkan dan melihatnya secara berulang kali. Namun, ia teringat pada masa saat masih berpacaran dengannya dimana sikap posesif Devan selalu saja ada di dalam pikirannya.

FLASHBACK.
15 November 2016.

Hari jadi persahabatannya dengan Tiara, teman curhat dirinya. Mereka merencanakan untuk pergi makan di kafe dekat sekolahnya, sepulang sekolah.

15.00 WIB.
Kelas Fanya keluar terlebih dahulu dari pada kelasnya Devan. Fanya yang lupa dengan janjinya untuk pulang bersama Devan, justru ia lebih memilih pergi dengan sahabatnya ke kafe.

"Fan, Lo mau pesen apa?" Tanya Tiara.

"Ih gimana sih... Pake mati segala!" Ucap Fanya, sambil memegang hpnya.

"Kenapa sih? Dari tadi pegang hp terus?"

"Hp gue low, dan ada yang lebih gawat lagi..."

"Apa? Devan?"

"Iya! Gue lupa, kalau hari ini ada janji sama dia mau pulang bareng."

"Yaudah lah Fan, selesai makan kita langsung pulang ko dan lo bisa kabarin dia."

Fanya yang semakin gelisah, ia takut Devan marah karena tidak memberitahunya lebih dulu untuk main dengan Tiara. Apalagi, Devan orangnya termasuk sangat posesif. Jika tidak di beri kabar, ia akan marah dengan waktu yang lumayan lama.

"Lo gatau sih gimana posesifnya Devan kalau gue ga kabarin dia." Batin Fanya.

Di sekolah, Devan masih menanyakan tentang Fanya kepada teman sekelasnya. Mereka bilang Fanya pergi dengan Tiara, tapi tidak tahu kemana.

Saat Fanya dan Tiara pergi, kelas Devan baru saja selesai jam belajar. Ia menghampiri ke kelas Fanya, untuk menemui dirinya. Namun, saat itu kelasnya sudah terlihat kosong tidak ada siapa-siapa lagi.

"Dev!" Ihsan menepuk pundak Devan.

"Lo bikin kaget gue aja!"

"Lebay lo kaya cewe aja. Cari apa di kelas gue?"

"Gue cari Fanya. Lo liat dia ga?"

"Fanya kayanya udah balik sama Tiara."

"Balik? Serius?"

"Kayanya sih. Kelas gue keluar dari jam 3 mereka langsung pergi."

Devan terus menghubungi Fanya, tapi nomornya tidak aktif. Kini mukanya terlihat kesal ditinggal pergi oleh Fanya.

"Kamu kemana sih fan?!" Batin Devan.

17.00 WIB.
Fanya pulang ke rumahnya, menuju kamar dan langsung mencari charger hp miliknya. Saat itu dirumah Fanya sedang mati listrik. Ia sibuk mencari powerbank di lemari, untungnya isi powerbank tersebut masih penuh.

Fanya menhidupkan hpnya, mencari kontak Devan, mulai menjelaskan kejadian tadi sore.

Fanya Alvira: Dev, aku minta maaf. Handphone ku tadi mati total, lupa kabarin kamu. Tadi sore aku main ke kafe dengan Tiara dan aku juga lupa ada janji sama kamu.

Devan Mahendra: Ya.

"Masa gue ngetik panjang lebar, dibales ya doang?!" Ucap Fanya kesal.

Fanya Alvira: Dev... Aku serius minta maaf.

Devan Mahendra: kenapa ga temui aku dulu? baru kamu pergi. Aku takut kamu pergi sama cowo lain! Sebelum hp mu mati, kenapa ga kabarin aku dulu? Balas pesan aku dan angkat telfon aku?! Kamu lupa, kalau mau pergi kemana-mana harus izin dulu sama aku! Kalau kamu ga anggep aku, nanti aku pergi. Karena aku harus tau, kamu pergi kemana, sama siapa, kapan dan dimana.

Fanya yang mulai mengantuk dan lelah dengan kegiatan hari ini di sekolah, ia tidak membalas pesannya hanya membacanya saja.

06.30 WIB
Fanya datang ke sekolah tidak dengan Devan. Ia tahu, Devan pasti sedang marah padanya maka dia berangkat sekolah diantar oleh ayahnya.

Saat sampai sekolah, Fanya baru membuka hpnya yang semalam ia charger.

Notification
Devan Mahendra missed call you (10)

"Duh ampun deh gue, ga angkat telfon dari dia!" Ucap Fanya.

"Lo kenapa sih fan?"

"Semalem gue udah jelasin ke dia, tapi responnya ya gitu. Terus nih ya hp gue low, gue charger dan tidur... Eh sekarang gue baru buka hp udah ada banyak banget panggilan tak terjawab dari dia."

"Heran, lo betah aja gitu ya pacaran sama cowo yang posesif. Yang kaya satpam, kemana-mana harus lapor segala macem."

"Kalau bukan karena sayang, gue ga akan bertahan sejauh ini." Ucap Fanya.

"Eh fan... Itu Devan! Lo samperin aja sana."

Fanya berlari menghampiri Devan yang berjalan bersama teman-temannya. Dika melihat ke belakang dan memanggil Fanya.

"Fan, Lo kenapa buru-buru gitu?" Tanya Dika.
Devan, Bagus dan Fauzan melihat ke belakang menatap Fanya yang kelelahan mengejar Devan.

"Gue kejar temen lo!"

"Urusin dulu tuh hubungan lo sama dia." Fauzan berbisik pada Devan.

"Lo mau ketemu Devan?" Tanya Bagus.

"Iyalah siapa lagi..."

Dika, Bagus dan Fauzan memberi kode pada  Devan agar berbicara dengan Fanya. Karena mereka tahu, Fanya tidak akan berlari mengejar Devan seperti tadi kalau bukan untuk hal yang sangat penting.

"Dev, aku mau minta maaf."

"Udah dimaafin."

"Terus kenapa sikap kamu beda sama aku?"

"Udah berapa lama sih kita pacaran? Bukan hal yang baru kan bagi kamu kalau pergi kemana-mana harus izin dan bilang ke aku. Kamu lupa?"

"Aku inget. Tapi kemarin hp ku mati total, kalau ga percaya tanya aja sama Tiara!"

"Aku duluan. Ada perlu dikelas."

Fanya yang kesal ditinggal Devan begitu saja, ia merasa masalah ini belum selesai dan hatinya belum tenang jika sikap Devan masih dingin padanya.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang