06.00 WIB
Ayah Fanya yang semakin khawatir karena putrinya belum juga kembali kerumahnya. Hal-hal negatif selalu muncul didalam pikirannya, menjadi tidak fokus untuk mengerjakan tugas-tugas kantor.Disisi lain, Tiara mendatangi rumah Devan untuk meminta bantuannya supaya Fanya cepat ketemu. Bagus, Dika, dan Fauzan siap membantu mencarikannya, karena mereka termasuk teman baik Fanya.
"Ini sebenarnya Fanya kemana?" Tanya Bagus.
"Dih... Lo kudet banget sih, Gus?"
"Santai aja kali, Dik. Serius sih Fanya hilang kemana?"
"Sabtu, Fanya bilang kalau dia mau mengerjakan tugas dirumah Dion." Ucap Tiara.
"Ada yang tau rumah Dion ga sih? Ra, lo satu kelas sama dia masa ga pernah kerumahnya sih?"
"Serius, Dev. Gue belum pernah kerumahnya, tau aja engga."
"Gue ada kontak Ihsan, kita tanya ke dia." Dika menghubungi Ihsan untuk mencari tahu lokasi rumah Dion.
"Gue dapet nih lokasinya!"
"Mana, Dik?" Devan langsung terbangun dari tempat duduknya.
"Rumahnya ga jauh sih dari sekolah kita, lewat jalan depan aja, Dev."
Mereka berlima mulai pergi menggunakan mobil Devan, Dika yang menunjukkan arah lokasi yang ia dapatkan dari Ihsan.
Ketika hampir sampai dengan lokasi tersebut, jalanan kini mulai macet total. Mereka pergi terlalu siang, hingga macet pun datang disaat waktu yang tidak tepat.
"Kenapa macet segala sih?!" Devan terlihat begitu kesal.
"Sabar bro! Namanya juga kebiasaan di ibukota ya macet gini." Dika menenangkan agar tetap sabar dengan kondisi saat ini.
3 jam kemudian.
Macet total kini melanda ibukota, yang membuat semua pekerjaan menjadi terlambat. Hp Tiara berdering, ayahnya Fanya menelpon. Sebelumnya, Beliau menitipkan pesan kalau sudah mengetahui dimana Fanya berada maka segera menghubunginya."Eh diam! Ayah Fanya telpon gue."
"Bagaimana? Ada lokasinya tentang keberadaan Fanya?"
"Ada om, sekarang kita akan pergi ke lokasi."
Telpon dimatikan oleh ayahnya Fanya, Tiara yang sudah tegang jika ditelpon olehnya.
"Gue ga faham, kenapa Dion culik Fanya? Lo faham ga, Gus?" Tanya Fauzan."Takutnya nih ya, malah morotin duit orang tuanya. Kaya di tv itu, direbus pake duit."
"Direbus? Lo kira Fanya mie? Pinter dikit sih, Gus."
Sudah satu hari satu malam, tubuh Fanya diikat dengan tali. Ia menangis terus-menerus, karena berharap orang tua dan teman-teman terdekatnya akan datang untuk menolongnya.
Pintu ruang perpustakaan terbuka, ada seseorang yang masuk. Ia semakin berharap kepada yang Maha Esa supaya terbebas dari ikatan talinya. Tapi ternyata, seseorang itu Dion yang datang menghampirinya untuk membawakan makanan.
"Makan ya? Aku suapin."
"Gue ga lapar!" Teriak Fanya.
"Yakin? Nanti sakit gimana? Aku yang repot."
"Kalau ga mau dibuat repot, mending bebasin gue."
"Eh... Enak aja kalau ngomong!"
"Katanya kalau gue sakit, lo repot. Ok ok, berarti biarin aja gue disini sampe mati, dosa lo semakin bertambah dan lo akan dicari polisi."
Dion tak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya menegukkan ludah mendengar penjelasan Fanya. Tapi ia tidak akan membebaskannya, kecuali mau kembali menjalin hubungan dengannya.
"Gue udah bilang kan kalau mau bebas, lo pacaran lagi sama gue."
"Sampai kapanpun gue ga akan mau dan yang kemarin itu hanya khilap."
"Intinya sekarang lo makan!"
Fanya yang tetap menutup mulutnya, tak ingin makan dari tangannya. Ia merasa ingin muntah kalau melihat mukanya yang sok kegantengan didepan cewek-cewek. Dion yang tak mendapatkan respon apa-apa darinya, akhirnya ia keluar ruangan dengan muka yang sangat kesal.
Hari ini, ia berniat untuk refreshing dengan teman-temannya dan membiarkan Fanya seorang diri dirumahnya yang besar. Ia datang kembali menghampiri Fanya untuk mengatakan sesuatu.
"Lo baik-baik disini. Gue mau pergi ke Medan 2 hari, selama sekolah masih libur."
Fanya lebih memilih diam, dan tak menjawab ucapan Dion yang menurutnya tidak berguna.16.00 WIB
"Gila aja sih ini macet hampir mau maghrib begini.""Sabar, Dev. Bentar lagi sampai lokasi."
"Eh... Di share lokasi, ini rumahnya!" Ucap Dika sambil menunjukkan hpnya.
"Kita turun, cari Fanya."
Mereka semua turun dari mobil dan menghampiri satpam penjaga rumah Dion. Meminta izin supaya masuk kedalam dan sampai debat tetap saja tidak diperbolehkan masuk.
"Pak, tolong lah... Izin kan kita masuk kerumah ini." Bujuk Fauzan.
"Maaf mas, ga bisa. Pemilik rumah sedang pulang kampung."
"Bapak ini ganteng deh." Rayu Tiara.
"Enek sih, Ra. Geli tau ga gue dengernya." Bisik Dika.
"Sekali lagi, mas-mas dan mba yang cantik tetap tidak boleh masuk. Silahkan kalian meninggalkan rumah ini, terima kasih."
Satpamnya masuk kembali dan Devan sedikit kecewa karena ditolak masuk olehnya. Teman-temannya berpikir keras, bagaimana caranya mereka masuk ke dalam rumah tersebut.
"Gue yakin, sahabat gue ada didalam rumah ini." Ucap Tiara.
"Kita pasti bisa bertemu dengannya kembali, tapi tidak sekarang."
"Gue mau sekarang, Zan."
"Mana bisa, Ra. Lo yang sabar deh..."
Hampir 4 jam menunggu didepan rumah Dion, berharap supaya satpam pergi, tapi nyatanya tidak. Akhirnya kembali pulang kerumah masing-masing dan melanjutkan diesok hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/142241386-288-k51010.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfriend [COMPLETED]
Ficção Adolescente⚠FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA:) ⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) [Tahap Revisi] #1 - pelampiasan. 22. November. 2018 #4 - wattysid.15.November.2018 #52 - wattys.12.Januari.2019 #41 - wattpadindonesia.28.Oktober.2018 #38 - populer.26.Oktobe...