Tiga puluh empat

5K 154 3
                                    

20.00 WIB
Fanya datang ke rumah Tiara untuk menceritakan kejadian tadi siang di sekolah antara dirinya dengan Dion.

"Tiara..." Fanya mengetuk pintu rumahnya sambil terus memanggil namanya.

"Iya iya... Sebentar gue keluar."

"Gue mau cerita..."

"Eh masuk, duduk dulu. Cerita apa sih? Kaya penting aja."

"Ini lebih dari penting, Ra."

"Yaudah lo masuk lah jangan berdiri di pintu aja."

Fanya di persilahkan duduk di ruang tamunya dan Tiara ke dapur mengambil minum.
"Lo mau cerita apasih? Tentang apa?"

"Tentang Dion."

"Yaelah lo masih berurusan aja sama itu playboy."

"Gue udah ga mau ada urusan lagi sama dia, tapi tadi siang​ dia tarik tangan gue terus bawa gue ke..."

"Kenapa lo bisa mau sih?"

"Bisa ga dengerin cerita gue dulu sampe akhir?"

"Yaudah maaf. Terus lanjutannya?"

"Dia bawa gue ke gudang sekolah. Dion ajak gue pacaran lagi."

"Hah apa?!!" (Di baca dengan nada yang tinggi dan alay)

"Biasa aja kali Ra, lebay banget lo."

"Ga ada angin ga ada hujan, kenapa tiba-tiba bilang kaya gitu?"

"Katanya dia di khianati Salsa, dia pacaran sama cowok lain."

"Nah karma! Dulu, dia khianatin lo kan? Sekarang gantian! Terus lo mau balikan lagi sama dia, Fan?"

"Ya jelas engga lah... Gue ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk ke dua kalinya."

"Bagus deh, kalau lo sadar."

Mereka terus saja bercerita, hingga tidak tahu waktu sampai saat ini. Tapi, Fanya segera pulang ke rumah karena ayahnya sudah menelfon dirinya. Tidak baik seorang anak perempuan keluar rumah di malam hari sampai larut malam.

***

Siapa yang tidak bahagia jika ulangan akan berakhir hari ini juga?
Ulangan selesai dan murid-murid bebas dari kegiatan belajar di sekolah, libur pun segera tiba.

Hari ini adalah terakhir ulangan dan tentunya terakhir juga bagi Devan duduk dengan Fanya, mantannya yang masih ia sayangi. Sedikit ada perkembangan, Devan dan Fanya mulai saling berbicara seperti teman biasa lagi. Devan ingat besok tanggal 25 Mei, niatnya ia ingin memberikan sesuatu pada Fanya esok hari.

Pengawas masuk ke dalam ruangan, membagikan kertas soal dan lembar jawabannya dan murid mulai mengerjakannya.
"Fan, pulang ini lo mau kemana?" Tanya Devan.

"Ga kemana-mana, paling langsung pulang. Kenapa?" Tanyanya kembali.

"Bagus deh! Gue ada sesuatu buat lo."

"Gue lagi ga ulang tahun, Dev." Fanya tertawa di hadapan Devan.

"Bahagia banget gue, liat lo ketawa di hadapan gue kaya gini." Batin Devan.

"Hey. Lo kenapa diem?" Fanya melambaikan tangannya pada Devan.

"Eh engga. Emang harus gitu kasih sesuatu di hari ulang tahun doang?"

"Ya... Ga juga sih."

"Yaudah, nanti lo jangan pulang dulu ya."

"Yang belakang, kebiasaan ketawa terus. Kerjakan soal ulangannya!" Ucap pengawas.
2 jam kemudian.

Sebagian murid sudah selesai mengerjakan ulangannya dan mereka di perbolehkan pulang, karena ulangan terakhir hari ini hanya satu mata pelajaran saja.

Devan selesai mengerjakan ulangannya, mengambil tas lalu membereskan alat tulis di atas mejanya. Fanya yang tidak ingin terburu-buru​ dalam hal mengerjakan sesuatu, ia tidak tergoda oleh teman-temannya yang sudah keluar terlebih dahulu.

"Gue tunggu di taman sekolah ya." Bisik Devan.

"Iya, nanti gue kesana."

"Devan... Jangan rayu Fanya terus!" Teriak pengawas.

"Kalau rayu ibu boleh dong ya?"

"Yang sudah mengerjakan soal ulangan boleh keluar kelas, termasuk Devan!" Ucap pengawas.

"Jangan marah-marah aja bu, nanti cepat tua loh" Devan tertawa sambil lari keluar dari kelas.

Fanya mengumpulkan ulangannya dan tersenyum sendiri melihat tingkah laku Devan yang selalu saja mengganggu gurunya.
"Ada apa Dev?"

"Gue mau kasih sesuatu buat lo." Ucap Devan sambil membuka tasnya.

"Mana?"

"Eh iya lupa, hadiahnya ada di rumah."

"Ha? terus gue kesini mau apa ih?"

"Gue cuma mau lebih lama aja sama lo, karena setelah ini kita ga akan ketawa kaya gini lagi." Bisik Devan.

"Dev, lo mau pulang ga?" Teriak Dika dari arah parkiran.

"Iya tunggu, Dik. Yaudah besok gue bawa deh ya, see you tuan putri." Devan mengedipkan matanya sambil tersenyum lalu pergi menghampiri Dika dan teman-temannya.

Tiara mencari-cari sahabatnya ini kemana pun tidak ketemu, sampai ia kesal pada Fanya yang telah meninggalkan dirinya.
"Fan... Lo kemana aja sih?" Tiara sangat kelelahan mencari Fanya di lingkungan sekolah.

"Kenapa sih lo? Abis di kejar anjing?"

"Iya lo anjingnya!" Tiara kesal.

"Kenapa jadi gue anjingnya?"

"Ya karena gue kejar-kejar lo makanya cape gini. Lo abis apa sih disini?"

"Tadi gue ketemu Devan."

"Yaelah selama seminggu ini, kalian duduk berdua masih aja kurang."

"Bilangnya mau kasih sesuatu tapi ga kebawa katanya gitu."

"Alah... Paling juga itu alasan doang biar bisa lebih lama sama lo."

"Udah ah yuk pulang, Ra." Fanya menarik tangan Tiara untuk pulang.

Dua orang ini sahabatan sejak mereka masuk SMA dengan kelas jurusan yang sama, Tiara tempat curhat Fanya, begitu pun sebaliknya. Tiara tidak bosan mendengar kan cerita dari Fanya terutama tentang kisah cinta nya.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang