Sembilan belas

7K 195 4
                                    

Fanya menceritakan semua sikap posesif Devan kepada Tiara. Ya cewe mana yang tahan di larang-larang sama pacarnya? Pergi kemana-mana harus izin, pasti ada yang tahan namun tidak semuanya.

"Oh gitu ceritanya, makanya lo ga tahan sama dia. Kalau gue jadi lo sih..." Ucap Tiara.

"Apa? Tahan gitu?"

"Jelas ga tahan lah."

"Iya Ra, makanya sebelum putus dari dia itu gue sesak banget."

"Lalu sekarang?"

Fanya terdiam, tidak menjawab ucapan Tiara.

"Saran gue sih, lo perjuangin apa kata hati lo dan urusan sikap posesif atau engga itu pasti bisa di ubah ko."

"Eh fan, lo di kelas? Bukannya ada di perpustakaan?" Ucap Aji.

"Dari tadi gue di kelas sama Tiara, kenapa?"

"Gue tadi dari perpustakaan terus liat lo."

"Tumben banget ini anak ke perpustakaan." Sindir Tiara.

"Cowo juga gue rajin belajar ya ga kaya lo."

"Udah kalian jangan ribut. Sekarang gue tanya sama lo, maksud ucapan lo itu apa?"

"Tadi di perpustakaan gue liat Dion, pacar lo. Kira gue itu lo eh taunya lo ada di kelas."

"Apa mungkin Dion dengan yang lain?" Batin Fanya, ia semakin gelisah.

"Yaudah makasih infonya. Ra, ikut gue."

"Eh.. mau kemana? Main tarik-tarik tangan gue aja."

Karena Fanya penasaran dengan ucapan Aji, ia mengajak Tiara untuk menemaninya ke perpustakaan.

"Kita ke rak buku paling ujung aja supaya ga keliatan."

Tiara menuruti perintah Fanya, mereka mulai mendengar ucapan Dion dengan cewe lain.

"Semenjak kita jalan, aku rasa kamu beda dengan yang lain." Ucap Dion.

"Masa sih? Kamu juga sama ko beda dengan yang lain."

"Tapi bukannya kamu pacar Fanya Alvira, siswi yang terkenal di SMA Nusantara ini?"

"Dia mantan aku."

"Sejak kapan?"

"Sejak aku ketemu kamu."

"Itu cewenya kaya pernah liat ya?" Ucap Tiara.

Dion membelai rambutnya, terlihat wajahnya dan Fanya terkejut karena ia mengenali sosok yang ada di samping Dion.

"Itu.. kan salsa?"

"Nah iya itu salsa, kelas 11 ipa 2 bukan?"

Salsa adalah teman Fanya di ekstrakurikuler teater, dengar-dengar memang salsa mempunyai rasa untuk Dion.

"Gue ga sangka, salsa bisa kaya gini."

"Gue juga ga sangka Dion bisa bilang kaya gitu."

"Kenapa jadi ikutan?"

"Kan emang kenyataannya."

Tiara terdiam mendengar ucapan Dion, lalu melihat Fanya yang mulai menetes kan air matanya.

"Ra, gue mau ke toilet." Ucap Fanya sambil menghapus air matanya.

"Gue ikut, sekalian ke kelas."

Fanya masuk ke dalam toilet, berdiri di depan kaca sambil menangis dan kata-kata yang di ucapkan Dion berulang-ulang muncul di ingatannya.

"Aku kira, kamu itu beda ga kaya cowo lain atau seperti Devan yang posesif." Air mata Fanya semakin menetes sedikit demi sedikit.

"Fan, lo baik-baik aja kan?"

"Iya Ra, bentar lagi gue keluar." Fanya menghapus air matanya karena ia tidak ingin terlihat sedih.

"Lo nangis?"

"Eh engga ko, gue gapapa."

"Jangan bohong fan, gue tau rasanya liat yang tadi."

"Ga penting di bahas, lebih baik kita ke kelas takut ada guru masuk." Fanya menarik tangan Tiara, namun Tiara menahannya.

"Jangan sedih, ada gue di sini." Tiara dan Fanya saling tersenyum.

Mereka pergi ke kelas, Tiara mencoba menenangkan hati Fanya yang sedang rapuh.

"Lebih baik lo sendiri dulu fan, tenangin hati lo."

Fanya terdiam, mengingat ucapan Dion di perpustakaan tadi.

"Hai Ra, fan." Sapa Dion.

"Hai." Jawab Tiara jutek.

"Kamu nangis?" Dion mencoba memegang dagu Fanya, namun tangannya menurunkan tangan Dion.

"Kenapa?"

"Fan, kenapa diem aja?"

Fanya melihat Dion hanya sekilas, ia pura-pura tidak tau masalah ini.

"Aku mau beli es cream, tunggu ya."

"Jangan Yon."

"Why?"

Fanya hanya membalasnya dengan senyuman.

"Aku bingung sama kamu fan."

"Aku lebih bingung sama kamu."

"Mmm..aksudnya?"

"Ga ada maksud apa-apa ko."

"Kamu kenapa sih?"

"Aku lagi ga mau di ganggu sama kamu."

"Yaudah."

Lalu Dion pergi meninggalkan Fanya di kelas, dan ia tidak mengerti mengapa Dion dengan mudah pergi meninggalkannya.

"Aku gatau kenapa kamu jadi cuek gini." Batin Fanya.

"Ih ko Dion gitu sih? Main pergi-pergi aja." Tiara kesal dengan Dion karena sikapnya.

"Jangan di kejar Ra, lagi pula gue lagi ga mau di ganggu dia."

"Siapa juga yang mau kejar cowo kaya dia coba? Gue mau ambil buku tulis gue di meja guru."

"Ya kan gue takut lo kejar dia, makanya gue larang."

"Cowo banyak Fan, jangan mikirin itu-itu aja."

"Iya cowo banyak, tapi hati kan cuma satu dan ga bisa di ganti-ganti." Batin Fanya.

Sebenarnya aku cemburu karena ada orang lain yang bisa membuatmu tertawa selain aku.
-Fanya Alvira.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang