Hari demi hari berlalu. Dua hari sudah Dion pergi ke Medan untuk menemui teman-teman lamanya. Dan Fanya yang sudah tiga hari berada didalam rumah Dion dengan tubuh diikat. Libur telah usai, esok kembali bersekolah seperti biasa. Dion datang kesekolah dengan sikap seolah-olah tidak ada apa-apa.
Devan dan teman-temannya menghampiri dirinya didalam kelas dengan wajah yang sangat kesal, terutama Devan. Emosi mereka semakin tak terkontrol saat menghadapi Dion.
"Gue tahu, Fanya ada sama lo!" Devan memegang kerah baju putih Dion.
"Maksud lo?" Jawabnya santai.
"Ga perlu lo pura-pura, sekarang lebih baik kasih tahu dimana Fanya!"
"Nge-gas banget ini anak! Gue sama sekali ga faham maksud kata-kata lo semua." Dion yang emosinya meledak-ledak lalu memukul wajahnya dengan sangat kencang, hingga Devan jatuh ke lantai. Namun ia berdiri kembali mendekatinya.
"Lepasin kerah baju gue ga?!"
"Gue ga akan lepasin lo, kecuali kasih tau dimana keberadaannya."
"Masih berharap sama mantan ya? Jadi peduli banget."
"Banyak omong lo!"
Dion dan Devan berkelahi didalam kelas, menjadi sebuah tontonan gratis untuk satu sekolah.
"Lo dengar baik-baik, Devan Mahendra. Fanya ga akan jadi milik siapapun kecuali gue."Devan yang kini mulai hilang kendalinya, lalu ia terjatuh lagi dan Dion terus memukulinya sampai banyak darah yang mengalir diwajahnya. Mereka berdua berdebat, guru BK datang melihat apa yang menjadi tontonan para murid.
"Cukup! Kenapa kalian berkelahi seperti anak SD?" Tanya Bu Nilam, guru BK.
Dion yang memukulinya sampai muka Devan setengahnya berdarah. Bu Nilam yang menyarankan supaya Devan dibawa ke uks terlebih dahulu untuk diberikan pengobatan. Teman-temannya mengantarkan dirinya ke uks. Dan Dion menghadap keruang BK dengan Bu Nilam.
"Kamu anak baru? Kenapa berbuat ulah?" Tanya Bu Nilam.
"Kenapa diam saja?"
"Dia yang memulai."
"Tapi kenapa kamu sampai membuatnya terluka parah seperti itu?"
"Ga parah banget kan Bu? Cuma darahan sedikit doang, dia aja yang lebay kesakitan."
"Hey... Mau darah sedikit atau banyak itu pasti terasa sakit."
Didalam uks, luka dimuka Devan diobati terlebih dahulu oleh anak pmr dengan betadine. Teman-temannya sangat membenci Dion yang sifat aslinya busuk. Selesai diobati, Devan menghadap Bu Nilam juga.
"Permisi Bu..."
"Ya, silahkan masuk. Devan, kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini."
"Jadi, ibu belum tahu kalau siswi terpintar disekolah ini hilang dirumahnya?"
"Ibu tahu kalau Fanya hilang tapi maksud dari hilang dirumahnya?" Bu Nilam mengerutkan alisnya.
"Jadi ya Bu Nilam yang cantik... Pada Jum'at sepulang sekolah mereka kerja kelompok dirumah Dion, lalu sampai malam Fanya ga pulang-pulang kerumah sampai sekarang. Bukan saya dan teman-teman mencurigainya tapi kabar sebelumya dia ada dirumahnya."
Dion mengelap keringatnya dengan tisu, takut semuanya terbongkar dan pastinya ia akan dilaporkan ke polisi. Kini hati dan pikirannya tak tertata, apa yang harus ia lakukan jika semuanya sampai terbongkar.
"Dion, apa itu benar?"
"Saya ga tau apa-apa, Bu."
"Jangan bohong lo, Yon!" Teriak Dika.
"Saat libur sekolah kemarin, kita sama Tiara datang kerumahnya tapi ga di izinin masuk." Ucap Dika datang menghampiri Bu Nilam diruangannya.
"Santai aja kali, ga perlu tegang banget. Kecuali lo emang yang lakuin." Bisik Bagus sambil memegang pundaknya.
"Ibu ga tau mana yang benar, dan sekarang kalian boleh keluar dari ruangan ini."
"Terimakasih, Bu. Permisi."
Mereka semua keluar dari ruang BK menuju kelas masing-masing. Tiara yang satu kelas dengannya hanya memilih diam, tidak mempertanyakan keberadaan Fanya kembali.
"Ga ada lo, sepi banget gue." Batin Tiara.
Ihsan mendekati Tiara yang terlihat sangat sedih, berniat untuk menghibur dirinya.
"Yang sabar, Ra. Gue yakin, Fanya akan cepat kembali kerumahnya dan sekolah sama kita-kita lagi.""Ya tapi sekarang kita belum tahu keberadaannya, kecuali Dion."
"Dion? Maksud lo?"
Tiara menceritakan kejadian saat pulang sekolah yang berniat untuk menyelesaikan tugas ekonomi.
"Coba kalau gue ikut kerja kelompok...""Nasi sudah menjadi bubur, San."
Ihsan benar-benar menyesalinya karena tidak ikut dengan Fanya pada hari Jum'at kemarin. Ia akan ikut membantu mencari tahu tentang Fanya dengan Tiara dan rombongan Devan.
Dion dikelas sering main bersama Ihsan, waktu tersebut dimanfaatkan olehnya supaya Dion mau bercerita tentang Fanya.
"Gue bingung, siapa ya yang culik Fanya?"
Makan Dion terhenti mendengar ucapan Ihsan."Kenapa muka lo tegang?"
"Te...gang? Ya kali gue tegang. Bahas yang lain."
"Dev, gimana ekonomi kelompok kita? Jum'at kemarin kan lo yang mau kerjain berdua. Hasilnya mana?"
"Dikit lagi belum selesai, pulang ini lo ikut gue."
"Kemana? Males main gue."
"Dih yang mau ajak lo main siapa coba? Geer banget sih kaya cewe."
"Lo sama gue selesaiin tugas kelompok itu, dirumah gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfriend [COMPLETED]
Teen Fiction⚠FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA:) ⚠️VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA :) [Tahap Revisi] #1 - pelampiasan. 22. November. 2018 #4 - wattysid.15.November.2018 #52 - wattys.12.Januari.2019 #41 - wattpadindonesia.28.Oktober.2018 #38 - populer.26.Oktobe...