Enam belas

7.1K 234 8
                                    

Hari ini acara pensi di mulai, panitia osis atau pmr sudah siap untuk kegiatannya. Setiap kelas sedang mempersiapkan diri untuk menampilkan yang terbaik dan bazar pun sudah siap. Devan, Bagus, Dika, dan Fauzan melihat keadaan disekolah mereka. Satu persatu tamu undangan mulai datang.

"Rame juga ya, banyak cewe cantik ini." Ucap Bagus.

"Pasti banyak, secara ini kan di buka untuk umum." Sahut Fauzan.

"Dapet satu cewe boleh kali ya."

"Mending kalau dapet."

"Namanya juga usaha."

"Lo kayanya ga tertarik amat sama
pembicaraan kita ini?" Tanya Fauzan.

"Ya kan kalian pada bahas cewe."

"Siapa tau lo juga mau cari yang lain."

"Gimana mau cari yang lain, di hati gue masih ada Fanya." Batin Devan.

"Jalan-jalan kuy keliling sekolah sebelum tampil. Siapa tau ada cewe cantik."

Saat Devan dan teman-temannya sedang berkeliling, Fauzan melihat Fanya seorang diri di depan mobil donor darah yang sedang fokus dengan laptopnya.

"Hai cantik."

"Eh Hai juga."

"Sendirian aja nih? Mau gue temenin ga?"

"Minggir bro, mantannya mau liat Fanya nih."

Fanya melihat ke arah Devan, mereka saling bertatapan namun hanya sebentar.

"Diem-diem aja, di sapa dong."

"Masa jadi mantan musuhan."

"Hai." Sapa Devan dan Fanya.

"Jodoh ya kalian, mau sapa aja barengan gitu."

"Gue duluan, mau ke bazar kelas." Devan pergi meninggalkan teman-temannya.

"Fan, lo harus tau. Devan belum bisa move on dari lo."

Mereka pergi menyusul Devan, ucapan Bagus berhasil membuat pikiran Fanya kacau.

"Masa iya sih Devan belum move on dari gue?" Batin Fanya.

"Selamat pagi Fanya Alvira.." Teriak Tiara.

"Iya pagi juga, kebiasaan masih pagi udah teriak aja."

"Ya maaf."

"Tadi Devan kesini."

"Hah? Serius? Mau apa? Jangan-jangan dia rindu sama lo."

"Dia sama temen-temennya ko bukan sendirian. Lagian Devan ga bilang apa-apa."

"Dan tadi juga ada.."

"Ada siapa?"

"Mantan lo."

"Ga penting banget."

"Dia pernah penting di hidup lo ya walaupun itu dulu."

"Dan Devan juga pernah penting di hidup lo walaupun itu dulu."

12.00 WIB

Waktunya Isoma

Istirahat - shalat - makan.

"Kantin yuk?" Tanya Tiara.

"Lo duluan aja, gue cape mau disini aja."

"Hai Fan, udah makan?"

"Belum, nanti juga di bagi makan ko."

"Ini aku bawain makan buat kamu, dimakan ya. Aku mau ke Ihsan dulu."

Tiba-tiba Devan datang ke mobil donor darah yang dijaga oleh Fanya, berniat ingin mendonorkan darahnya. Sebelum menghampirinya, ia merapihkan baju terlebih dahulu. Hal itu selalu dilakukannya ketika akan bertemu dengan Fanya.

"Gue mau donor darah." Ucap Devan.

"Boleh, emang berani sama jarum suntik?"

"Berani lah, jarum suntik aja takut."

"Bukannya dulu takut sama jarum suntik ya?"

"Sekarang udah berani."

"Sejak kapan?"

"Sejak kita putus."

"Hubungannya apa emang?"

"Jarum suntik doang masa ga berani, gue liat lo pacaran sama dia aja berani banget."

Fanya terdiam mendengar ucapan Devan.

"Ya.. yaudah lo isi aja dulu formulirnya."

Dion dan Tiara menghampiri Fanya.

"Dia mau apa?" Tanya Dion.

"Gue mau donor darah." Jawab Devan.

"Gue kira.."

"Apa? Lo kira gue mau ambil Fanya dari lo? Sorry bro, gue orangnya bukan perebut pacar orang!"

Devan berdiri dari tempat duduknya menuju ruangan donor darah, namun ia kembali berjalan mundur dan memegang pundak Dion.

"Jangan tegang gitu, gue kan udah bilang ga akan ambil pacar lo. Ga kaya lo dulu."

Kata-kata terakhir yang di ucapkan oleh Devan berhasil membuat Dion seperti orang mati di tempat.

"Gue ga sangka, Devan bisa bilang kaya gitu." Bisik Tiara kepada Fanya.

Dion pergi tanpa berbicara apapun kepada Fanya.

"Cubit gue Ra."

"Kenapa?"

"Ini bener-bener bukan mimpi."

"Ya bukan lah fan, yang lo liat itu nyata."

"Tapi kenapa Devan bisa bilang kaya gitu ya?"

"Gue kan nanya ke lo, ini malah balik nanya. Ya mana gue tau"

Hari sudah semakin sore, acara pensi telah selesai jam 16.00

"Akhirnya selesai juga acaranya."

"Ra, gue mau ikut pulang ya."

"Dion mana?"

"Gatau, tadi gue udah cari dia tapi ga ketemu."

"Yaudah naik, gue anter lo pulang."

"Makasih ya."

"Belum juga sampe rumah."

"Ya bilang aja dulu, takut gue lupa."

Hari ini banyak hal yang membuat pikiran Fanya menjadi kacau, terutama tentang Devan.

Posesif Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang