04. Temu

2.1K 336 55
                                    


        (thank God lah Jaron udah balik but shit's about to get down sebelum bermanis manis di 6th chapter)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        (thank God lah Jaron udah balik but shit's about to get down sebelum bermanis manis di 6th chapter)

  🌸🌸🌸  


Berusaha terus menjalani rutinitas seperti biasa, Liana sore ini mengajar di dance club tanpa Sheila yang sedang 'cuti' untuk pulang kampung. Setelah tiga kali pertemuan, akhirnya satu lagi koreografi berhasil Liana rampungkan dan murid-muridnya dapat mengikuti tarian tersebut dengan baik. Jangan ditanya, suasana hatinya seketika menjadi riang. Semudah itu membuat Liana senang, dengan menari.

Seusai menunggu murid-muridnya pamit, Liana berkemas tanpa menyadari bahwa sudah ada sepasang mata yang terus mengikutinya sejak ia memimpin pendinginan. Bersandar di samping pintu studio, Jaron melipat tangan di dada sambil terus memandangi Liana yang sibuk merapikan rambutnya yang basah kena keringat. Bohong kalau Jaron tidak menikmati pemandangan itu, meski ada rasa risih tersendiri.

"Jaron?"

Liana akhirnya menyadari keberadaan Jaron setelah ia berbalik dan melihat sosok Jaron dari cermin studio. Jaron hanya tersenyum tipis sambil menghampirinya dengan sebuah jaket di tangan, tetapi Liana menggeleng. Ia tidak mengambil jaket itu dan memilih jumper yang sudah ia bawa sendiri. Jaron pun bungkam. Seperti biasa, ia mencium pucuk kepala Liana. Tapi entah kenapa, wajah Liana masih saja tampak datar.

"I'm sorry, Araliana."

"Gak papa. Gak ada yang perlu diminta maafin. You went for work and that's it, J. Not a big deal," jawab Liana, bibirnya akhirnya terlengkung dalam senyum simpul sehingga Jaron tidak lagi terlalu khawatir, "Aku gak suka aja waktu kamu bilang I didn't sound like I'd be fine. Aku udah bilang, aku gak papa ditinggal-tinggal kerja jadi kamu gak usah bingung. Kamu malah ngalihin pembicaraan, ngomong soal beli motor atau apa lah."

"Those are my fault, this time again. I'm sorry," aku Jaron, paham benar bahwa tidak ada gunanya ia mendebat ketika memang ia yang salah kali ini.

"I didn't say I wouldn't be fine, just because you didn't come back."

"I was worried."

"I know you're just worried. I just didn't get to see you, but I've been doing fine."

"So the point is?"

"I was disappointed, not seeing you around, but I dealed with it."

"So..." Jaron mengangkat satu alis, "You missed me that much?"

"Nyesel aku ngomong gitu barusan," Liana mengambil tasnya dan berjalan menjauh, "Bye."

Jaron terkekeh. Bertikai dengan Liana seperti ini justru membuatnya gemas. Hanya dengan empat langkah kaki panjangnya, Jaron berhasil menyusul Liana untuk membalik tubuh perempuan itu dan mendaratkan satu ciuman di pipinya sebelum merangkulnya keluar studio.

Aral [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang