sesuai judul, apa kabar?
aih lelah abdi teh :(
jadi aku kan kerja jadi staf di salah satu kampus gengs, minggu awal perkuliahan + penerimaan maba yaAllah capeknya :" liputan + report sana sini
maaf bgt jadinya updatenya lama + blm smpt bacain komen :(((
karena hectic, brainstorming juga ga mantep mantep sampe tiga kali rombak bab ini :(((
tapi aku selalu apresiasi bangeeettt nget nget tiap komen dan vote yg aku terima! makasih udah terus ngikutin Aral dan semoga kita semua bisa bertumbuh dan mengembangkan diri bersama para tokoh <3
btw di foto di atas Jaron terlihat seperti mahasiswa tua aktivis kampus yg jalan sok ganteng tebar pesona di koridor penuh maba heu ((yg ada w cerca krn kaga lulus lulus skripsi sono urusin jangan ngeband doang bang))
🌸🌸🌸
Jaron kembali mendapat kabar dari Brian bahwa Liana semakin sering begadang. Sudah seminggu terakhir, bahkan sebelum Jaron pergi ke luar kota lagi, Liana memang terus-terusan mual dan muntah hingga menghabiskan semua saset obat masuk angin Brian. Jaron heran juga karena setahunya, stok obat masuk angin Brian terbilang banyak karena temannya itu sering masuk angin sehabis dugem. Sesering apa Liana mual dan muntah sampai stok itu lenyap?
"Ancem lagi bakar diktatnya, Bri, kalo cewek gue ngotot begadang lagi," kata Jaron pada Brian lewat telepon. "Gak mungkin h-seminggu deadline riset belum kelar. Pasti lagi ngeproofread tulisan sendiri, padahal udah selesai, as per usual."
Jaron sebenarnya tidak kaget, karena Liana memang sekeras kepala itu. Oleh siapa pun dan berapa kali pun diberi tahu, Liana tidak akan mengurangi konsumsi kafeinnya untuk tetap terjaga mengerjakan proyek risetnya. Tenggat waktu hasil riset semakin dekat, dan Liana dengan segala idealisme dan perfeksionismenya pasti tidak mau menerima gaji buta. Jaron yakin asam lambung Liana naik lagi karena kebanyakan asupan kopi dan air putih tapi kekurangan asupan makan.
"Terus Goldie sama Lisa dibakar juga?" Brian menolak mengancam keamanan bass kesayangannya, "Gak lagi-lagi, bye. Mending lo suruh Kak Naomi atau Kak Yuna atau Audrey atau siapa, kek, yang bilangin. Dia nambeng banget kalo gue yang ngomong."
Meski terbilang memiliki stamina yang baik dan jarang sakit, Liana tetap saja punya kelemahan fisik. Sebagaimana mahasiswa pada umumnya, jam tidur Liana tak hanya kacau tapi rusak bahkan hingga setelah lulus. Dalih Liana, ia tidak bisa berpikir dalam kebisingan siang hari dan hanya bisa berpikir secara ilmiah di malam hari ketika suasana tenang dan tidak ada gangguan. Jaron juga butuh kopi di saat-saat ia harus lembur hingga malam, tapi tidak sampai seperti Liana yang sangat bergantung pada kopi dengan tambahan espreso setiap hari.
Liana bukan orang yang mudah bangun pagi seperti Jaron, karena perempuan itu sering terjaga hingga fajar terbit. Kerap bekerja di malam hari, ditambah gangguan kecemasan sosial yang dimilikinya sejak lama, membuat Liana mengidap insomnia. Ketika harus memulai aktivitas dari pagi sampai sore hari layaknya orang-orang pada umumnya, Liana memaksakan diri untuk tetap bangun dan fokus dengan mengonsumsi kafein.
Beberapa bulan terakhir Liana mulai memperbaiki pola tidurnya. Tapi sejak menerima proyek riset dan sering ditinggal Jaron di rumah sendirian, insomnia Liana kembali. Hal ini yang selalu membuat pertanyaan Pak Ardi, Nggak pulang kamu?, terus terngiang-ngiang di kepala Jaron setiap ia pergi jauh.
Jaron tidak terlalu suka kopi karena tidak suka rasanya, dan tidak suka bagaimana istrinya lebih rekat dengan kopi dibanding dengan dirinya.
Khalayak pasti akan mengatai Jaron budak cinta jika ia mengaku bahwa di tengah keriuhan otaknya membedah kasus klien, ia ingin membeli tiket pesawat untuk pulang secepatnya demi membelikan Liana soto Banjar dan obat nyeri datang bulan. Jika perkiraan Jaron tepat, terakhir ia pergi Liana masih datang bulan karena kukunya masih dihiasi kuteks. Jaron sudah khawatir sendiri kondisi perut Liana semakin tidak karuan karena nyeri, asam lambung, kurang makan, dan kebanyakan kopi. Padahal, Liana tidak meminta dan tidak melapor apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aral [Hiatus]
RomanceBersatu bukan sekadar mengandalkan komitmen, tapi juga kesediaan untuk menerima keadaan. Oh, dan toleransi pada komentar orang. Terlalu muda, terburu-buru, tidak perhitungan, misalnya. Araliana dan Jaron terlalu cepat mengiyakan hidup sebelum belaja...