11. Di Bawah Pohon Natal

1.5K 181 77
                                    

thank you for 100 votes huhuhu

btw mari kita tebak menebak siapa itu siapa dalam barisan cucu Eyang Kautsar wkwkwk


🌸🌸


"Bodoh banget pokoknya kemaren si Kak Brian. Suer, deh! Aku puas banget ngerjain Kak Brian."

Brian hanya diam sementara kedua eyang, sepupu-sepupu, beserta om-tantenya sibuk menertawai nasib naasnya di perayaan ulang tahunnya kapan hari di Jakarta. Papa dan adiknya, Dani, ikut tergelak sedangkan Mama hanya geleng-geleng. Sebagai cucu tertua dan cucu paling tersayang Yangkung dan Yangti—menurut klaim Brian sendiri—Brian ikhlas dijadikan bulan-bulanan di kumpul keluarga Minggu dini hari ini.

Brian sedang berada di rumah Eyang Kautsar di daerah Mulyosari. Mengingat usia Yangkung dan Yangti yang sudah sangat senja dan mengkhawatirkan untuk bepergian jauh, keluarga mereka sepakat untuk selalu berkumpul di Surabaya untuk merayakan hari-hari besar. Di sinilah keturunan-keturunan Om Karisma, Om Kardama, Tante Kartika, Tante Karmila, Tante Karlina, dan ayahnya sendiri, Om Karunia berkumpul.

"Ara nggak ikut pulang ke Surabaya, ya, Mas?"

Mendengar Mama menyinggung soal Araliana, Brian hanya menggeleng sambil lanjut menghabiskan pudingnya, "Jaron sombong, Ma, katanya mau menikmati liburan di rumah yang dibeli dengan keringat sendiri."

"Oh, iya. Mama suka lupa kalo Ara udah nikah sama Jaron," kata Mama. Tak lama kemudian, perempuan itu meninggalkan ruang tamu untuk pergi ke dapur.

"Jaron berhak sombong soalnya hidupnya udah ketata. Udah sarjana, udah nikah, udah punya rumah sendiri," komentar Yanuar, salah satu sepupu Brian yang sebaya dengannya. Ia sedang sibuk merapikan ornamen-ornamen di pohon Natal berukuran sedang yang bertengger di sudut ruang tamu Eyang. "Pencapaian hidup udah komplit, gak kayak kamu yang masih blangsak, Bri."

"Dengerin kata Mas Yanuar," Yerena setuju dengan kakak kandungnya, "Benerin idup lo, Kak. Kak Jaron aja bisa dapet bidadari kayak Kak Lian, gak kayak lo masih aja blangsak terus main cewek sana-sini."

"Rena, mulutnya. Gak boleh ngomong gak sopan ke Kak Brian. Di Surabaya pake aku-kamu, Ren, jangan gue-lo."

"Abisnya aku gemes, sih. Mas Yanuar, ih," Yerena merajuk.

Baru adik dan enam sepupunya yang berkumpul dan menginap bersama di rumah ini saja, Brian sudah pusing. Belum jika semuanya berkumpul.

"Syukurlah, sebenernya," Sheila angkat bicara, "Kak Sheila sempet khawatir, Ren. Dari dulu kita masih kecil, Kak Brian nempel terus sama Lian, tau gak?"

"Khawatir kenapa?" justru Brian yang menyahut.

"Aku khawatir perempuan sebaik Lian berakhir sama kamu, Bri," jawab Sheila, entah sedang bercanda atau benar-benar serius.

"Bener, Kak," setuju Yerena, "Thank God, Kak Lian gak diembat sama Brian."

"Jangan sampe, Ren. Mas Ian terlalu naudzubillahimindzalik buat jadi jodohnya Mbak Ara," sahut Dani yang sedari tadi sibuk main Uno dengan Yasmin dan Yohanes. Sebagai adik kandung Brian, Dani justru mendukung pemikiran Sheila dan Yerena. "Aku sendiri gak bakal ikhlas Mbak Ara jadi sama Mas Ian. Lillaahita'ala, aku gak ridho."

"Kalian jahat banget sama aku, astaga? Salahku apa sama kalian?" Brian protes, "Aku nanya beneran, nih. Emang aku seburuk itu buat Araliana?"

"Iya," jawab Sheila, Yerena, Yanuar, dan Dani bersamaan.

"Aku aja gak pernah naksir Ara, sumpah!"

"Demi apa?"

"Demi cintaku pada Tinashe dan Yoona SNSD."

Aral [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang