42. Pendekatan Proaktif

925 97 54
                                    

Happy 4th year, MyDays💙

Lagi pada tune in gak? Enaknya update kapan? Soalnya 3 chapter kemaren keknya banyak yang skip :")

[Edit] week ini aku mau quadruple update, jadi besok jangan skip update ku ya

🌸🌸🌸

Proactive (a): (of a person, policy, or action) creating or controlling a situation by causing something to happen rather than responding to it after it has happened.

Proactive (a): (of a person, policy, or action) creating or controlling a situation by causing something to happen rather than responding to it after it has happened

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Itu gak bisa dimakan, Sayang."

Jaron—masih dengan mulut terbuka lebar-lebar—tak jadi menggigit roti yang ditemukannya tergeletak di meja nakas. Ia buru-buru menoleh karena mengira barusan Liana berbicara dengannya, tapi ternyata tidak. Istrinya sedang bicara dengan kucing.

Karena Dion tidak pulang ke Cikini beberapa hari terakhir, Liana sengaja merengek pada Dion agar membiarkan salah satu anak kucingnya menginap di rumah mereka. Kucing kecil berwarna oranye itu berputar-putar di kasur sambil menggigit boneka anak ayam sementara Liana hanya menonton sambil tengkurap di sebelah si kucing.

Oh.

Jadi, bukan Jaron yang dipanggil sayang. Jaron dan segenap pembaca kecewa.

Jaron hanya bisa menonton Eong yang melompat ke pangkuan Liana dan sibuk sendiri memainkan ujung-ujung rambut Liana. Eong kemudian bergelung di paha Liana, membuat Liana gemas dan meraup kucing kecil itu untuk mencium hidungnya.

"Apa aku harus berubah jadi Eong biar bisa disayang-sayang juga, Na?"

"Najis."

"Tapi kamu sayang."

Liana geleng-geleng, menutup kedua telinga Eong dengan dua tangan agar anak kucing itu tidak mendengar hal nista.

"Aku gak denger. Eong gak denger."

Jaron berusaha meraih Eong, tapi kucing kecil itu malah mengelak dari tangan Jaron dan melompat pergi sambil membawa boneka anak ayam yang sedari tadi menjadi mainannya. Liana pun menertawai Jaron yang ditolak mentah-mentah oleh seekor kucing. Jaron hanya bisa mendengkus sementara Liana bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Jaron sambil menggelung rambut. Tawa Liana terdengar nyaring dan riang, jadi Jaron akan memaafkannya.

Jaron malah menegakkan duduknya sambil menyilangkan tangan di dada, memperhatikan Liana yang meraup dan menyibak rambut panjangnya ke atas. Dari balik punggung Liana, kedua mata Jaron bebas berkeliaran di leher dan bahu perempuan itu. Setelah menggelung rambutnya sembarangan dengan pensil yang ada di meja belajar, Liana meraih switer biru Jaron yang tersampir sembarangan di kursi. Mengenakan switer yang kebesaran hingga menutupi paha, Liana mengumpulkan beberapa helai pakaian Jaron yang tercecer dan meninggalkan kamar.

Aral [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang