1) MAKASIH BGT BUAT 2K READS HUHUHU ;A;)/
2) hehe 5000 kata
3) awas ambyar sih
4) banyak gambar ilustrasi dialog/skenario
5) author note panjang juga hehe
6) sabar ya kawans semoga terhibur maafqan aquu
🌸🌸
Wisuda Tio sudah semakin dekat, sehingga kesempatan ini dimanfaatkan Satria untuk menerima beberapa tawaran manggung di luar kota dan di luar pulau setelah Enam Hari rehat tahun baru. Minggu lalu mereka baru kembali dari Pekanbaru dan Bali, sehingga minggu ini Satria memprioritaskan agenda di pulau Jawa. Jadwal Enam Hari sedang padat-padatnya karena dibarengi dengan persiapan album dan Satria tidak mau anak-anak Enam Hari tumbang. Belum Dion yang mengejar dosen pembimbing, Tio yang panik membereskan yudisium, Brian yang mengurus kafenya di Bandung, dan Jaron yang kembali ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Kemarin malam saja mereka baru selesai manggung di Semarang dan begitu selesai, mereka segera bergegas ke Yogyakarta. Tidak ada acara kelayapan begitu sampai karena Satria ingin mereka semua istirahat secukupnya.
Enam Hari dan segenap kru yang bertugas masih tepar setelah kerja lembur bagai kuda demi sesuap nasi. Hanya Raka dan Tio yang bangun pagi-pagi, sedangkan Jaron dan Brian menyusul bangun tidur ketika matahari sudah begitu tinggi di ufuk. Dion masih nyaman memeluk guling bututnya yang dibawakan oleh Isabel, hingga Isabel turun tangan sendiri untuk menggeret bangun Dion. Hanya Isabel yang mendampingi agenda Enam Hari kali ini, itupun setelah Dion merajuk dan Isabel tak tega. Brian baru membuka mata setelah Satria menarik kedua kakinya hingga jatuh dari tempat tidur.
"Gila, cakep bener cewek gua," gumam Jaron pada dirinya sendiri begitu melihat unggahan instastory Kia tadi malam.
"Udah tau," sahut Dion yang sudah jengah mendengar Jaron berkata seperti itu hampir tiap hari.
"Istri lo cakep, njir," komentar Brian yang menengok ke layar ponsel Jaron sambil angguk-angguk, yang mana sebenarnya tidak penting karena ia hanya mengulang apa yang sudah Jaron katakan.
"HAHAHA, YA IYALAH," Jaron tertawa congkak, "Wifey is perfecto."
"Kampret. Lo jangan lupa kalo gak karena gue, kalian gak bakal ketemu sampe bisa kawin," Brian mengingatkan dengan pamrih.
"Kita kawin lewat penghulu bukan lewat lu, ege," koreksi Jaron.
"Itu nikah, bodoh. Kawin sama nikah itu beda."
"Tau, yang sering kawin padahal nikah aja belom," celetuk Dion lagi.
"Itu sebenernya ada acara apaan, sih?" tanya Tio, seketika menunda pertikaian tidak penting Jaron dan Brian, "Gue liat Ibu Negara, Raden Ajeng, sama Putri Danau Toba story-nya sama semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aral [Hiatus]
RomanceBersatu bukan sekadar mengandalkan komitmen, tapi juga kesediaan untuk menerima keadaan. Oh, dan toleransi pada komentar orang. Terlalu muda, terburu-buru, tidak perhitungan, misalnya. Araliana dan Jaron terlalu cepat mengiyakan hidup sebelum belaja...