32. Depan Pintu Rumah

1.2K 155 121
                                    

Sudah sewajarnya segera angkat kaki dari rumah yang tak kumiliki. Waktu kontraknya sudah habis.

(Theodore Joseph Aprillio Purba, 2018)

Playlist: BTS - Serendipity | Ne-Yo - Go On Girl | NCT U - Without You | ONE OK ROCK - Heartache | Taeyeon ft. Dean - Starlight | Kelly Clarkson - Because of You | Day6 - Somehow | EXID - How Why

🌸🌸🌸

"Kenapa dari tadi Jaron diem aja?"

"Lagi ngambek sama Bang Tio," jawab Dion.

"Ya Allah, udah gedhe mainannya masih ngambek aja?" decak Raka sambil menggeleng-geleng.

Dion segera meletakkan stik drumnya dan mendudukkan Raka di depannya, seakan-akan Dion sudah siap membacakan dongeng 1001 malam.

"Jadi, kan, tadi Bang Brian ngajak Bang Jaron brain-storming buat nulis lagu baru. Lagunya galau, gitu. Bang Jar bilang ke Bang Bri, Suasana hati gue lagi mendung sama Liana kenapa lo ajak nulis lagu sedih tentang perpisahan, sih, Bri? Harusnya kita nulis lagu yang comforting kayak Fix You, gitu."

"Terus, kok ngambeknya ke Tio?" bidik Raka.

"Nah, Bang Tio nyaut dari pojokan." Dion berdeham sejenak sebelum meniru logat Batak Tio. "Cuma lagu, lah, itu. Chris Martin yang tulis Fix You buat Gwyneth Paltrow pun ujung-ujungnya cerai. Lagu tak jamin feeling kau bakal stay, apalagi feeling partner kau." Dion kembali berdeham untuk kembali ke suara biasanya. "Bang Briannya jawab, Ya bener, sih. Relationship susah langgeng these nowadays."

Raka hening selama sepersekian detik sebelum melemparkan pandangannya pada Jaron yang duduk memangku gitar dengan malas.

"Terus?"

"Terus Bang Tio digaplok pake bungkus tisu."

"Terus?"

"Terus Bang Tio bales ngelempar Bang Jaron pake bukunya Sapardi Djoko Darmono."

"Terus?"

"Terus Bang Brian kesel, mereka berdua mau digaplok pake buku besar jurnal pembaliknya Bang Bri. Untung ada gue, jadinya gak jadi," pungkas Dion. "Udah, ah, Bang. Terus terus mulu, kayak tukang parkir. Gue lagi duduk, nih. Kalo terus mentoknya ke tembok."

Raka memijat pangkal hidungnya karena ia tiba-tiba jadi pening. Dion tidak begitu peduli dengan kelakuan abang-abangnya dan lanjut menyelesaikan bacaan skripsinya sendiri. Karena Brian dan Tio sudah angkat kaki dari studio sedari tadi, Raka hanya bisa menghampiri Jaron. Ia berharap dapat membantu membuat suasana hati temannya itu jadi lebih baik.

"Gue jadi lo pasti kesel juga, kok, sama Tio. Lo belom ngobrol sama Lian, ya?"

"Belom."

Jadi ceritanya, sebelum mengambek karena celetukan Tio, Jaron mencoba bercerita pada rekan-rekan sejawatnya mengenai selisih pandang antara ia dan istrinya. Tio jadi yang paling vokal soal ketidaksetujuannya pada Jaron karena tidak mencari dan memahami lebih dalam sudut pandang Liana. Sedangkan, Dion sebagai sesama calon kepala keluarga memaklumi jalan pikiran Jaron dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang mengikuti. Brian hanya menyayangkan perdebatan mereka yang mendadak sulit hanya karena mereka tidak mau mengecewakan satu sama lain, tapi berakhir tidak jujur. Raka sendiri keburu dipanggil Pak Bos Barikh sebelum diskusi alot itu selesai.

Satria tidak ikut rapat di atas karpet studio tadi karena masih sibuk mengurus para wartawan infotainment yang memohon-mohon klarifikasi soal pengakuan Jaron mengenai istrinya di siaran Sombercoustic.

Raka tidak pandai menghibur orang, apalagi menghibur personil paling tua mereka yang sudah lama tidak ceriwis seperti biasanya. Ia kira hidupnya akan lebih tenang jika kehebohan Enam Hari berkurang, tapi ia salah. Suasana jauh lebih hidup dan menyenangkan dengan keramaian itu, dan Jaron merupakan bagian integral dari keramaian band mereka. Raka hanya bisa menepuk-nepuk bahu Jaron yang sudah lama tidak menjadi bedebah paling berisik seantero Jabodetabek.

Aral [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang