43. Kuncian Sementara

764 87 44
                                    

Second update of this week, so make sure you didn't skip Chap 41 that I posted yesterday!

Y'all have no idea how excited I was (and still am!) that the recently released title track is Sweet Chaos. Because? Last month, I literally planned for a bonus chapter titled Chaotically—what a sweet coincidence (see what I did there??). Masih nunggu timing yang pas buat post chapter itu, tapi nanti setelah ini.

Aku kangen Araliaron juga, jadi mereka kembali bersua, tapi... mari kita berpegangan dan merapatkan barisan. Arung jeram mau dimulai, jadi takutnya tenggelam berjamaah.

We are one chapter away from the start of a chaos but you know what they said,

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.

🌸🌸🌸

Jangan karena matahari sudah mulai meninggi, lalu ambang batas kesabaran Liana ikut diuji hingga tekanan darahnya ikut meninggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan karena matahari sudah mulai meninggi, lalu ambang batas kesabaran Liana ikut diuji hingga tekanan darahnya ikut meninggi.

Liana sudah memanggil Jaron sedari tadi, tapi yang dipanggil tak muncul-muncul. Ia pun buru-buru keluar dari kamar untuk mencari bantuan. Masih dengan kaki yang tersangkut, Liana jadi harus melompat-lompat agresif seperti bayi kangguru yang panik mencari induknya.

"Makanya, ya! Aku bilang pake baju sendiri itu ada alesannya! Gini, kan, kalo kamu pake jeansku? Kemarenan sobeknya cuma sedikit, tapi kenapa sekarang sobeknya lebar banget kayak Jembatan Suramadu?"

Bukannya Jaron, malah Brian yang muncul sambil bertepuk tangan geli tanpa sedikit pun rasa bersalah. Liana jadi semakin emosi. Bukannya menolong, Brian hanya menonton.

"Kenapa bisa lo nyangkut di celana?"

"Gak tau!! Ini celana diapain sama Jaron, sih? Ya Allah, Ya Gusti."

"Tenang, Li. Gusti mboten sare."

"Ya terus gue harus diem doang, berdoa biar bisa lepas dari celana ini?? Gak gitu, lah, caranya! Tolongin, kek!!"

"Iyaaa. Sini, sini. Pegangan."

Tanpa kecurigaan yang berarti, pagi ini Liana berencana mengenakan celana jins miliknya yang memang kebesaran dan sedikit robek di beberapa sisi depan. Mulanya, ia berhasil memasukkan kedua kaki di celana itu. Namun, karena tidak awas, Liana tidak menyadari bahwa sobekan-sobekan di bagian lutut kanan dan bagian lutut kiri jins kini menjadi lubang-lubang besar yang menganga lebar. Kaki kirinya keluar dari lubang lutut kiri, lalu masuk ke lubang lutut kanan. Kedua kakinya pun sukses tersangkut. Liana sudah berusaha untuk melepaskan diri, tapi kedua kakinya malah semakin rapi dan semakin rapat masuk ke dalam. Alhasil, semakin susah bagi Liana untuk menarik diri keluar.

"Untung lo pake rangkep celana pendek, ya."

"Ya iya, lah. Anjir, celana bolong-bolong harus dirangkep. Lagian, mana mungkin gue keliaran keluar kamar dengan tidak senonoh?"

Aral [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang