halo pakabar?
pegangan yang kenceng, soalnya aku menguras emosi banget nulis ini
sampe emosi ke Jaron, ke Brian, ke Liana, ke semua dah pokoknya
[section dibatasi post instagram jaronprakasa]
Playlist Section 1: Britney Spears - Sometimes | Taemin - Press Your Number | Pristin V - Get It || BTS - Let Me know | Bruno Mars - It Will Rain | Day6 - I Would | Day6 - Still | Day6 - Letting Go | Girls' Generation - Time Machine | Epik High - Spoiler | Lee Hi ft. Jennie Kim - Special | Dean - Half Moon | Avril Lavigne - How Does It Feel | Block B - Movie's Over
Playlist Section 2: Maroon 5 - One More Night | Rihanna - Needed Me | Day6 - First Time || Lykke Li - Hard Rain | G-Dragon - Without You | Day6 - Somehow
Playlist Section 3: Day6 - I Wait | Day6 - How Can I Say | Day6 - Warning | Day6 - Breaking Down
🌸🌸🌸
Liana sibuk mengelap dahinya yang penuh peluh dengan handuk. Inah sudah terkapar di lantai dengan tangan dan kaki yang terbentang, seperti bintang laut.
"Masih ada lima belas menit lagi, Nah."
"Ah, Mbak Yayukkk—"
Liana tertawa melihat Inah berguling ke kiri dan ke kanan di lantai sambil merajuk. "Iya, deh. Satu kali lagi, yuk, Nah? Pake power? Mau Mbak rekam buat eval sebelum kita take."
Inah manyun, tapi tetap menerima tangan Liana yang terulur untuk membantunya bangun. Brian hanya tertawa saat menerima handuk Liana yang dioperkan Inah. Karena Kia mengumumkan bahwa ia akan menonton latihan Liana dan Inah hari ini, Brian yang mulanya tidak berniat ikut akhirnya datang juga ke Silience Dance Studio. Memiliki agenda selanjutnya dengan Ibu Negara, Tio juga hadir sebagai penonton meski tak dibayar.
"2x8 kedua kamu geser kiri, ya, Nah," Liana menunjuk sebelah kirinya untuk menginstruksi perpindahan Inah, "Mbak nanti mundur sebelahmu gini."
Sebagai asisten pribadi Liana hari ini, Tio dengan baik hatinya berhenti makan kwetiau rebus sejenak dan memutarkan lagu dari pengeras suara untuk memulai ronde terakhir latihan Liana dan Inah.
"Ini random tapi aku kepo," Inah memulai pembicaraan, masih sambil menari mengikuti ketukan lagu yang hampir habis. "Jadi, gimana dulu Kak Jaron nembak Mbak? Nembak waktu manggung, gitu? Dinyanyiin sama bandnya di panggung?"
Tak menjawab, Liana terus bergerak menunggu alunan lagu itu berhenti. Menyambar sebotol air, Liana baru mau angkat bicara, tapi justru Brian yang lagi nganggur gila menyahut, "Nggak, lah, njir."
"Hah?"
"Kalo emang Liana ditembak kayak gitu bukan dia aja yang malu. Aku yang tetangganya Liana pasti ikut malu, Nah. Lagian Jaron, kan, se-band sama aku. Aku gak mau, lah, diajak menye-menye nyanyi buat nembak cewek doang."
"Gak ada yang tanya elo, njir," Liana melempar botol air kosong ke wajah Brian dengan kesal, sebelum beralih ke Inah. "Ya udah. Mas Jaron ngajak pacaran, Mbak terima. Jadian, deh. Terus kita jalan. Putus-nyambung, terus nikah," terang Liana singkat, padat, tak komprehensif.
"Kak Jaron, kok, gitu, siiiiiih?" Inah kecewa karena tidak mendapatkan cerita romantis nan dramatis sesuai ekspektasi.
"Percayalah. Gue aja gak mau jadi Bang Jaron," Tio yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, "Dia nembaknya delapan kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aral [Hiatus]
RomanceBersatu bukan sekadar mengandalkan komitmen, tapi juga kesediaan untuk menerima keadaan. Oh, dan toleransi pada komentar orang. Terlalu muda, terburu-buru, tidak perhitungan, misalnya. Araliana dan Jaron terlalu cepat mengiyakan hidup sebelum belaja...