Bersatu bukan sekadar mengandalkan komitmen, tapi juga kesediaan untuk menerima keadaan.
Oh, dan toleransi pada komentar orang.
Terlalu muda, terburu-buru, tidak perhitungan, misalnya.
Araliana dan Jaron terlalu cepat mengiyakan hidup sebelum belaja...
maaf kalo spam update bab ini soalnya ngedit judul fail terus TT
menepati janji untuk update secepatnya karena aku mau menghilang agak lama huhu :"
Day6 playlist for the chapter: What Can I Do, You Were Beautiful, Man in A Movie, You, Pandora
🌸🌸🌸
Setelah sekian lama merusuhi rumah Jaron dan rumah Dion secara bergantian, anak-anak Enam Hari dan antek-anteknya mengagendakan untuk berkumpul di kantor label. Setelah beberapa bulan belakangan sibuk menulis lagu-lagu baru dan merampungkan rekaman, akhirnya Enam Hari mulai berdiskusi dengan label dan manajemen mengenai detail perilisan album baru.
Di sela-sela persiapan album, Enam Hari tidak hanya tetap sibuk manggung sana-sini tetapi juga menerima tawaran-tawaran pekerjaan lain; menjadi bintang tamu radio salah satunya. Selesai agenda diskusi mereka tadi siang, sore ini mereka sudah berkumpul di studio radio untuk menjadi bintang tamu di acara radio Sore Hore.
Jaron, Brian, dan Dion sudah siap sedia seperti biasanya sebelum tak lama kemudian, Raka menyusul.
Raka dan Brian tetap kalem, sedangkan Tio dan Dion paling antusias. Antusiasme Tio bisa dimengerti karena ia suka banyak bercerita jika ditanya. Dion antusias, karena ia kebetulan ingin antusias. Ketenangan Raka bisa dimengerti karena ia memang tidak terlalu suka banyak bicara, sedangkan ketenangan Brian hanyalah kedok palsu untuk jaga citra. Jaron tidak terlalu banyak tanggapan karena kemungkinan, ia akan bertemu salah satu penyiar yang tidak begitu ingin ia temui lagi.
Sore ini Jaron beruntung karena orang yang ingin ia hindari tak tampak di sisi, titik, dan sudut manapun. Enam Hari justru disambut oleh kedua penyiar yang sudah begitu bersemangat, tak asing lagi bagi mereka.
"Hai! Saya, Jonathan bukan Frizzy."
"Saya, Jeffry bukan Nichol."
"KAMI—"
"Sinting lu pada," potong Dion dengan nada prihatin sambil geleng-geleng pasrah, sebelum Raka menepuk jidatnya dan berkata, "Astaghfirullah."
Kedua pemuda yang dikatai sinting tadi malah tertawa, masih menyilangkan lengan. Menurut Raka, mereka mirip pasangan cawagub yang berjargon hendak bersatu. Menurut Brian, mereka mirip Ji Seokjin dan Lee Kwangsoo yang berkomplot untuk mengkhianati pemain-pemain Running Man lain. Menurut Dion, mereka mirip Power Pangers yang hendak bersatu menjadi robot raksasa. Yang mana sangat tidak mungkin, serta terlihat dan terdengar sinting.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya, kedua penyiar hanya tertawa meskipun dikatai sinting secara on-air. Sayang, ganteng tapi otaknya geser.
"Eh, kita juga bisa kayak gitu!" Brian tiba-tiba berseru lalu menyilangkan lengan dengan Jaron, "Saya, Brian."